Pertemuan

321 33 16
                                    

Manik kecubung pucat dengan nuansa perak itu bertemu dengan safir—hanya sekejap. Sebelum akhirnya, Hinata benar-benar pergi.

Kembali desas-desus akan Hyuuga Hinata digaungkan antar mata dengan mata, sudah menjadi rahasia umum jika gadis nila itu memang aneh—dan dianggap gila. Kabarnya di tahun pertama ketika SMP—Hinata hampir tiga bulan tidak bersekolah karena sakit keras yang hampir merenggut nyawa sang dara. Akan tetapi, salah satu guru malah menemukan gadis itu tengah menjalani perawatan di bangsal anak pada sebuah rumah sakit jiwa. Raga Hinata sehat, tetapi tidak dengan jiwanya. Dengar-dengar divonis skizofrenia. Sekali dalam seminggu gadis itu meminta dijenguk oleh pemuka agama. Entah biksu, miko, pendeta, bahkan hingga dijenguk pemuka agama dari Mesir sana. Hinata selalu meminta doa pada mereka.

"Hinata memang suka begitu," Kiba berdecak. Seluruh mata kini memandang Kiba. Naruto agak tergelitik oleh perasaan tak suka saat pemuda Inuzuka yang dipercayai Hinata sebagai teman dekat sejak bertahun-tahun lalu itu malah membicarakannya. "Bukan bermaksud jahat, tapi Hinata memang benar tidak masuk kelas selama hampir tiga bulan saat SMP dulu. Aku tetap menganggapnya sebagai temanku, walau mungkin dia betulan masuk RSJ. Lupakan saja perkataannya tadi. Kurasa itu hanya paranoia biasa. Kalian juga lihat 'kan tadi? Bagaimana anehnya dia memohon pada Naruto begitu?"

"Ki—"

"Itu keterlaluan," Belum sempat Naruto berkata—Tenten berdiri. Gadis keturunan Tionghoa itu mengambil tasnya. "Kau itu temannya Hinata, Kiba. Kita ini temannya. Tapi kau malah—ah, sudah. Aku malas. Anggap aku gila, tapi aku juga akan pulang. Aku tidak takut apa pun, hanya saja melihat kalian di sini memandang Hinata begitu—aku jijik."

Tenten melepas kalung giok turun-temurun milik keluarga Wang, memberikannya pada Lee yang duduk di sebelahnya. Gadis itu juga merogoh saku rok—memberikan Rock Lee lagi beberapa lembar jimat khas China. "Anggap aku gila lagi, tapi kau telah kuanggap saudara, Lee. Kalung ini jimat keberuntungan dari Mamaku. Anggap saja biar sekali-kali kau hoki. Dan Shino—"

Gadis bercepol dua itu sekarang melepas gelangnya. "—kau simpan dulu ini. Aku juga menganggapmu sebagai orang yang paling keren di kelas. Jadi, bye!"

Dan kedua telinga Naruto yang tiba-tiba terasa berdenging ketika Tenten resmi berlari keluar kelas—menyusul Hinata.

•••

That Day (c) faihyuu

Naruto (c) Kishimoto Masashi

Rated T+

Warning(s): AU, Miss Typo(s), OOC, dsb.

Untuk #NHDD12/2022—NaruHina Dark Day 22, NaruHina Annual Event 2022. Namun, kelihatannya takkan selesai tepat waktu.

• Khodam, (slight) Ouija Board •

Penulis tidak mendapat keuntungan materiil apa pun dari cerita ini selain kepuasan batin.

#1

•••

Papan ouija itu terlepas, pertengkaran terjadi di antara mereka.

"Siapa yang menggerakkan jawabannya selama ini? Ngaku, brengsek!"

Teriakan dari salah satu kawannya—membuat mereka sadar bahwa sesuatu yang bahkan sama sekali tidak diketahui.

Kacau-balau.

.

2022

Naruto membuka mata, napasnya terengah. Ketika menghidupkan ponsel, pemuda itu berdecak saat melihat jam yang ditunjukkan di sana. Uzumaki Naruto mengerang—campur aduk antara takut, lelah, kesal, dan menyesal.

That DayWhere stories live. Discover now