(1/8) Tamu-Tamu Pulau

117 11 17
                                    

Seorang gadis remaja dengan rambut merah kucir kuda sedang berdiri di hadapan barisan muda-mudi yang duduk di atas kursi kayu panjang dekat pelabuhan kecil yang sepi. Jari lentiknya menunjuk satu persatu remaja lainnya.

"Bella. Caroline. Ethan. Ronaldo. Rolando. Dan kakakku tersayang, Adam. Baiklah, kurang dua orang," ucap Jean, si gadis rambut merah.

"Memang masih kurang siapa?" tanya Bella, sahabat Jean, seorang gadis berambut pirang lurus sepunggung. Ia asyik melihat cermin untuk memperbaiki riasannya yang cenderung menor untuk anak seusianya.

"Nora dan Summer."

Remaja lain di hadapan Jean menoleh padanya dengan tatapan tidak percaya.

"Kau mengajak Nora? Si kutu buku itu?!" seru Caroline, gadis tomboi dengan rambut bercat putih dan berpotongan pendek seperti laki-laki. Sahabat Jean yang lain.

Jean mendelik pada Caroline.

"Kau pikir aku mau, hah?! Ayahku hanya akan mengizinkan dan membayar perjalanan liburan kita kalau aku membawa Nora."

"Bagaimana ayahmu mengenal Nora?" tanya seorang remaja pria dengan rambut pirang bergelombang sambil terus menyuapi potongan keripik dari bungkus cemilan.

"Ronaldo! Itu keripikku!" protes remaja pria lainnya yang sangat mirip, bagai pinang dibelah dua, dengan remaja yang tadi bertanya. Mereka adalah si kembar Ronaldo dan Rolando.

Ronaldo hanya diam ketika kembarannya merebut bungkus keripiknya dan tidak peduli ketika Rolando menjitak kepalanya.

"Dia sepupuku."

"Apa?!" Hampir semua teman Jean berteriak.

"Anak pamanku. Ayahku merawat Nora ketika pamanku dan istrinya meninggal karena kecelakaan." Mata Jean berkilat marah. "Dia lebih menyukai si kutu buku busuk itu dibanding putirnya sendiri."

Melihat kekasihnya tampak kesal, Ethan lantas memeluk pinggang Jean untuk menghibur gadis itu.

"Lalu mengapa kau mengajak Summer? Dia anak yang baru pindah di kelas sebelah, kan?" tanya Bella. Akhirnya ia menutup tempat bedak dan memandang sahabatnya.

"Yah ... aku menyukainya. Dia anak yang menyenangkan."

"Hanya itu?" kening Bella berkerut. "Kurasa dia tidak sopan sudah membuat kita menunggu seperti ini."

"Summer mengabariku kalau mobilnya mogok. Aku sudah menyuruh Dmitry menjemputnya," balas Jean sekenanya. "Ah. Itu mereka!"

Teman-teman Jean menoleh ke arah sebuah mobil mewah keluaran terbaru yang datang dari arah jalan raya dan memasuki halaman pelabuhan kecil tersebut.

Dari dalam mobil muncul tiga orang lain.

Seorang pria berbadan kekar dan berkepala botak keluar dari kursi pengemudi lalu segera membuka bagasi mobil. Ia mengeluarkan dua koper dari dalam bagasi.

Dari kursi samping pengemudi keluar seorang gadis berambut panjang bergelombang yang berwarna coklat. Kulitnya sedikit kecoklatan dan berkilau di bawah matahari. Ia berlari menuju pinggir pelabuhan tempat Jean dan teman-temannya berkumpul.

"Jean!" seru Summer riang lalu memeluk Jean. Senyumnya lebar dan ia terkesan seperti pribadi yang penuh semangat.

Jean balas memeluk Summer. Ia lalu memperkenalkan gadis itu.

"Semuanya. Dia Summer, teman yang kukenal di klub teater. Summer, ini sahabat-sahabatku."

Summer menyalami semua orang dengan antusias sambil meminta maaf pada mereka karena terlambat.

Dalam sekejap, pandangan teman-teman Jean berubah. Mereka merasa Summer menyenangkan dan memiliki sikap baik.

Akan tetapi, senyum mereka lenyap saat melihat seorang gadis berambut hitam yang dikepang satu mendekat perlahan setelah keluar dari dalam mobil. Gadis itu hanya menunduk dan terdiam di dekat Summer. Dia adalah si kutu buku, Nora.

Summer yang menyadari kedatangan Nora lantas merangkul gadis kikuk tersebut.

"Ah! Aku bertemu dengan Nora saat melihatnya berjalan dari terminal bus. Katanya dia juga liburan bersama kita, jadi kuajak naik mobil bersama. Tiba-tiba mobilku mogok, dia jadi ikut terlambat deh."

"Duh. Aku minta maaf sudah mengajak Nora. Ternyata dia seorang pembawa sial," balas Jean dengan santai.

"Eh. Tidak. Mobilku yang—"

"—Karena kita sudah berkumpul. Ayo segera berangkat!" potong Jean lalu memberi isyarat pada pengawalnya, Dmitry.

Dmitry pun menyalakan mesin kapal cepat yang terparkir di pinggir dermaga. Kapal cepat itu berwarna putih dengan atap kain hitam dan memiliki dua belas tempat duduk, kapal yang tentunya muat untuk kelompok liburan Jean yang berisi sembilan orang remaja ditambah seorang pria dewasa muda yang merupakan pengawal pribadi Jean.

Segera setelah barang-barang dan semua orang naik, Dmitry memacu kapal menuju ke arah lautan lepas.

"Sebenarnya kita akan ke mana?" tanya Ronaldo di sela senda gurau sembilan remaja di atas kapal cepat.

"Pulau privat!" jawab Jean dengan semangat. "Ini bukan pulau pribadi biasa! Ayahku mendapat rekomendasi dari kenalannya. Katanya pulau itu bisa dipesan sesuai tema yang diinginkan pemesannya. Nanti seisi pulau akan dihias sesuai tema!"

"Keren banget!" seru Rolando.

Teman-teman Jean menjawab dengan seruan semangat.

"Lalu, tema apa yang kau pesan?" Ronaldo lanjut bertanya.

"Halloween. Sebentar lagi kan Halloween."

Sontak senyum di wajah teman-teman Jean menghilang.


***

Pulau sang PenyihirWhere stories live. Discover now