17. Festival part 2

En başından başla
                                    

Sampai ketika ponsel gadis itu berbunyi pertanda ada panggilan masuk.

"Dari siapa?" Tanya Jihoon.

Giselle menoleh. "Susternya Bunda. Aku angkat dulu ya." Giselle izin untuk mengangkat telfon.

Jihoon tidak tinggal diam. Pemuda ini mengikuti Giselle pergi karna melihat raut wajah pacarnya yang tiba-tiba berubah ketika menerima panggilan tersebut.

"Halo, ada apa mbak?" ujar Giselle yang memilih untuk berdiri agak jauhan dari sound system. Ada rasa cemas di nada suara gadis itu.

Jihoon bisa melihat gadisnya itu sedang ketakutan sekaligus gugup.

"Gitu ya mbak, tapi udah mau minum obat lagi kan? Syukur deh kalau nggak sampai parah," kata Giselle lagi ketika mendapatkan balasan dari orang yang meneleponnya.

"Iya mbak, tolong jagain Bunda dulu ya. Giselle di sini baik-baik aja." Giselle mengangguk. "Aku usahain nanti bilang sama Daddy ya mbak makasih ya."

Sambungan telfon pun dimatikan. Giselle menghela napas seraya mengigit bibir dan mengacak rambutnya. Dia tadi beneran takut ketika melihat pendamping Bundanya menelepon. Giselle takut kalau orang tuanya itu akan berbuat sesuatu yang membahayakan diri.

Ketika dia hendak kembali, matanya bertemu dengan mata Jihoon yang ternyata sudah menunggunya. Pemuda itu melangkahkan kaki mendekati Giselle, "semuanya baik-baik aja?" Tanya Jihoon memastikan.

Giselle membuka bibir kecil kemudian menggelengkan kepala. Air mata yang dia tahan akhirnya jatuh juga, Giselle menangis.

Bahunya bergetar hebat dengan kedua tangan mencengkram jaket Jihoon kuat-kuat. Suara tangisannya semakin kencang menusuk telinga Jihoon yang mana langsung menarik Giselle ke pelukannya.

"Aku takut...takut banget," ucap Giselle di sela-sela tangisannya.

Jihoon hanya bisa menenangkan gadis itu, memberikannya pelukan hangat yang tidak pernah Giselle dapatkan dari lelaki mana pun termasuk ayahnya sendiri.

"Everything will be okay, trust me" ucap Jihoon memberikan semangat kepada Giselle. Sudah lama sekali dia melihat Giselle menangis lagi, biasanya Giselle akan berpura-pura memasang topeng tegar, tapi kali ini dia tidak bisa lagi.

Penyakit bundanya kambuh dan Giselle takut jika bunda akan melakukan suatu hal gila seperti dulu lagi.

Cukup dia kehilangan sosok Ayah, dia tidak ingin kehilangan Bundanya. Salah satu orang yang menjadi alasan Giselle masih bertahan sampai saat ini setelah mengalami segala hal buruk di masa lalunya.

Jihoon melepaskan pelukannya, sedikit membungkuk dan menghapus air mata di pipi Giselle. "Mau kabur nggak?" Ajak Jihoon sambil tersenyum manis.

"Kabur? Maksud kamu apa?" Giselle bertanya-tanya.

"Kabur dari sini. Kita jalan-jalan mungkin atau ngelakuin sesuatu yang bikin mood kamu balik lagi."

"Tapi sekarang udah malam. Temen-temen kita juga gimana?"

Jihoon lagi-lagi tersenyum manis membuat sedikit rasa takut di hati Giselle perlahan hilang. Senyuman favorit Giselle setelah senyuman bunda yang selalu membuat hatinya menghangat, siapa lagi kalau bukan senyum milik Jihoon.

Dia jadi ngerti kenapa banyak cewek-cewek di kampus yang tergila-gila sama Jihoon, selain dia tau cara menghargai seorang perempuan mungkin juga karna senyuman pemuda ini.

Beruntung sekali Giselle yang bisa setiap saat melihatnya.

"Biarin aja mereka acara juga masih lama kan, nanti aku anterin ke sini lagi," ucap Jihoon.

Oh, KKN! Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin