Sunmi meraih tangan halus sang sahabat. "Sebuah keberuntungan saat aku mencarinya, dia baru saja ditinggalkan sendiri di kamar itu. Jadi aku dan Inseong membawanya pergi. Tapi belum sampai kami ke kamar Doyoung, Alfa itu terlihat sudah berjalan menuju kamar tadi. Hingga Inseong mengatakan untuk mengelabuhi mereka selagi aku mengamankan Doyoung dan menemukan wanita ini."
Mata mereka kembali bersitatap. Sunmi meski terlihat tenang, Hyuna bisa melihat jejak khawatir dan rasa bersalah di sana.
"Aku sudah melarangnya, tapi dia tetap bersikeras. Hingga aku pun pasrah dengan pilihannya. Maafkan aku, Hyuna. Aku tidak bisa menjaga Inseong."
Hyuna meremas tangan dingin gemetar milik Sunmi. Inseong cukup dekat dengan mereka, sudah selayak adik bagi keduanya karena sikap mudah akrabnya. Tapi hari ini mereka gagal menjaga Omega ceria itu.
"Aku yang sepatutnya minta maaf. Karena aku, Inseong harus merusak dirinya. Demi menolong keponakanku. Maafkan aku. Dan.... Terimakasih."
.
.
.
.
.
Matahari masih malu menyapa ketika suara berisik kokok Ayam saling bersahut. Merah fajar di langit mulai menghiasi ufuk timur. Doyoung mengeliat dari tidurnya. Disampingnya, SuA duduk dengan jejak air mata. Mata bengkak Omega itu seakan berkata jika pelayan bibinya ini tak tidur semalaman dan terisak menunggunya.
Apa yang terjadi?
Tunggu! Pusing kepalanya sedikit membuat Doyoung harus menggali lebih keras ingatannya.
"SuA-ya...."
Pelayan itu tersentak dan langsung bergeser lebih dekat padanya. "Tuan Muda Kim! Anda sudah bangun!"
Belum juga Doyoung akan bertanya, pintu kamarnya digeser. Doyoung semula bingung melihat Bibinya berkunjung di pagi buta ini. Tapi matanya terbelalak ketika melihat seorang yang mengekor di belakang sang bibi.
"Tuan Na Jaehyun?"
"Doyoung-ah, kau sudah tidak aman di sini. SuA sudah mengemas barang-barangmu. Pergilah bersama Tuan Na. Jangan pernah kembali lagi ke sini apapun yang terjadi."
"Bibi, tapi kenapa-"
"Aku tidak bisa mengatakannya. Temui Nyonya Kwon Boa. Dan.... Hiduplah bahagia bersama Tuan Na." Ucapan tak terbantahkan sang bibi hanya menyisakan tanda tanya besar bagi Doyoung.
Masih linglung, tapi pasrah dan menurut saja ketika tubuhnya dibantu bebersih oleh SuA dengan iringan isakan kecil Omega remaja itu.
"Saya akan merindukan Tuan Muda Kim nanti. Sehatlah selalu dan berbahagialah, Doyoung-nim."
Doyoung berjalan mengekori Jaehyun meninggalkan rumah Bordir yang secara tak langsung menyimpan banyak kenangan baginya. Sesekali, langkahnya berhenti dan menengok ke belakang.
"Ayo. Kita harus sudah sampai di kediaman Nyonya Kwon sebelum beranjak hari terang." Ucapan Jaehyun melihat Doyoung yang terlalu berat melangkah.
"Tuan Na, boleh aku bertanya?" Jaehyun menatap Doyoung yang mulai berjalan sejajar dengannya.
"Simpan saja pertanyaanmu nanti ketika kita sampai, Doyoung-ssi." Jawaban tegas itu membungkam Doyoung. Mereka melewati setapak dan membelah lebat hutan belakang rumah Bordir itu. Jalan pintas menuju rumah Nyonya Kwon seperti saat pertama kali Doyoung dan SuA kesana.
Di lain sisi, Sunmi sedang membantu Inseong membersihkan diri sambil menangis. Hyuna hanya bisa menahan isak berdiri di pintu kamar mandi kamar itu.
Semoga, setelah ini semua akan membaik. Dia berharap kebahagiaan bagi semuanya. Terutama dua Omega yang sedang terluka. Omega pemberani yang merelakan dirinya demi sang keponakan, Inseong. Dan tentu saja untuk sang keponakan yang sedang berjuang mencari kebahagiannya, Kim Doyoung.
YOU ARE READING
Oneshoot Jaedo
FanfictionKumpulan Oneshoot Jaedo. Ada juga repost dari oneshoot spesial Jaehyunisme di akun @piceboo. Rate random. jangan kaget jika ada rate M nantinya.
The Untouched 'Chunhyang' (Part 1)
Start from the beginning
