Part 1. Curvy Body

575 77 22
                                    

Jarum jam pendek mengarah pada angka delapan menandakan jam kerja akan dimulai satu jam lagi. Para pekerja mulai berdatangan, saling menyapa dan bercengkrama. Hanya seorang perempuan yang duduk di sudut ruangan menunduk menekuri layar ponsel, terisolasi oleh sekitar.

Layar menampakkan situs UNICEF yang kerap kali menarik perhatiannya beberapa bulan belakangan. Foto-foto kegiatan sosial tampak menyenangkan, dan ia menghela panjang mendapati wajah cantik dan tubuh ramping dalam potret.

Ia menatap pantulan diri dalam layar komputer yang masih gelap, kembali merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya yang gempal. Sungguh jiwanya meronta, ingin bergaul dengan banyak orang yang sayangnya tak pernah terwujud karena rasa tidak percaya diri. Fisiknya jauh dari standar negri ini membuatnya acap kali menjadi bahan perundungan. Memaksanya menarik diri dari kehidupan sosial yang ia dambakan.

"Kekasihku baru saja menghadiahkan kalung ini untuk hari jadi kami yang ke lima." Jessie, rekan kerjanya bersuara lantang membanggakan.

Itu hubungan atau cicilan rumah?

Ia mendumal dalam hati, sejatinya ia hanya iri karena tak pernah ada pria yang mau menjalin kasih dengannya bahkan diusia yang menginjak dua puluh sembilan tahun. Siapa pula yang mau melirik tubuh gemuknya ini jika bukan untuk mencemooh.

"Aahhh aku iri, kekasihku tidak pernah seromantis itu." sahut Minju, rautnya dibuat cemberut seakan ia benar-benar iri.

Wanita itu yakin di balik pembicaraan ini mereka saling mengolok satu sama lain di belakang, ia sudah hapal dengan jenis pertemanan ini. Kembali ia fokus menekuri ponsel. Sejenak ia terpana mendapati wajah baru dalam kegiatan sosial itu, pria tampan tersenyum lebar menatap kamera sembari menggendong seorang anak perempuan.

Rasa penasaran membuatnya mencari-cari akun media sosial pria itu, melihat satu persatu foto pria tampan yang baru ia ketahui menetap di California. Ia dengan cepat mengagumi.

"Tidak perlu iri satu sama lain, setidaknya kalian memiliki kekasih. Tidak seperti Hyein yang tidak pernah memiliki kekasih."

Sontak tawa menguar di seluruh penjuru, wanita itu mendongak. Ia bahkan hanya diam, tidak memperhatikan pembicaraan mereka karena terlalu sibuk dengan dunianya. Tapi tetap saja menjadi sasaran empuk olokan mereka.

Dengan perasaan dongkol ia berdiri, "Aku memiliki kekasih! Karena menjalin hubungan jarak jauh kami tidak pernah terlihat bersama!" pertama kalinya kebohongan ia lontarkan seumur hidup, dan Hyein mungkin akan menyesali ini.

Kepalang tanggung, ia memperlihatkan foto lelaki yang ia akui sebagai kekasihnya. Toh ia tidak akan pernah bertemu dengan pria itu, lelaki itu tinggal di benua lain dan jauh dari Seoul. Mendapati itu, seorang pria yang juga kerap mengolok bentuk tubuhnya maju meraih ponsel itu dan mengarahkan agar rekan mereka bisa melihat foto dengan lebih jelas.

Mereka serempak tertawa setelah berpura-pura memasang wajah terkejut. "Khayalanmu luar biasa Hyein. Sadarlah, aku yang tidak setampan itu saja enggan mengencanimu."

Jelas saja ungkapan itu menyakitinya, Hyein seakan orang yang sama sekali tidak pantas mendapat cinta hanya karena tubuhnya yang tidak proporsional.

"Terserah jika kalian tidak percaya! Yang jelas pria itu kekasihku! Aku tidak seburuk itu untuk memiliki kekasih tampan!"

Hyein merasa tidak seperti dirinya yang biasa, biasanya ia hanya akan diam bahkan memaksakan diri untuk ikut tertawa dengan perundungan yang ia alami. Ia terlalu sensitif hari ini, atau ia sudah tidak bisa menahan lagi sakit hati yang ia pendam selama bertahun-tahun bekerja di sini.

Ia kembali duduk setelah berhasil mendapatkan ponsel pintarnya kembali, diam-diam mengatur napas menahan air matanya. Hyein masih mendengar olok-olokan yang ditujukan untuknya hingga dehaman cukup keras memhuat keadaan seketika hening.

Memandang sekitar, Hyein buru-buru berdiri mendapati kehadiran Park Jinkyu, manager marketing yang membawahi bagiannya. Pria paruh baya yang kabarnya akan pindah ke kantor cabang itu tersenyum lebar, menyapa mereka.

