Awal Mula

90 11 1
                                    

"I know all those words, but that sentence makes no sense to me."
― Matt Groening

.

.

.

.

.

Seonghwa sedang berjalan pulang dari tempat kerjanya saat tiba-tiba ia menemukan seorang anak kecil yang duduk tertunduk di pinggir jalan sembari melipat kedua kakinya. Anak yang Seonghwa perkirakan berumur 6 tahun itu terduduk sendiri tanpa ada orang lain yang menemaninya.

Dengan ragu, Seonghwa berjalan mendekat lalu berjongkok di sampingnya. Samar-samar, ia dapat mendengar suara isak tangis yang berasal dari anak tersebut.

"Hei, kamu nggak apa-apa?"

Anak itu menggelengkan kepalanya tanpa mengangkat kepala dan melihat siapa yang sedang berbicara kepadanya.

"I was following a cat and I lost my Papa."

"Sial, bahasa Inggris."

Seonghwa tiba-tiba merasa menyesal karena sering membolos saat pelajaran Bahasa Inggris saat sekolah dulu.

"Ugh- can you- can you speak Korean?"

"Um."

Seonghwa mendesah lega saat mendengarnya.

"Tau nomor HP Papamu nggak?"

Anak itu menggeleng.

"Kamu dari daerah sini bukan?" Lagi-lagi anak itu menggeleng.

"Tadi lagi main di taman, terus aku liat kucing, aku ikutin. Terus Papa hilang."

Seonghwa memberanikan diri untuk mengusap rambut anak itu. "Papanya siapa namanya?"

"Park Seonghwa," ujar anak tersebut sembari mengangkat kepalanya.

Tepat saat keduanya bersitatap, anak tersebut berseru dan membuat Seonghwa terkejut.

"Papa!"

"Huh?" Seonghwa menengok ke kiri dan kanan.

"Papa!" anak tersebut berdiri lalu langsung menubrukkan dirinya pada Seonghwa dan memeluknya dengan erat.

"Hei, Nak. Aku bukan Papamu," balas Seonghwa sembari membalas pelukan anak tersebut dengan gerakan yang kaku.

"Papa dari mana aja? Aku nyariin dari tadi tau!"

"Hei hei, kayaknya ada yang salah di sini," Seonghwa memegang kedua bahu anak tersebut lalu merenggangkan pelukan mereka berdua.

"Papa ngomong apa sih?!" anak itu mencebikkan bibirnya.

Seonghwa tersenyum kaku dan mengusap tengkuknya, "Namaku memang Park Seonghwa, tapi aku bukan papamu. Selain itu, aku belum menikah, pasangan pun aku tak punya, jadi mana mungkin aku punya anak."

Anak itu kemudian merogoh kantung kecil yang dibawanya lalu megeluarkan sebuah foto dan menunjukkannya pada Seonghwa.

Foto keluarga.

"Ini."

Mata Seonghwa membulat, di foto itu ia dapat melihat seseorang yang mirip sekali dengan dirinya sedang duduk berdampingan dengan seorang laki-laki sambil memangku anak kecil tadi.

Napas Seonghwa tertahan di ujung tenggorokannya. la tahu betul siapa yang ada di foto itu.

"Ini─"

"Itu Daddy! Masa Papa lupa?"

"Siapa namanya?"

"Siapanya yang siapa?"

"Nama Daddy kamu."

"Kim Hongjoong!" jawab anak itu dengan antusias.

Kim Hongjoong yang itu? Orang yang paling ia hindari saat duduk di bangku SMA? Serius? Sepertinya hidup sedang mempermainkan Seonghwa saat ini.

"Manusia berengsek itu." gumam Seonghwa pada dirinya sendiri.

"Huh? Papa bilang apa barusan?"

"Ah enggak, bukan apa-apa kok," ucapnya sembari menggelengkan kepala, "Kalau kamu, siapa namanya?"

"Kim Soobin!"

"Soobin ya?"

"Um!"

"Soobin umurnya berapa tahun?"

"Enam tahun!"

"Lahir tahun berapa?"

"2026!"

"Sial," rutuk Seonghwa entah pada siapa. la kira, cerita tentang seseorang yang datang dari masa depan itu hanya ada di buku-buku yang ia baca. Namun, sepertinya pikirannya itu salah.

"Soobin, sayang. Jangan bercanda dulu ya─"

"Bercanda apa, Pa?"

"Pa─ Papa tanya sekali lagi, Soobin lahir tahun berapa?"

"2026! Kan barusan Binnie udah bilang!"

Seonghwa memijat pelipisnya dengan pelan, kepalanya tiba-tiba terasa sakit begitu mendengar jawaban anak laki-laki yang mengaku sebagai anaknya tersebut.

"This can't be real."

Papa & DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang