2. Eksekusi Terbuka - 2

14 1 0
                                    

Warn : Blood di pic kedua. Harap scroll langsung jika tidak tahan melihat blood splash.

"Upah yang kau permasalahkan? Bukankah hal wajar jika upah pria dan wanita berbeda, jika mengingat pekerjaan yang harus dilakukan?"

Tubuh pria itu maju sedikit, menatap penasaran pada Maela yang masih berlutut dan menatapnya lurus.

"Ya, upah yang diterima memang wajar. Tapi seperti yang saya katakan, saya ingin bekerja sebagai Valet karena saya mampu mengerjakan pekerjaan tersebut."

Tangan kanannya ia letakkan di dada, memberi kesan percaya diri atas apa yang sudah ia katakan.

"Upah pria jauh lebih besar karena pekerjaan yang mereka lakukan melibatkan kekuatan. Dan saya memiliki hal tersebut," tambahnya dengan senyum manis.

"Tidak akan ada tuan tanah yang mau mempekerjakan wanita sebagai Valet."

"Entahlah. Kalau saya memotong rambut saya dan menyamar sebagai pria, tidak akan ada yang tahu 'bukan?"

Alis pria itu mengerut, terusik oleh ungkapan sombong yang dikatakan oleh Maela.

"Sepertinya, kau punya kepercayaan diri atas kekuatanmu 'ya?"

"Tentu! Saya adalah yang terkuat di Norine!"

Manik biru milik Maela memicing, diikuti senyumnya yang melebar dengan bangga. Tanpa menyadari kalau ucapannya sudah menyulut api.

Pria itu kembali bersandar pada kursi singgasana, terdiam sejenak sebelum kembali membuka mulutnya.

"Kalau tipe pasangan yang kau inginkan?"

Mata Maela kembali mengerjap, semakin dibuat bingung dengan pertanyaan acak yang ditanyakan oleh pria di hadapannya.

"Lebih kuat dan lebih tinggi dari saya, perhatian, pengertian, dan juga memiliki usaha yang cukup untuk bertahan hidup. Oh, saya juga berharap ia tidak terlibat dengan judi dalam bentuk apapun! Lalu... Saya suka yang bertubuh ideal dengan otot yang besar!"

Kening pria itu mengernyit dalam. Untuk pertama kalinya ia mendengar jawaban yang terlalu jujur dari seorang putri bangsawan.

Kesatria yang berdiri di belakang Maela hanya bisa menatap pucuk kepala Maela yang tengah berlutut dengan pandangan aneh.

Apa-apaan wanita ini? Apa dia sungguh bangsawan?

"Oh, saya juga mau yang mudah bergaul dan ramah! Karena saya sangat ingin tinggal di sudut kota yang tenang dan jauh dari kehidupan sosialita, jadi dia tak boleh punya gelar bangsawan!"

Senyum lebar dan raut puas memenuhi wajah Maela yang telah mengatakan dengan jelas tipe pria idamannya. Ia kembali melirik pria di hadapannya.

"... Um, apa ada yang salah dengan jawaban saya?"

"Tidak. Kenapa bertanya?"

"Tatapan anda mengerikan."

Sudut alis pria itu berkedut mendengar jawaban Maela.

"Mengerikan?"

"Ya, seperti anda sedang kesal."

"Ha! ... Kesal katamu?"

 Kesal katamu?"

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.
The Blessed SwordDär berättelser lever. Upptäck nu