BAB 15: SESUAI HARAPAN

Mulai dari awal
                                    

Wajah Jean mulai merona. "Sebenernya sih gue sering mikirin buat kedepannya. Munafik banget kalau gue nggak mau menikah sama Dimas. Tapi gue nggak tau gimana dari sisi Dimas nya. Takutnya dia mulai bosen sama gue, secara gue ini kan orangnya kadang moodyan."

"Coba omongin sama Mas Dimas deh biar nggak ada salah paham. Soalnya salah paham sekecil apapun bisa berakibat buruk sama hubungan kalian. Gue yakin kok Mas Dimas juga pasti ada pikiran ngajak lo buat serius. Dia tuh bucin banget sama lo, Jean."

"Terus gimana sama lo, Rell?" Jean balik bertanya.

"Hm? Kenapa sama gue?"

"Lo sama Jerome. Udah sampai tahap mana hubungan kalian?"

"Baik-baik aja kok. Jerome udah banyak berubah dan semakin memperlihatkan perhatiannya ke gue. He started acting like a good boyfriend."

"Saking baiknya sampai hampir kebablasan ya?" tanya Jean sambil menampakkan raut wajah menggoda.

"Maksud lo?"

"Kalian udah berani ciuman. 2 kali lagi." ujar Jean yang langsung membuat wajah Raline berubah warna menjadi merona merah.

"N-ngomong apaan sih lo."

"Jangan kira gue nggak tau kalau tadi kalian ciuman pas di fest. Gue ada disana ngelihat lo lagi ciuman sambil back hug sama Jerome. Gue berdiri di sisi panggung sambil berusaha ngademin hati nya Dimas yang berapi-api lihat adik sepupu nya cipokan sama cowok."

Raline langsung memalingkan wajahnya yang sudah merona sempurna. Mengingat tentang kejadian tadi hanya membuat perasaannya makin meluap-luap.

"Y-yaudah sih namanya juga pacaran. Lo juga ciuman sama Mas Dimas kan?"

Jean mengangguk. "Iya. Gue emang ciuman sama Dimas. Tapi ada yang mau gue tanyain deh, Rell."

"Tanya apa?"

"Lo yakin sama Jerome?"

Raline balas menatap Jean. Raut wajahnya berubah muram. "Dari dulu, bahkan sebelum Jerome deket sama gue, gue udah yakin sama perasaan gue ke Jerome. Apa yang perlu di ragukan lagi?"

Jean menghela nafasnya. "Sorry to say ya, Rell. Gue emang nggak kenal deket sama Jerome. Tapi gue masih belum bisa kasih kepercayaan penuh sama dia. Dia belum bisa menerima hati lo sampai saat ini aja udah parah. Kalian udah hampir lima bulan pacaran. Seharusnya itu waktu yang cukup buat move-on dan mulai nerima perasaan baru."

"Jerome lagi berusaha, Jean. Lepas dari masa lalu yang udah nyakitin hati itu nggak segampang balikin telapak tangan. Gue udah bisa rasain perubahan sikap dia kok, dan gue yakin Jerome bisa nerima perasaan gue suatu saat nanti."

"Terus lo yakin sama dia? Yakin kalau dia bener-bener bisa nerima perasaan lo?"

Raline mengangguk. Namun dari anggukan nya itu terlihat ada keraguan didalamnya.

"Gue nggak mau mikir yang jelek-jelek. Perubahan sikap Jerome ke gue udah bisa bikin gue percaya sama dia."

Jean menepuk pundak Raline. "I wish you a good ending. Gue bakal support lo apapun keadaannya. Jangan ragu buat cerita sama kita, Rell."

Raline tersenyum. "Thank's Jean."

Jean beranjak dari duduknya. "Gue mau tidur lagi. Lo jangan tidur malem-malem, besok sore kita balik ke Jakarta."

"Iya. Lo tidur duluan aja, bentar lagi gue nyusul."

🍑🌹

Setelah check out dari hotel, mereka sepakat untuk menghabiskan waktu sejenak di salah satu cafe outdoor paling terkenal di daerah sekitar Bandung. Sebenarnya yang mengusulkan rencana ini tidak lain dan tidak bukan adalah Yudha.

[2] HATI dan WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang