Arwah Denial

Mulai dari awal
                                    

"Danes!" Kali ini suaraku meninggi, tapi Danes hanya berdecak, entah karena kesal dengan seruanku atau apa, tapi yang pasti aku langsung bungkam begitu mendengar decakannya. Aku tahu betul tabiat anak itu, walau keliatan seperti anak sabar dan baik-baik, sebenarnya dia itu lebih menyeramkan dari setan saat sedang marah!

Tak lama setelahnya, Danes memutar kemudinya, membuat mobil berbelok memasuki parkiran rumah sakit. 

"Kenapa kita ke sini?" Pandanganku fokus menatap keluar jendela dan mengamati lingkungan rumah sakit, entah kenapa aku merasakan aura yang aneh dari rumah sakit ini. Aneh sekali, padahal sebelum-sebelumnya aku tidak merasakan apa-apa setiap melewati rumah sakit ini.

"Loh? Nes!" Bukannya menjawab pertanyaanku tadi, lelaki itu malah buru-buru keluar dari mobil dan berlari menuju pintu masuk rumah sakit. "Aish, ya ampun." Aku hanya bisa menghela napas melihat Danes yang terlihat semakin jauh dan jauh hingga akhirnya menghilang setelah pintu otomatis rumah sakit tertutup. 

"Tunggu di sini aja deh." Aku kembali menyenderkan punggungku pada kursi, mengamati kursi pengemudi demi menghilangkan rasa bosan.

"Eh, kuncinya?" Kunci mobil dengan gantungan boneka kecil yang masih menggantung di samping kemudi langsung menarik perhatianku. Sepertinya Danes lupa mencabutnya, atau dia sengaja meninggalkannya agar aku bisa menyalakan AC?

"Memang anak itu, pengertian banget. Bisa mati kepanasan kalau kekunci di sini." Aku terkekeh kecil dan melompat ke kursi pengemudi lantas menyalakan mesin mobil. 

"Lebih baik," ucapku sembari tersenyum kecil saat AC mobil kembali menyala. Setelahnya, aku mengutak-atik radio, mencari stasiun radio yang biasa kudengarkan. 

Tidak butuh waktu lama hingga mobil tidak lagi terasa sepi, rasanya sesak sekali saat perjalanan tadi, benar-benar sepi. Padahal jika kami sedang berdua, suasananya tidak akan sesunyi tadi.

Baru juga beberapa saat berlalu dari saat aku menyalakan radio, radio itu sudah mengeluarkan suara yang tidak enak saja, seperti suara plastik yang bergesekan, suara yang biasa terdengar saat sinyal radionya tidak bagus. "Kenapa deh?" Jujur, sebenarnya sebanyak apa sih aku mengalami kesialan dalam dua hari terakhir ini?

Dan belum cukup sampai di sana, mesin mobil tiba-tiba mati padahal aku tidak ada menyentuh kuncinya.

"Astaga." Hanya itu yang lolos dari bibirku. Aku kembali memutar kunci dan menyalakan mesin, namun ternyata mesin mobilnya tidak kunjung menyala. 

"Kenapa lagi ya ampun." Aku terus-menerus memutar kunci tapi mesin mobil itu hanya hidup untuk beberapa saat sebelum akhirnya padam kembali. 

Samar, aku merasakan bau busuk yang sangat tidak mengenakan berada dekat denganku. Tatapanku yang mulanya terfokus pada kunci mobil, kini mulai mencari sumber bau tersebut. 

"SETAN!" 

Aku refleks menjauhkan tubuhku dari jendela begitu melihat sosok dengan wajah pucat nan busuk serta noda darah yang menghitam. "Astaga beneran setan!" Aku menatap ngeri wajah yang menempel di jendela samping kiriku.

"Cepet, cepet, cepet!" Tanganku bergerak semakin cepat memutar kunci, aku harus pergi dari sini! 

"Jauh-jauh sana!" Aku menendang jendela mobil dengan kaki, berharap setan itu segera pergi. Aish! Tapi setan itu terlalu keras kepala!