Tapi bukan itu yang membuatnya berdiri kaku, pria itu memperkenalkan seorang pria tampan sebagai penggantinya. "Mulai hari ini Byun Baekhyun akan menggantikanku sebagai partner kalian, dia memang masih muda tapi pengalamannya tidak perlu diragukan lagi." Hyein menunduk dalam.

Para pekerja wanita yang semula menatap Baekhyun kagum, kini berbisik-bisik sembari melirik pada satu perempuan, begitu pula pekerja laki-laki. Pria itu, Baekhyun menatap heran.

"Baekhyun, ini Hyein. Dia asistenku yang sekarang akan menjadi asistemu. Kau bisa mengandalkannya, karena kau masih baru di Korea, kau bisa meminta bantuannya."

Baekhyun tersenyum sopan pada Hyein, dan wanita itu tetap saja menundukkan kepala. Ia kebingungan sendiri, semakin yakin jika ada yang salah di sini. Jinkyu berpamitan setelah bercengkrama sejenak dan berjanji akan menraktir mereka minum sebagai tanda perpisahan malam ini.

"Baekhyun-ssi, apa kami harus meninggalkan ruangan untuk memberikanmu privasi dengan kekasihmu." pria bername tag Lee Hanmin itu bersuara jenaka, melirik Hyein dengan tatapan mengejek.

Dengan cepat, Baekhyun dapat memahami situasi. Namun ia tetap harus meminta penjelasan pada gadis manis bersurai gelombang itu.

"Tidak perlu, kembalilah bekerja." ia beralih pada Hyein yang meremas jemarinya gelisah. "Hyein-ssi, ikut aku."

Jantung Hyein hampir lepas dari rongganya, kedua kakinya melemas seakan tubuh gempalnya akan rubuh saat itu juga. Ia memaksakan langkah mengikuti Baekhyun memasuki ruang manager yang kini menjadi ruangan pria itu.

Ruangan yang jelas saja tidak akan memberi privasi pada pemiliknya, dinding ruangan itu terbuat dari kaca yang biasanya memudahkan manager mengamati karyawan. Jelas semakin membuatnya gugup karena berpasang mata diam-diam mengamati.

Click

Suara kunci membuat bulir keringat menetes di pelipisnya, Baekhyun duduk dengan santai di kursi kebesarannya sembari memaku pandang pada perempuan di hadapannya.

"Duduklah." dan Hyein menggeleng lemah, kepalanya terus tertunduk. Baekhyun menghela napas pelan, mengalah.

"Jadi, bisa jelaskan apa yang terjadi? Dari apa yang kuamati, telah terjadi sesuatu antara kau dan karyawan lain. Sepertinya aku ikut terlibat."

Hyein menggigit bibir, "Hari ini saya mendapat foto anda dari media sosial dan mengakui anda sebagai kekasih saya, saya minta maaf. Saya melakukannya karena tidak tahan lagi dengan perundungan yang saya terima karena bentuk tubuh saya." Manik mata perempuan itu berkaca-kaca.

Baekhyun menatapi tubuh Hyein dari atas ke bawah, dan tidak ada hal yang membuatnya merasa perempuan ini pantas dirundung. Tubuhnya memang lebih berisi dari rekan kerjanya yang lain, tapi itu bulan sebuah kesalahan, bukan? Apakah ini berhububgan dengan standar kecantika negri ini? Baekhyun juga kurang memahami, ia lahir dan tumbuh besar di Benua Amerika, dan lingkungan dimana bentuk tubuh bukan segalanya.

"Semua orang mengatai saya dan itu terjadi begitu saja, saya mengatakan anda adalah kekasih saya. Saya akan mengakui kebohongan saya pada semuanya. Saya sungguh menyesal, maafkan saya." Hyein membungkuk dalam memohon maaf dan undur diri sembari mengusap sudut mata yang berair.

Dan Baekhyun dapat melihat wajah-wajah penasaran yang bersiap mengolok Hyein di luar sana, ia merasa terganggu.

Maka sebelum Hyein berhasi menjauh, ia menarik lengan wanita itu mendekap pinggangnya membawa ke dalam pelukan. Kedua mata Hyein melebar, tangannya bertengger di dada bidang Baekhyun. Pria itu memencet remot membuat kaca yang semula tembus pandang menjadi buram sepenuhnya.

Hyein bisa mendengar jerit histeris dari luar sana, tapi ia tidak mampu mencerna situasi akibat wajah Baekhyun yang terlalu dekat. Ia bahkan dapat merasakan hangat napas pria itu jika sedikit saja ia mendekat maka bibir mereka akan bertemu.

"Tatapan mereka sangat mengganggu."

***

Halo aku kembali
Kali ini aku mengangkat cerita dengan genre adult romance, jadi sudah paham dong usia yang dianjurkan?
Ini 18+ ya chingu ^^

Bad AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang