Salvio masih bergeming, membuat Saga berdiri dan mulai mendekat. Badan Saga condong ke depan membuat Salvio dengan cepat menjauhkan badannya hingga dirinya hampir saja jatuh terbaring di ranjang.

"Ma–mau apa?!" Salvio mencoba memasang wajah galaknya walau dalam hati sudah ketar-ketir tak karuan.

"Disuruh mandi malah diem. Mau dimandiin? Gue sih gak keberatan kalo harus mandi dua kali." Seringaian terbit di wajah Saga membuat Salvio melotot dan dengan cepat mendorong dada Saga. Tangan Salvio bersentuhan langsung dengan kulit Saga membuat Salvio panik lalu berlari ke kamar mandi. Dirinya bahkan lupa tak mengambil baju ganti terlebih dahulu.

Saga yang melihat tingkah Salvio tak dapat lagi menahan tawanya. Saga merasa mendapat hiburan setiap kali dirinya menjaili Salvio. Tawa Saga terhenti saat dirinya mendengar suara pintu terbuka kembali. Salvio keluar dari kamar mandi dengan terburu tanpa menoleh ke arah Saga. Dirinya dengan asal mengambil baju dan celana tanpa mengeceknya dulu dan setelah dapat dirinya kembali masuk ke dalam kamar mandi dengan bantingan pintu cukup kencang.

Saga menggeleng pelan melihat tingkah Salvio. Saga menunggu acara mandi Salvio sembari mengecek ponselnya, setelah sebelumnya memakai kaos hitam polosnya. Saga membaca data diri Salvio yang tadi sudah dikirim oleh Riki.

Untuk info saja, Riki adalah tangan kanan Saga di perusahaan.

Saga membaca secara teliti biodata Salvio Delvian. Lahir tahun dua ribu tiga dan besar di panti asuhan. Memutuskan keluar dari panti asuhan sejak kuliah dengan temannya yang bernama Hamas. Keduanya menyewa apartemen murah untuk mereka berdua tinggal.

Salvio kuliah jalur beasiswa namun saat ini dirinya mengambil cuti karna dia ingin fokus bekerja untuk membantu biaya panti asuhannya dulu. Sepertinya Salvio merasa bertanggung jawab untuk membantu panti asuhan  yang sudah merawatnya.

Salvio bekerja di tiga tempat sekaligus dengan jatah libur hanya di hari minggu, itupun dia gunakan untuk mengajar les anak SMP. Keterangan itu membuat alis Saga menekuk, merasa tak suka dengan info yang dia baca.

Merasa sudah cukup mengetahui banyak hal tentang Salvio, Saga menyudahi membaca biodata Salvio. Kini dirinya menghubungi Riki untuk menyuruh tangan kanannya itu membuatkan surat pengunduran diri atas nama Salvio ke tiga tempat di mana Salvio bekerja selama ini. Juga tak lupa Saga menyuruh Riki untuk memberikan donasi kepada panti asuhan Salvio dan mendaftarkan diri menjadi donatur tetap di panti asuhan itu.


Ceklek!


Suara pintu terbuka membuat Saga dengan cepat mengakhiri teleponnya. Pandangan Saga kini tertuju ke Salvio yang kini menggunakan kaosnya yang terlihat sedikit lebih besar dari badannya. Salvio yang mendapat tatapan dari Saga mulai salah tingkah. Dirinya berdiri kikuk di depan pintu, bingung harus melakukan apa sekarang.

Saga yang mulai sadar mengerjap. Dirinya lalu berdiri dan mendekati Salvio.

"Lo mau makan?" tanya Saga membuat mata Salvio langsung berbinar.

"Mau!" jawab Salvio semangat. Jujur saja perutnya sudah sedari tadi berdemo minta diisi.

"Yaudah ayo keluar. Mama sama Papa udah nunggu di ruang makan."

Ajakan dari Saga membuat binar mata Salvio meredup, digantikan dengan tatapan cemas yang kentara.

"Gue gak jadi ikut aja ya."

"Kenapa? Di bawah cuma ada Mama sama Papa kok."

'Justru karna ada mereka!'

Ingin rasanya Salvio teriak di depan wajah Saga yang sekarang mengangkat satu alisnya. Apa Saga memang tak sadar bahwa apa yang mereka berdua tadi lakukan di altar bukanlah keinginan orang tua Saga? Apa Saga tak memikirkan bagaimana nasib Salvio di depan kedua orang tuanya nanti?

"Eumm gue udah kenyang."


Kruyukkk!!


PERUT BEDEBAH!!!

Wajah Salvio sudah semerah tomat saat perutnya dengan lantang berbunyi. Saga sekuat tenaga menahan tawanya. Dirinya berdehem dan mulai menggandeng tangan Salvio keluar kamar.

"Gapapa. Orang tua gue baik kok. Lo gak perlu takut."

"Mana bisa gue gak takut. Nanti kalau gue dimaki-maki gimana?" rutuk Salvio, niatnya cuma dalam hati namun sepertinya dia mengutarakannya dengan jelas.

"Gak akan. Percaya sama gue."

Salvio berdecih. "Kenapa gue harus percaya sama lo coba?"

Saga berhenti membuat Salvio juga berhenti. Saga berbalik. Kini badan keduanya saling berhadapan.

"Karna gue suami lo. Gue akan jagain lo."

Mata Salvio mengerjap. Ah iya status Salvio kini sudah berubah. Dirinya sudah mempunyai suami. Mata keduanya bertemu. Salvio meneguk ludah saat menatap mata Saga yang menatapnya dalam.


'Status baru ini.. akan baik-baik aja kan buat gue?'



《¤》

TROUBLE? TROUBLES?! [END]Where stories live. Discover now