Sesampainya Lunox di Kost an, ia segera pergi ke kamar mandi tuk berbersih diri. Setelah selesai membersihkan diri dan juga memakai pakaian tentunya, ia menelpon Benedetta yang segera di angkat oleh pihak satunya.

"Yoo Ben, bisa ngomong bentar?"

"Ya, langsung saja ke topiknya, Lun. Gua sibuk"

"Lo kenal Beatrix anak MIPA XI gak? Yang temennya si Fanny?"

"Kaya pernah denger nama nya, kenapa?"

"Dia mau pinjem Hoodie lu, Ben. Boleh gak?"

"Buat apa dulu"

"Ya.. minjem aja"

"Gatau gua bawa apa ngga, liat aja nanti, gua juga belum terlalu kenal sama si Beatrix Beatrix itu"

"Oh ya udah makasih ya, Ben. Maaf ganggu waktunya"

"Ya."

Tut.... Tut... Tut..

Panggilan di akhiri dari pihak Benedetta, sepertinya ia benar-benar sibuk, pikir Lunox.

Sedangkan di sisi Benedetta setelah memutuskan panggilan secara sepihak, ia segera menghubungi teman dekatnya yang mempunyai koneksi luas.

Silvanna IPS-XI

Silv
Masih melek?

Masih, kenapa Ben? Tumben
Ngechat.
Kangen ya..

Geli, gua mau nanya.
Lo kenal Beatrix anak MIPA gak?
Gua denger-denger dia temennya
crush Lo.

Oh Beatrix, kenal gua.
Kenapa?

Bisa sebutin ciri-ciri nya ga? Nanya aja.

Rambutnya putih sepanjang dagu
Matanya biru, intinya Lo liat aja yang biasanya deket sama Fanny, kan mereka bertiga terus tuh, salah satunya ada yang rambut putih.
Itu Beatrix.

Makasih infonya.
Oh ya send nomornya, gua
tau Lo punya, Silv.

[ send a contact ]

Makasih 1× lagi.

Hmm mencurigakan~
Ada apa nih, Ben. Wkwk.

[ read ] Stres.

─ Dec - 04 - 22
[ Beatrix side ]

"Humm selamat pagi dunia dunia tipu-tipu" Beatrix beranjak dari kasurnya dan pergi menuju kamar mandi.

Setelah keluar dari kamar mandi ia melihat ke arah jam yang ternyata masih menunjukan pukul 05.00 pagi.

"Masih bisa lah ya buat skincare an"

Setelah skincare an yang kurang lebih memakan waktu 10 menit akhirnya telah selesai, kecuali masker yang melekat diwajahnya yang membutuhkan waktu sekitaran 10-15 menit untuk mengering.

Sementara menunggu maskernya mengering, ia pun memutuskan untuk memasak sarapannya.

Kini telah menunjukan pukul 05.45, Beatrix telah selesai membersihkan maskernya begitu pula dengan sarapannya.

Ia lekas mengunci pintunya sebelum akhirnya meninggalkan rumah dan pergi ke sekolah sambil berjalan kaki.

Tak lama Beatrix berjalan, ia merasakan getaran dari ponselnya. Setelah di cek, ia ternyata mendapatkan pesan dari unknown number.

Setelah membacanya ia akhirnya mengetahui bahwa yang mengechatnya tadi adalah Benedetta.

Setibanya di kelas, Beatrix disambut dengan kedatangan Benedetta di kelasnya. Benedetta kini sedang berbicara dengan Lunox di sudut ruangan, ia dapat merasakan aura yang kuat dari Benedetta yang membuatnya sedikit canggung.

Selepas Benedetta dan Lunox keluar dari kelasnya, Claude menghampiri Beatrix dan membisikan sesuatu di telinganya.

"Benedetta, natap Lo mulu dari tadi"

"Sembarangan aja Lo ngomong, Clau. Gak mungkin lah gila.."

"Dih gua dikira boong, orang gua dari tadi ngeliatin dia kok, seterah lo sih mau percaya apa kaga" Ucapnya seraya meninggalkan Beatrix.

Beatrix masih larut dalam pikirannya sampai ia tak sadar bahwa sedari tadi ia dipanggil oleh Lunox dan Wanwan.

"Woi babi, sadar tolol. Kerasukan Lo?"

"Gua rasa iya, panggil Alucard, dia kan kang ruqiah handal"

"Geplak aja ego" saran dari Yin yang menguping sedari tadi.

PLAK

"SAKIT MONYET, DIKIRA KAGA SAKIT KALI"

"Ya maaf, lagian Lo dari tadi dipanggil sama Luni kaga nyaut-nyaut, yaudah gua geplak aja, saran dari Yin btw"

"Dah sadar noh anaknya, gua pen ngintilin Bu Luoyi dulu bye"

"Ada apa Nyonya Lunox yang cantik tiada tanding"

"Aww makasih, itu tadi Bened nyuruh Lo ke taman belakang sekolah pas pulang"

Hening, sampai...

BRAKK

"WETT SANTAI ANJING GAUSAH DIGEBRAK JUGA" saut Gusion yang merasa dibangunkan dari mimpinya yang indah.

"Sorry, Gus. Lun Lo serius kan kaga boong? Kalau boong Lo nice try sama Selena"

"Jahat bat doa Lo, kaga liat gw ngobrol sama Bened dari tadi?"

"Liat, tapi shock aja sih soalnya yaa.. begitu"

"Ya ya ya, gua tau. Mau minjem parfum gua ga nanti? Gua tau Lo bau ketek nanti"

"Tai ya mulut Lo, mau dong"

"Yodah nanti ke kelas gua aja" Ujaran Lunox pun segera di beri acupan jempol oleh Beatrix.

Waktu sekolah kini telah berakhir, anak anak lain memasang wajah sumringah karna telah waktunya pulang.

Sementara Beatrix kini mematung karna ia sangat amat teramat malu karna ia akan bertemu dengan Benedetta.

Beatrix teringat bahwa ia harus menemui Lunox, ia akhirnya telah sampai dikelas Lunox dan di sambut dengan senyum jahil oleh Fanny dan Lunox

"Hm~ gua abis denger dari Luni katanya─"
Beatrix terlanjur malu sampai sampai ia menggeplak mulut Fanny menggunakan tas nya.

"Mana parfumnya cepetan"

"Nih, pilih aja" ujarnya sembari menyodorkan ketiga parfum di genggamannya.

"Banyak bat gila, thanks ya. Gua tinggal dulu bye"

"GOOD LUCK, TRIX!"

Sesampainya di sana ia segera menghampiri Benedetta yang sedang menunggunya juga.

"Kamu yang namanya Beatrix kan?"

"A─ah iya" ujarnya dengan sedikit gugup, jika ia bisa ia akan mengambil Hoodie di lengan Benedetta dan lari meninggalkannya. Tapi tentu saja tak ia lakukan karna akan dicap kurang sopan.

"Balikin, besok" setelah berucap seperti itu, Benedetta memberikan Hoodie nya dan meninggalkan Beatrix yang mematung. 'Lucu' samar samar namun ia yakin bahwa seseorang yang baru saja meninggalkannya itu yang mengucapkannya.

.

End

Our storyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon