'Awas saja sampe rumah nanti gue jadiin bumbu seblak lo ya!' tekad Salvio dalam hati.

Di tengah perjalanan tiba-tiba Salvio merasa ingin buang air kecil. Matanya mulai mengitar, mencari petunjuk di mana keberadaan toilet di sekitarnya karena jujur saja gedung yang dia tempati sekarang terlalu besar membuat Salvio kebingungan.

Karena rasa ingin ke toiletnya terlalu besar, dirinya bahkan sudah tak sadar bahwa Hamas dan juga Jazel sudah tak berada di dekatnya. Fokus Salvio kini hanya menemukan tempat yang bernama toilet.

Itu saja.

Tak dapat menemukan sendiri membuat Salvio langsung memberanikan diri mendekati seseorang yang memakai seragam serba hitam. Dalam pikiran Salvio dirinya membuat asumsi bahwa orang itu adalah salah satu petugas keamanan.

"Ehm maaf Pak, toilet di sebelah mana ya?" Salvio bertanya sopan. Orang yang ditanya Salvio sesaat mengamati pakaian yang digunakan Salvio membuat Salvio sedikit risih namun tetap mencoba menjaga ekspresi wajahnya.

Setelah terdiam cukup lama akhirnya orang itu menunjukkan arah di mana toilet berada. Salvio bergumam terima kasih lalu dengan secepat kilat dia melesat menuju ke tempat dimana dia bisa menyelesaikan urusannya.

Tak butuh waktu lama untuk Salvio selesai dengan urusannya karena toilet tidak dalam keadaan ramai. Dirinya dengan wajah lega mulai keluar dari toilet dan mencoba mencari tempat Hamas dan Jazel berada. Tangannya meraih ponsel di sakunya, mencoba mengirim pesan ke Hamas karena jujur saja sekarang Salvio mulai kebingungan mencari sahabatnya itu.

Untuk info saja Salvio adalah orang yang cepat lupa dengan tiga hal.

Nama orang, wajah orang, dan juga arah. Salvio susah menghapal tiga hal itu.

"Duh Hamas lo lagi ngapain sih? Kenapa gak bales chat gue?!" Salvio menggerutu kesal saat spam chatnya belum juga mendapat jawaban. Salvio beralih mencoba menelepon Hamas sampai dirinya tak sadar langkahnya membawanya mendekat ke seseorang yang juga sibuk dengan ponselnya.

Dan terjadilah tabrakan yang tak dapat dihindari oleh keduanya. Badan Salvio yang tak siap mulai oleng namun tangannya dengan sigap mencoba mencari pegangan dan untungnya dia mendapatkannya.

Sebuah tangan menyambut tangannya membuat Salvio tak jadi terhempas ke lantai namun kini dirinya tertarik kencang ke dalam dekapan seseorang.

"Ma-maaf.. gue gak sengaja." Salvio menunduk setelah sebelumnya melepaskan tautan tangan keduanya saat dirinya sudah dapat berdiri dengan benar. Orang di depan Salvio mendengus membuat Salvio semakin menundukkan kepalanya.

'Apa orang ini marah? Tapi kan gue udah minta maaf?' batin Salvio berkecamuk. Dirinya itu paling anti membuat masalah dengan orang. Salvio itu untuk bangun pagi saja rasanya malas, apalagi mencari masalah. Sangat sangat malas.

"Ma—"

"Apa lo liat orang ini?"

"—af eh apa?" Salvio mengernyit bingung saat dirinya tiba-tiba disodorkan sebuah ponsel dengan foto seseorang tepat di depan wajahnya. Mata Salvio langsung tertuju pada foto orang yang tak asing karena baru beberapa menit lalu dia temui.

"Loh ini kan tadi teman kencannya Hamas duh siapa ya namanya tadi.. Ja–siapa ya tadi–oh iya Jazel namanya. Iya tadi gue ketemu sama Jazel. Dia itu teman kencannya sahabat gue. Ini gue juga lagi nyari mereka soalnya tadi gue sempet kepisah sama mereka gara-gara gue kebelet pi—" Salvio mendongak dan langsung melangkah mundur saat melihat wajah tegang orang di depannya. Dirinya mulai merutuki kebodohannya saat sadar bahwa tadi dia terlalu banyak bicara dan mungkin saja itu yang membuat orang di depannya menjadi tegang karena tak nyaman dengan cerita Salvio.

TROUBLE? TROUBLES?! [END]Where stories live. Discover now