"Tahan sampe 40 hari!"

"Kenapa sih harus 40 hari?"

"Kamu gak perlu tau."

Aku agak curiga ini ada hubungan dengan kejadian di sini. "Iya, Om. Kenapa harus 40 hari?" tanyaku, cukup membuat Reyhan dan ayahnya terkejut.

"Loh, Gilang udah bangun?" ucap Om Fauzan. "Maaf ganggu tidurnya." Ia melangkah menuju pintu.

"Papah belum jelasin kenapa harus 40 hari?" ucap Reyhan.

"Gak ada apa-apa," sahutnya.

"Kalau ini ada hubungannya dengan kecelakaan itu, papah wajib menjelaskan ke Gilang. Ibu Gilang salah satu korbannya."

Om Fauzan menghentikan langkah tepat di depan pintu, kemudian menoleh padaku. "Kalian sholat subuh dulu, nanti papah tunggu di bawah." Ia pun pergi.

"Lu udah bangun juga?" Aku melihat Ega sudah membuka mata.

"Gimana gak bangun, pagi-pagi udah rame," sahutnya.

"Yuk sholat, abis itu ke bawah," ajakku.

"Gua di kamar aja ya."

"Oke." Aku mengerti dengan keputusan Ega.

Kami pun salat berjamaah di kamar, setelah itu aku dan Reyhan turun ke bawah. Om Fauzan sudah menunggu di ruang keluarga. Saat melihat kami turun, ia langsung mematikan televisi.

"Gilang duduk di sini." Om Fauzan memintaku duduk di sampingnya. Aku melirik Reyhan. Ia mengangguk kecil. "Kamu nanya kenapa harus 40 hari?"

"Iya, Om," balasku.

"Supaya semua gangguan ini menghilang."

"Apa setelah 40 hari mereka akan benar-benar menghilang?" tanyaku.

"Biasanya begitu, Lang. Soalnya menurut guru Om, orang yang meninggal masih ada di sekitar rumah selama 40 hari, setelah itu mereka akan pergi."

"Kalau begitu, masih sebulan lagi mereka pergi. Aku kayanya gak kuat Om."

"Kamu gak coba pergi ke luar kota gitu?"

"Aku udah coba pergi ke luar kota, tapi mereka tetep ikut."

"Hah? Kok bisa?"

"Itulah aku juga gak tau, Om."

"Harusnya segera ditanyakan ke guru Om."

Aku tidak mengerti siapa yang dimaksud dengan guru. Apa guru matematika, Fisika, Biologi atau Agama?  Yang jelas siapapun itu asal bisa menjelaskan tentang semua ini, aku pasti akan pergi menemuinya.

"Apa aku boleh ikut, Om?" tanyaku.

"Boleh. Sekarang kalian siap-siap aja dulu."

"Sekarang?"

"Iya. Sebelum semuanya terlambat. Om gak mau ada korban lagi."

"Baik, Om." Aku dan Reyhan pun bangkit dan kembali ke kamar.

"Udah ngobrolnya?" tanya Ega saat kami masuk kamar.

Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now