***Suami Orang***

37 3 0
                                    


Rindi Pradina, berusia 29 tahun. Dialah wanita yang mengandung anaknya Leo. Hubungan mereka sudah hampir setahun. Mereka bertemu di Restoran Chinese yang ada di kawasan Kemang. Pertemuan mereka cukup singkat hingga akhirnya mereka menjalin cinta. Rindi mengaku tidak masalah dengan status Leo sebagai suami orang.

Awalnya jalinan cinta itu hanya untuk bersenang-senang. Tapi siapa yang tahu kalau pada akhirnya, ia hamil. Kini wanita itu ada disana. Duduk di sofa empuk yang ada di ruang tamu.

Bu Risa dan Icha kelihatan senang dengan kehadirannya. Mereka tidak sabar mendapatkan anggota baru dalam keluarga ini. Sampai akhirnya Deisy turun dari lantai 2. Dia mengenakan dress seperti hendak pesta. Semua orang menatapnya heran. Dia bahkan merias wajahnya dengan sempurna.

"Dei, kamu mau ngapain,,,,,"respon Leo terbujur kaku. Deisy tidak mempedulikannya. Dia berjalan sambil duduk di sofa itu. Kini ia berhadap-hadapan dengan Rindi. Dia tidak marah, tapi malah tersenyum. Senyuman yang bikin semua orang merinding seketika.

"Jadi kamu hamil? Beneran anaknya Mas Leo?"Tanya Deisy.

"Iya. Buat apa saya bohong?"balas Rindi.

"Kalau begitu, selamat ya."

"Ha?"

"Selamat! Bukankah sudah seharusnya begitu? Ketika wanita mengandung seorang anak, maka sudah seharusnya diberi selamat."kata Deisy sambil tersenyum.

"Apa-apaan kamu? Kamu bahkan gak bisa ngasih mama cucu. Gak seharusnya kamu begini. Bercerai saja sama Leo."ucap Bu Risa membabi buta. Sungguh, ia sangat jahat. Rasanya, iblis pun tidak lebih jahat dibanding dia.

"Ah, jadi mama udah suka sama perempuan ini. Atau mama memang berharap Mas Leo selingkuh?"

"Cih, kamu udah gila ya?"Teriak Bu Risa.

"Ma, Dei, kalian bisa gak sebentar saja untuk berdamai? Kita disini untuk nemu solusi masalah ini."ucap Leo tegas. Ketegasannya udah kayak orang benar. Padahal masalah ini terjadi gara-gara nafsu birahinya yang tak bisa ditahan. Pria brengsek yang menjijikkan.

"Kalau tahu akan begini, lebih baik aku pergi."seru Rindi sambil mengambil tasnya. Tapi Deisy ikut menarik tas itu. Mengambilnya dan melempar tas itu ke lantai. Rindi melihatnya dengan tatapan heran.

"Kamu tetap disini!"tegasnya mendominasi. Bikin Rindi duduk kembali. Bu Risa dan Icha terbujur kaku melihat sikap Deisy yang tidak biasa. Dia seperti berubah menjadi orang lain. Wanita yang kuat dan tegas.

"Tentu kita harus memutuskan dengan kepala dingin. Kehadiranmu di rumah ini pasti dengan suatu alasan. Mas Leo menjanjikan sesuatu padamu?"seru Deisy dengan kepala tegap.

"Deisy, kamu pikir aku apa? Kamu jangan menyimpulkan sesuatu dengan sembarangan."ucap Leo membela diri.

"Diem, Mas! AKU–MAU–BICARA!!!"

Kini Leo terdiam. Mulai sekarang, Deisy akan bersikap profesional. Dia tidak akan mengandalkan hati dan perasaannya yang sudah tercabik-cabik. Ia akan mengandalkan logikanya.

"Anak yang kau kandung memang berharga. Tapi pernah mikir gak, kalau posisinya tidak akan berarti apa-apa?"

"Apa maksudmu?"Tanya Rindi.

"Sebab aku...aku–aku juga sedang hamil."akunya dengan senyuman getir. Dia menyesali perbuatannya yang tidur dengan orang asing. Sangat! Dia sangat menyesal. Tapi tidak setelah tahu Leo selingkuh. Tidak setelah tahu keluarga suaminya ingin menyingkirkannya dari rumah ini. Tidak setelah tahu Leo membawa Rindi ke rumah ini. Dia pasti menjanjikan Rindi akan jadi istri sah-nya.

Itu akan berakhir sebagai mimpi di siang bolong. Sebab kehamilan Deisy ternyata membawa berkah. Sesuatu yang akan membantu Deisy menghadapi hari demi hari dalam jeruji pernikahan ini.

***

Tak seperti biasanya, Icha membawakannya sarapan ke lantai 2. Perempuan itu juga membantu Deisy merapikan kamarnya. Sikapnya sangat berbeda dengan sebelumnya. Setelah ia tahu Deisy mengandung, ia jadi cari perhatian. Sikap hipokrit yang bikin Deisy jijik sampai mau muntah.

