"Circle gak sehat, kenapa lo join?"

Pertanyaan tidak diduga. Jerome tidak menyangka Asahi mengatakan itu. Bahkan seorang Asahi yang gemar tawuran sana-sini mengakui kalau circle-nya tidak sehat.

"Gue mau nyari ujian baru di kehidupan. Siapa tau dengan join circle kalian, gue dapet pahala karena melatih kesabaran," jawab Jerome asal. "Kalau lo sendiri? Kenapa masih bertahan?"

"Mereka dipandang baik sama orang, gue tetep bertahan karena gue gak mau ngerasain yang namanya di-bully lagi..."

Tatapan Asahi mendadak kosong. Entahlah, dia tidak mengerti kenapa dia membeberkan pengalaman buruk yang dia alami kepada orang yang tidak dekat dengannya.

"Sejak gue join circle, gue berhenti di-bully. Orang-orang takut dilaporin, apalagi ada Guanlin dan Chenle yang anak CEO sama Geonu dan Hyunsuk yang anak polisi," lanjut Asahi.

"Sa..."

"Lo boleh ketawain gue sekarang. Gue akui, gue emang gak suka sama lo karena gue gak siap kedatangan orang baru. Maaf..."

Buru-buru Jerome menggelengkan kepala. "Lo gak salah, kok! Beneran deh! Sejak awal gue udah mikir soal ini, pasti kalian punya rahasia makanya bersikap kayak gitu ke gue. Kalian gak mau orang lain tau sisi rapuh kalian."

Sebagai orang yang paham makna tersirat perkataan orang lain, Asahi tersenyum tipis. "Begitu juga dengan lo. Orang yang ceria setiap hari bukan berarti dia bahagia, kan?"

Asahi menepuk pundak Jerome beberapa kali, sekadar menguatkan sekaligus berterima kasih karena Jerome tidak menjelek-jelekkan dirinya setelah bercerita.

"Gue harap lo cepet nemu kebahagiaan lo," ujar Asahi, menusuk hati Jerome yang paling dalam.








































"Suk, ayah gue bilang katanya kasus Mashiho bakal ditutup."

Hyunsuk tersedak permen karetnya. Hampir saja tertelan jika tidak langsung disembur keluar. Astaga, nyaris saja nyawanya hilang di tempat.

"Kok bisa?!"

Geonu menggeleng tidak tahu. Ketika ayahnya mengirim pesan dua menit yang lalu, dia tidak bertanya lebih lanjut karena dia yakin ayahnya tidak tahu apa pun. Yang mengurus kasus Mashiho adalah teman ayahnya, kasus tersebut bisa dibilang cukup tertutup dimulai dari kesaksian, barang bukti, hingga siapa saja yang terlibat. Aneh sekali jika ditutup sebelum pelaku ditemukan, padahal belum 24 jam.

"Gue takut kita bakal ngalamin kejadian kayak kating kita itu..." ucap Hyunsuk mengingat kejadian enam bulan lalu di mana beberapa kakak tingkatnya mengalami perkara serius hingga menghilangkan nyawa. Rupanya masalah pertemanan dan rahasia. Geonu kan jadi kepikiran.

"Omongan adalah doa, jangan ngomong yang aneh-aneh," tegur Geonu.

"Gimana ya, sejak awal semuanya aja udah aneh. Kita bertahan di circle aja emang aneh. Nu, gue heran sama diri gue sendiri."

"Dilihat-lihat, kita sama aja kayak yang lain," Geonu menghela napas, "kita manfaatin mereka demi korek info tentang keburukan mereka karena suruhan orang tua. Karena banyak yang berspekulasi kalau pelaku pembunuhan itu salah satu mahasiswa di kampus kita, gue terpaksa gunain mereka."

"Seenggaknya kita gunain mereka di jalan kebaikan," balas Hyunsuk tak acuh.

Benar juga, sih. Mereka masih dikatakan lebih baik dari teman-teman yang lain. Kebanyakan saling memanfaatkan dan menusuk dari belakang karena ada niat buruk, berbeda dengan mereka yang memiliki niat baik, yaitu menyelesaikan kasus orang tua mereka.

Hhh, ternyata pertemanan tidak selalu berjalan mudah, ya...

"Udah tiga jam sejak pemakaman Mashiho, tapi rasanya kayak ada yang janggal. Tau deh apaan," celetuk Hyunsuk. "Berani banget pelakunya, mana gak ketahuan. Lo ada dugaan gitu, gak?"

"Paling cuma ke Sungchan sama Heeseung aja," jawab Geonu, "soalnya mereka ada di sana. Siapa tau-"

Perkataan Geonu terpotong oleh dering ponselnya. Tumben sekali ada yang menelpon, biasanya kan dia hanya menerima chat saja.

"Junseo telpon gue," begitu kata Geonu sebelum mengangkat panggilan. "Halo, Jun. Kenapa?"

"Daehwi... Daehwi meninggal."

"HAH? KOK ISO?!"

"Yo ndak tau, kok tanya saya."

Geonu buru-buru menyalakan speaker agar Hyunsuk bisa mendengar percakapan mereka. "Terus gimana? Kapan dia meninggal? Di mana lokasinya? Dia meninggal karena apa?"

"Dua menit yang lalu, di minimarket deket kafe orang tuanya Wonjin, ditembak kayak Mashiho," jawab Junseo seraya memandangi darah di lantai minimarket.

"Gue sama Hyunsuk ke sana."

"Jangan!" Larang Junseo. "Gak aman kalau kalian ke sini. Selain Daehwi, ada korban pembunuhan lagi."

"Lagi? Di mana?" Hyunsuk bertanya.

"Di kampus. Mayat laki-laki ditemuin di toilet gedung sekretariat. Baju bagian atasnya gak ada, tapi ada robekan kain baju di deket mayatnya. Gak cuma itu, badannya robek di mana-mana, kepalanya hancur karena dipukulin. Infonya udah nyebar di grup angkatan. Lo bisa baca sendiri."

LI(E)AR 2 | 01 Line (DISCONTINUED)Where stories live. Discover now