Ternyata sepi melaju sendiri

Mulai dari awal
                                    

Sejak hari itu... Nanang tidak pernah datang lagi.

"Bangun, gue papah ke depan, gue minta tolong pesenin grab car sama anak-anak."

"Enggak, enggak bisa, lombanya tiga hari lagi... gue harus... ikut."

Pandangan Ailen memburam, nafasnya berat, yang terakhir ia ingat adalah suara teriakan minta tolong Lula.

Gawat, ia tumbang. Padahal lomba itu sangat berarti untuk Ailen.

***

Nanang memutar playlist dengan judul 'Playlist buat sepedaan' lewat spotifynya, susunan lagu itu dibuat oleh Ailen bersamanya, dibuat berdua, terisi oleh lagu yang asik menurut Nanang atau lagu-lagu lama favorit Ailen. Nanang ingat sekali Ailen bersemangat menyarakan beberapa lagu sembari berkata... "Kalau enggak sepedaan tapi gue muter lagu-lagu ini, itu artinya gue keingat kak Nanang."

Dan Nanang kini juga mendengarnya sebab teringat atau bahkan merindukan Ailen.

Setelah kejadian di pantai itu Nanang belum punya muka bertemu Ailen meski Dimas bilang padanya kalau setiap kehidupan manusia itu memalukan hanya saja mereka harus mampu menutupi 'malu' itu, pada hakikatnya semua yang memalukan memang harus ditutupi, contohnya kemaluan. Itu kata Dimas, bukan Nanang.

"Jadi ibarat kemaluan, elo malu titit lo diliat Ailen?"

"Enggak ada pengibaratan yang lain kek gitu selain titit?"

"Enggak ada, pokoknya intinya elo malu padahal Ailen biasa aja, bahkan cenderung menunjukkan ketertarikan."

"Sama titit gue?"

"Katanya enggak mau pengibaratan titit gimana sih?"

Keduanya lantas terbahak, deep talk dengan Dimas memang ujung-ujungnya tetap komedi.

"Tapi kalau elo butuh waktu ya udah Nang, siapapun pasti shock kalau tiba-tiba orang lain tahu ukuran, bentuk dan warna tititnya sebelum waktunya, padahal entar juga tahu, iyakan? Cuma terlalu awal aja jadinya elo shock."

"Kita bisa menghentikan dick jokes ini enggak sih bangsat? Takut punya gue bersin karena diomongin mulu."

Dimas merangkulnya akrab sembari memijat pelan pundak Arjuna, sayang sekali ia tidak bisa memberikan nasehat bijak, Dimas hanya tahu mendengar dan membuatnya tertawa tapi di dalam hati Dimas sungguh paham keresahan sahabatnya itu.

"Ailen, enggak bakal ilfeel sama lo, yakin gue."

"Tapi abangnya tahu gue mantan pecandu, padahal sebenarnya gue tuh mau cerita sama Ailen, Dim. Tapi nanti kalau udah ada moment yang cocok! Yah dia malah tahu duluan, mana gue udah cerita soal orang tua gue, gue ketemu dia dalam keadaan enggak ideal, nyasar, nyusruk, semuanya jelek-jelek banget perasaan,"

Nanang menarik nafas panjang.

"Gue kalau enggak direstuin sama abangnya gimana, Dim?"

"Masalahnya nih cewek emang beneran suka sama lo apa cuma peduli sebagai temen sepeda lo sih? Pastiin dulu!"

"Tapi gue enggak punya muka ketemu sama dia, malu."

"Kan pake baju!"

Sudahlah setidaknya hari itu Nanang lega telah didengarkan meski ia tetap pada rencana awalnya untuk tidak datang lagi di jadwal sepeda mereka, tidak untuk selamanya, hanya sementara, hanya butuh waktu dan menabung rindu.

Lagu-lagu di playlistnya silih berganti memaksa memorinya bekerja memutar moment-moment dirinya dan Ailen di atas sepeda, setiap lagu di sana punya cerita.

Cycle mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang