Bakugou diam menatap kedua pusara selama beberapa saat sebelum dia maju menuangkan air dari botol labu yang dia bawa ke atas kedua batu nisan. Memang itu adalah peringatan kematian Mitsuki, tapi Bakugou juga sekalian membersihkan nisan Masaru.

Tak ada rumput yang harus dicabuti, jadi setelahnya Bakugou meminta bunga yang Midoriya bawa. Baru setelah itu dia menyalakan dupa dan berdoa.

Midoriya juga turut berdoa di depan pusara Mitsuki.

"Mitsuki-sama, saya Midoriya Izuku, yang kini adalah tunangan dari putra Anda, Bakugou-sama. Saya minta maaf... dari atas sana pasti Anda tahu jika saya bukanlah calon pengantin yang seharusnya Yang Mulia dapatkan... Anda mungkin kecewa, tapi saya hanya melakukan yang terbaik untuk hidup saya... Maafkan saya karena menipu semua orang, tapi saya akan berusaha sebisa mungkin untuk tak menyulitkan siapapun, termasuk Yang Mulia. Jika semua usai nanti, jika identitas saya sebagai penipu pada akhirnya terungkap, saya akan menanggung semua dosa yang saya buat."

Selesai mengakui dirinya secara diam-diam pada mendiang Mitsuki, Midoriya melihat jika Bakugou masih berdiri diam di antara kedua pusara orang tuanya. Dia sama sekali tak berani mengganggu dan menunggu hingga Bakugou baru saja selesai sekitar lima belas menit kemudian.

Bahkan setelah berdoa pun Bakugou masih nampak enggan meninggalkan kedua pusara itu. Namun pria itu tidak menangis, dia hanya terus berdiri dengan sunyi.

"Ayo kembali." Ujar Bakugou pada akhirnya.

"Baik."

Mereka berdua kembali melewati jalur kecil tadi ke istana. Usai mereka datang, para penghuni istana lain pun bergiliran untuk mengunjungi pusara. Dimulai dari para jenderal dan pejabat, hingga nantinya prajurit dan pelayan yang berkesempatan datang.

Sebelum Koshi pergi dengan Kirishima dan orang-orang lain, dia meminta Midoriya untuk tetap menemani Bakugou selama yang dia bisa hari ini. Midoriya menurut, meski sebenarnya dia cemas apakah itu akan membuat Bakugou kesal karena terus dia buntuti sejak tadi.

Bakugou kembali ke gedung kerjanya. Acara masih akan dilanjutkan dengan jamuan sederhana, tapi baru akan dilaksanakan setelah rombongan tadi selesai berkunjung ke pusara. Jadi selama ada waktu, Bakugou menggunakannya untuk istirahat.

Sejak tadi Midoriya hanya mengikuti dan diam memperhatikan, tapi sejak tadi dia menyadari sesuatu. "Apa hanya perasaanku saja atau Yang Mulia terlihat agak pucat?"

Namun di situasi itu Midoriya belum berani untuk angkat suara. Dia hanya duduk dengan sesekali melihat keluar jendela yang sedikit terbuka. Salah satu halaman istana yang luas terlihat dari sana. Terlihat sepi, sepertinya acara jamuan masih baru akan dimulai nanti cukup lama.

Bakugou nampak melamun duduk di kursi mejanya. Midoriya memberanikan diri beranjak mendekati. "Yang Mulia," panggilnya sepelan yang dia bisa namun masih dengan nada yang jelas, agar tak mengejutkan Bakugou. "Menunggu acara nanti, apa Yang Mulia ingin menikmati secangkir teh hangat lebih dulu?"

"Ya..." jawab Bakugou singkat. Dia masih agak tak terlalu fokus.

"Saya akan segera kembali." Midoriya keluar ruangan dengan sedikit cemas. Setibanya di dapur, dia mendatangi salah satu pelayan yang ada.

"Bisakah aku mendapatkan teh jahe madu?"

Pelayan itu mengerjap bingung saat mendapatkan pesanan yang tidak seperti biasanya. "Ya, tentu saja. Tapi karena itu bukan teh yang umum dibuat maka saya harus membuatnya lebih dulu. Mohon tunggu sebentar, Midoriya-sama."

Midoriya melihat jika pelayan di dapur tengah sibuk-sibuknya menyiapkan hidangan untuk acara nanti. "Kalau tidak keberatan aku akan buat sendiri."

"Eh? Tidak masalah. Saya akan segera membuatnya."

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang