3

129 33 11
                                    

Saat bel berbunyi Karina bergegas memasukan alat tulisnya ke dalam ransel.

Kemudian ia cepat-cepat turun ke lantai satu untuk menemui seseorang.

Dan mungkin, keberuntungan sedang berpihak padanya. Karena beruntunglah orang yang tengah ia cari kini berdiri berhadapan dengannya.

Winter nampak terkejut namun sejurus kemudian tersenyum pada Karina.

"Apa?"

Karina tak bicara.
Yang ia lakukan adalah menaruh botol di tangan Winter.

Botol yang tadi di berikan Winter padanya.

"Oh.."

Winter terdengar kecewa.

Namun Karina yang seketika kehilangan keberanian hanya bisa menarik diri.

Kata-kata yang sudah ia rangkai sedemikian rupa di dalam kepalanya seketika hilang ketika ia berhadapan dengan Winter.

Selalu begini.
Ia selalu saja kehilangan cara untuk menyampaikan perasaannya.

Namun ia tidak bisa terus begini kan?
Ia harus berubah.

Maka dari itu ia menarik napas. Mencoba untuk mengumpulkan apapun keberanian yang tersisa pada dirinya.

Apa susahnya sih, tinggal bilang makasih doang; batin Karina menyemangati diri sendiri.

Dengan satu tarikan napas ia pun memantapkan dirinya untuk kembali berbalik arah pada Winter.

Ia pun kembali berhadapan dengan Winter yang beruntungnya belum beranjak dari sana.

Ada sedikit perubahan pada sorot mata gadis itu tatkala ia melihat Karina kembali.

"Makasih." Pelan Karina.

Atas perkataan itu Winter mengangguk.

"Jusnya manis." Lanjut Karina.

Kali ini anggukan itu ditemani dengan sebuah senyuman kecil.

"Tapi saat ini senyuman kamu jauh lebih manis."

Oh.
Keceplosan kah?
Atau Karina memang sengaja membuat Winter deg-degan?

Karina tentu saja tidak sengaja mengatakan hal itu. Pikirnya ia sedang berbicara dalam hati.

Menyadari kesalahannya itu Karina segera menggelengkan kepalanya.

"Bercanda. Serius amat." Ucapnya disela tawa yang terdengar kering.

Namun Winter tidak tertawa.

Ia malah diam seraya menatap Karina dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.

Apa salahnya memuji?

Mending jangan bikin berharap kalau niatnya hanya ingin bercanda; pikir Winter.

Winter pun menggeleng, mencoba melupakan candaan Karina yang menurutnya sama sekali tidak lucu.

"Sudah baikan?" Mulai Winter berinisiatif menciptakan percakapan yang berbobot.

"Sudah."

"Besok aku buatin jus nanas, mau?"

"Apa gak merepotkan?"

"Ya gak apa-apa biar kamu gak minum Cola terus, sekali-kali makan buah. Kan sehat."

"Aku sering makan buah."

"Buah apa?"

"Pisang."

Winter memutar bola matanya.
"Pisang goreng kan?"

Real Thing (JMJ)Where stories live. Discover now