"Kakak sehat kan? Harusnya kakak bilang kalau lagi hamil. Aku jadi merasa bersalah karena gak perhatian sama kakak."ucapnya dengan segala tipu daya.

"Thanks, Cha. Aku juga baru tahu. Sengaja belum ngasih tahu karena wanita itu. Aku sempat berpikir untuk pergi dari rumah ini."

"Astaga, kak. Demi apapun, aku selalu ada dipihak kakak. Aku benar-benar gak suka sama wanita itu."

"Makasih, Cha."

"Terus, gimana perutnya kak? Mual gak? Mau aku masakin sesuatu?"

"Gak perlu, Cha. Aku gak mau repotin kamu. Lagian, aku udah minta dimasakin bubur sama Mbak Gina."

"Oh gitu, syukurlah kak."

Dan secara mengejutkan, Bu Risa membawakannya keik kesukaannya dari Clairmont Pastry. Dia membawakannya Black Forest dan Blueberry Cheese Cake. Bu Risa duduk disampingnya.

"Maafin mama ya, Dei. Mama benar-benar menyesal untuk salah mama selama ini."ucap Bu Risa memohon.

"Iya, ma. Makasih untuk keik-nya."

"Sama-sama, sayang."

Deisy tersenyum sambil mengelus perutnya. Kini dia merasa kalau keputusannya waktu itu sangatlah tepat. Jika tidak hamil, dia pasti terusir dari rumah ini. Leo akan menuruti perintah Bu Risa. Dan Deisy akan terpuruk dan mati seorang diri.

Semesta bekerja dengan semua kebetulan-kebetulannya.

Rasa mual yang membelenggu membuatnya berlari ke kamar mandi. Saat ia kembali, Icha sudah siap air putih hangat. Deisy meminumnya  dan merebahkan diri di kasur. Sebab ini bulan pertama kehamilan, banyak reaksi yang bikin badan tidak enak. Dan ya, itu hal yang wajar.

"Cha, tutup pintunya. Biar dia bisa tidur tenang."ucap Bu Risa sambil menuruni anak tangga.

"Ah, iya ma. Ngomong-ngomong, gimana sama perempuan itu, Ma? Aku gak suka sama dia. Tapi tetap aja, itu anaknya Mas Leo."kata Icha kuatir.

"Sial! Leo benar-benar gak tahu diri. Kenapa pake selingkuh segala sih. Dilihat juga, Deisy masih lebih cantik dibanding wanita itu. Mama benar-benar pusing."balas Bu Risa. Dia bergegas ke kamar dan menikmati teh hangat yang sudah disediakan Mbak Gina.

"Terus, papa gimana ma? Papa bisa marah kalau tahu."

"Icha! Apa kamu gak bisa berkata hal yang baik-baik? Dari tadi yang kamu omongin bikin mama stress."seru Bu Risa sambil menggaruk kepalanya. Rambutnya yang mengambang semakin menunjukkan eksistensi.

"Ya, maaf."balas Icha manyun. "Ma, aku pergi dulu ya. Mau hangout sama teman kampus."ucap Icha sambil bergegas pergi. Ia meninggalkan Bu Risa dengan pikiran yang semakin kalut. Apa yang harus ia katakan kepada Pak Amran? Dia tidak becus mengurus anak laki-lakinya. Kepalanya mau pecah memikirkan reaksi Pak Amran nanti.

Belum apa-apa, dia sudah mendapat panggilan dari orang itu. Pak Amran menelfonnya. Dia berdehem untuk mengatur suaranya. Baru juga menekan tombol terima, ia sudah menjauhkan handphone dari telinganya.

"RISA!!! Kau gak becus ngurus anak, hah?"Teriaknya dari seberang.

"Kau tahu apa? Siapa yang ngasih tahu?"

"Kau tak perlu tahu."tegas Pak Amran. "Sekarang, kau harus kesini. Sekalian bilang sama Leo. Aku mau bicara sama dia."tegasnya. Tanpa berlama-lama, dia mematikan panggilan itu. Bu Risa gemetar tak bisa menahan rasa takutnya. Ia akan dilempar apalagi sama pria itu?

Kalau sudah marah, Pak Amran bisa berubah jadi monster. Itu juga alasan dokter memaksanya untuk tetap di rumah sakit. Kata dokter, emosinya bisa meluap-luap melihat hal yang tak ia sukai. Dan tentu saja, Bu Risa jadi  salah satu pemicu yang bikin emosinya naik.

"Mbak Gina, tolong siapkan saya pakaian. Saya mau ke rumah sakit sekarang."

Mbak Gina mengangguk paham. Ada yang aneh. Tak biasanya Bu Risa ke rumah sakit di pertengahan bulan. Dia selalu kesana di awal bulan. Ya, jadwal sekali sebulan yang tidak pernah ia lewatkan. Sebab sudah pasti, Pak Amran marah kalau ia tidak datang. Pasti terjadi sesuatu.

Jeruji PernikahanWhere stories live. Discover now