The Untouched 'Chunhyang' (Part 1)

Start from the beginning
                                        

"Ne. Benar, Nyonya Kwon."

"Baiklah. Kau beristirahatlah. Kita akan mulai belajar besok."

Doyoung ditinggal berdua dengan SuA. SuA, si pelayan lelaki yang juga seorang Omega segera menyiapkan semua keperluan Doyoung. Semula, SuA akan tinggal di ruang lain di rumah ini, tapi atas permintaan Doyoung, SuA diizinkan menempati kamar dengan Doyoung.

Pertimbangan Doyoung, dia hanya mengenal si pelayan milik bibinya, jika dia berada di situasi tertentu, dia bisa melarikan diri dengan SuA karena SuA cukup mengenal daerah ini.

Hari pertama belajar, ternyata Boa hanya memintanya menunjukkan semua keahlian bermusiknya. Mulai dari bernyanyi, menari hingga memainkan Gayageum dan Tifai yang katanya dikuasai Doyoung.

Jujur, melakukan semua hal itu dalam sehari dengan segala yang pernah dipelajarinya dan dikuasainya sangatlah menguras tenaga. Ternyata, Boa sangatlah kritis dan profesional. Selalu menginginkan segalanya sempurna. Itu terbukti ketika hari selanjutnya, Doyoung benar-benar digembleng dengan seambrek teknik dan banyak hal terkait bernyanyi, menari maupun memainkan dua alat musik yang telah kuasainya.

Tak terasa, dua minggu berlalu. Tak ada kabar dari bibinya. Sejenak, ada rasa khawatir hinggap dihatinya. Kerusuhan apa yang dibuat sang sepupu di rumah bordir bibinya ketika tahu dia tidak ada di sana?

Yang sudah pasti Doyoung tebak adalah amukan murka sang sepupu.

Doyoung mendengus geli membayangkannya.

Tak!

Nampan berisi teh hangat diletakkan di sebelahnya. Disusul SuA yang mengambil duduk kemudian.

"Tuan Muda sedang memikirkan apa?" Pelayan ini.... Sudah beberapa kali Doyoung melarangnya memanggil Tuan Muda.

"SuA-ya...."

"Ah... Jwesonghamnida. Maksud saya, Doyoung-nim."

Doyoung terkekeh. Tangan lentiknya mengambil gelas di nampan. Matanya kembali menatap bintang bertebaran di langit gelap. "SuA-ya, menurutmu, apa yang terjadi di rumah Bordir saat Kim Rowoon datang?"

SuA menatap Tuannya sejenak. "Tentu saja keributan. Itu hal biasa yang terjadi ketika Nyonya berulah. Hehehehe.... Sebenarnya, bukan kali pertama saya mengantar orang seperti ini. Ehm.... Ini ketiga kalinya. Hah, seharusnya keempat tapi saat Nona Nayeon, kami gagal dan beruntungnya, Tuan Oh datang dan membelinya. Kasian sekali Nona Nayeon."

Eh? Doyoung menatap si pelayan. Melihat umurnya yang masih remaja, sedikit prihatin ketika dia harus bekerja di rumah penuh maksiat seperti itu.

"Sejak kapan kau bekerja disana?"

"Emm.... Sejak Nyonya Hyuna menolong saya ketika saya mencuri roti di pasar. Beliau mempekerjakan saya di sana. Saya hanya disuruh membantu mencuci dan bersih-bersih ketika pagi hingga sore. Itupun tidak di rumah utama. Itu sekitar.... 5 tahun lalu?" Gumamnya.

"Orang tuamu?"

"Mereka sudah meninggal. Jadi saya hanya bisa makan dengan mencuri dulu. Mau bekerja, siapa yang akan mempekerjakan anak 10 tahun saat itu?"

Miris. Doyoung menatap omega kecil itu. "Mau mendengarkan Gayageum? Aku baru saja menguasai lagu baru yang diajarkan Nyonya Boa." Anggukan antusias menyambut tawaran Doyoung.

Mereka beranjak dan mendekati sebuah area dengan banyak alat musik. Doyoung mengambil Gayageum yang berada di paling depan. Membawanya ke area agak luas depan tempat alat-alat itu. Di tengah pendopo itu, Doyoung mulai memetik senar-senar Gayageum dengan jemari lentiknya. Mengalunkan melodi indah dengan dentingan merdu.

Oneshoot JaedoWhere stories live. Discover now