"Ke ... napa ... kamu masih baik ... baik saja?" Suara setan yang serak, parau dan berat sukses membuatku merinding. Astaga, siang bolong begini kenapa ketemu makhluk begini deh!?

"Akhirnya!" Aku tidak bisa menghentikan senyum senangku begitu mesin mobil kembali hidup.

BUK!

Belum sempat menginjak pedal gas, setan di luar lebih dulu memukul jendela mobil, "kenapa kamu bisa bertahan di sini!?" Setan itu kembali berbicara, kali ini dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya. Tapi yang membuatku lebih merinding lagi adalah pertanyaannya yang sangat tidak masuk akal.

Aku tidak mau menunggunya hingga masuk ke dalam mobil, jadi tanpa pikir panjang lagi aku menginjak pedal gas dan kabur dari parkiran rumah sakit. Bodo amatlah dengan Danes, nanti-nanti tinggal aku kembalikan mobilnya!

"Katakan!"

"ASTAGA!" Aku melotot menatap setan tadi yang masih saja menempel di jendela layaknya seekor cicak. Sudah pasti dia bukan setan jejadian!

"Tubuhmu! Dimana tubuhmu!?" Setan itu semakin berteriak layaknya orang gila, atau setan gila? Apapun itu, aku tidak suka dia menempel di jendela begitu! Apalagi sampai bertanya hal aneh begitu, apa dia setan mesum!? Megerikannya lagi dia terlihat seperti seorang pria, bapak-bapak malah, masa dia tertarik pada tubuhku!?

"Pergi sana!" Aku berseru, menekan pedal gas lebih kuat, semoga saja dengan ini setan itu bisa mental dari mobil. Tapi sepertinya setan ini terlalu bersikeras, walau beberapa mobil sudah mengelakson karena kecepatan mengendaraiku, setan itu tetap enggan lepas dari mobil, sungguh deh!

"EY!" Belum juga selesai dengan setan yang menempel itu, seorang gadis tiba-tiba saja muncul di depan sana dan membuatku berbelok tajam  hingga menabrak pembatas jalan. 

BRUK!

"Ukh." Aku mengerang pelan sembari berusaha membuka mataku. Begitu membuka mata, hal pertama yang terlihat adalah pembatas jalan yang bengkok dan asap yang mengepul. 

"Ya ampun mobilnya Danes! Semoga enggak parah ..." 

"Enggak parah palamu, benyok gitu depannya." 

Kepalaku menoleh tajam begitu mendengar suara cempreng asing di sampingku, "kamu siapa!? Dan ngapain berdiri di tengah jalan kayak tadi heuh!?" Walau terkejut, sejujurnya aku bersyukur dia bukan setan yang tadi menempel di jendela.

Bukannya menjawab, perempuan yang terlihat seperti anak SMA itu malah menatapku malas, seolah dia sudah muak denganku. "Ya ampun, selama dua puluh tahun bekerja untuk langit, belum pernah aku bertemu manusia semerepotkan dirimu." Perempuan berambut ungu dengan dua kepang itu menghela napas panjang sembari memijat dahinya. 

"Bazil Rian, kamu sudah mati dan aku yang akan membawamu ke akhirat." Layaknya orang gila, perempuan itu mengatakan hal tersebut dengan muka serius.

"HAH!?" Dan aku hanya bisa berseru tidak percaya mendengar kalimatnya.

.

.

.

.

.

.

.

.


02 Oktober 2022

Author's Note

Rian sebagai tokoh utama ...
Agak merepotkan :")

Kayaknya ini termasuk ceritaku yang bakal banyak dialognya daripada narasinya... sumpah tu anak jadi cowok (dan hantu) cerewet banget, bahkan di saat gak ada orang yang dengerin dia aja dia ngomong terus. Dan makin susah di saat hantu cerewet itu dengan pedenya ngira dirinya masih bisa didengerin sama manusia :)




Am I Dead!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang