"Len, udah malem. Isa udah capek, gue izin pulang duluan ya, " kata Han.

Lena ikut berdiri terus dia ngangguk.

"Hati-hati ya di jalan. "

"Makasih, ayo Sa. "

Mereka keluar dari kafe itu ninggalin Lena yang langsung berdecak kesal. Padahal dia pulang buat ketemu Han dan minta ke orangtuanya biar dijodohkan lagi sama Han.

Sialan memang, kenapa waktu itu dia harus ke Kanada?! Dan sekarang, Han miliknya udah mau jadi ayah? Dan istri Han itu, gak lebih baik dari Lena. Dia yakin itu.

•••

"Gak usah, aku mau pulang aja, " cicit Isa pelan.

Han senyum getir, dia pegang tangan istri cantiknya itu erat.

"Kan tadi katanya mau beli udang bakar madu nya. Hampir sampai kok, " kata Han.

Han gak bodoh buat memahami situasi sekarang. Pasti Isa bener-bener badmood setelah ketemu Lena. Apalagi kalau tau sebenernya dulu Lena hampir pernah jadi tunangan Han. Malah Lena bilang mantan tunangan, padahal tukar cincin aja gak pernah.

Dan Han memang gak cerita hal ini ke Isa sewaktu pacaran. Pikirnya, itu masa-masa paling konyol. Gila ya mau jodohin dari kecil?

Isa cuma bergelayut manja di lengan Han. Bohong kalau Isa gak ngerasa kesel, kesel banget malah. Dia gak mau badmood gini sebenernya dan berusaha buat tenang aja. Tapi gak tau deh, hormon Isa memang susah ditebak.

"Isa... Tolong inget ya. Aku bakal berusaha dan gak mau jadi brengsek buat kedua kalinya. Aku bener-bener udah stuck di kamu Sa, jangan berpikiran aneh-aneh ya?" Kata Han sambil peluk pinggang Isa.

Ah mereka masih jalan kok. Kebetulan kan tadi kafe nya cuma di seberang alun-alunnya. Sekarang mereka lagi mengitari pusat kota itu yang banyak banget warung makan pinggir jalannya.

"Aku percaya sama kamu kok, cuma rasanya agak kesel aja, " jawab Isa masih pelan.

"Hm? Kesel kenapa?" Alis Han terangkat sebelah.

"Gak tau Han. Rasanya kesel aja meski cewek tadi punya sikap ramah sih. Gak tau ah, pokoknya aku gak suka, " keluh Isa yang mirip rengekan itu.

Han cuma terkekeh pelan, dia cium pucuk kepala istrinya. Langkahnya terus berjalan sampai akhirnya berhenti di tenda lesehan khusus seafood.

"Jadi beli kan?" Tanya Han.

"Hngg jadiii, " jawab Isa manja.

Han senyum, dia gandeng Isa masuk ke warung itu. Ada yang lesehan dan ada yang di kursi. Dia pilih di kursi aja, kasihan Isa kalau harus duduk di bawah dengan kondisi hamil besar kaya gitu.

"Aku pesen dulu ya. " Dan anggukan kecil imut yang Han dapat. Han pun langsung pesen apa yang di mau sama Isa, dan dia duduk lagi di sebelah istrinya itu.

"Udah?"

"Heem, untung belum terlalu ramai jadi bisa cepet masaknya, " kata Han.

Isa ngangguk paham. Dia noleh ke sekitar nya dan masih ngerasa asing. Han juga begitu. Buat singgah di sini aja Han harus berpikir berkali-kali.

Makanannya higienis gak?

Enak apa gak?

Terkontaminasi banyak debu apa gak?

Sehat dan jauh dari kuman apa gak?

Bukan pemilih ataupun sombong. Tapi memang sejoli ini lahir dengan sendok emas di mulutnya, jadi untuk keadaan yang masih asing ini memang menimbulkan banyak pertanyaan.

Sedari kecil makan makanan restoran dan sejenisnya, lalu tiba-tiba harus ngerasain hal yang sama sekali gak diduga. Shock? Tentu aja. Bahkan sampai sekarang Han sama Isa sama sekali belum terbiasa tinggal di daerah perumahan padat penduduk kaya yang mereka tinggali itu.

Tapi mereka berusaha buat terima apa adanya. Ini hukuman, karena mereka lalai dan seenaknya.

"Isa..." Panggil Han pelan.

Cowok cantik berfreckless itu noleh, dia natap suaminya dengan tatapan bertanya.

"Maaf, belum bisa buat kamu bahagia, " kata Han penuh sesal.

Han, dia ambil Isa dari keluarganya. Tapi nyatanya saat hidup di luar kaya gini, Han bahkan belum bisa kasih kebahagiaan yang luar biasa buat Isa.

Han takut, dia bener-bener takut kalau keluarga Isa kecewa sama dia. Walaupun sedari awal Isa hamil udah banyak pihak yang dia kecewakan, tapi Han lebih takut kalau seandainya Isa diambil lagi sama keluarganya dan ninggalin Han sendirian.

Isa diambil sama kak Chris karena alasan gak bisa buat Isa bahagia, itu yang menjadi momok menakutkan bagi Han selama ini.

"Kamu ngomong apa sih Han?" Tanya Isa jengkel.

"Kamu terima aku dan Ilo aja udah seneng banget gak kepalang. Apalagi kamu yang berusaha kerasa buat menafkahi aku dan Ilo, kurang bahagia apalagi Han?" Tanya Isa.

Bener, Han lagi berusaha buat ada di titik teratas kesuksesan.

"Dengan kamu peduli hal kecil kaya sekarang, nanya aku ngidam apa- itu adalah hal yang membahagiakan. Hei, aku happy kamu segitu perhatiannya sama aku. Hal-hal kecil pun kamu teliti dan kamu tanyain ke aku, " kata Isa panjang lebar yang buat hati Han kerasa bener-bener mencelos.

"Kamu titik kebahagiaan aku Isa. Kalau kamu bahagia, aku pun sama, " kata Han akhirnya.

"Dan sekarang aku lagi bahagia karena ngidam aku tercoret satu, harusnya kamu juga bahagia kan? Lupain hal lain sejenak. Sekarang cuma tentang aku, kamu dan Ilo, " kata Isa lembut.

"Doain aku ya Sa, biar Tuhan semakin melancarkan pekerjaan aku. Biar bisa bahagiain kamu lebih dari ini, ngasih kamu sama kaya yang kak Chris dan kak El kasih selama ini. "

"Aku selalu doain, dan semoga doa itu terwujud satu persatu..."












.・゜゜・
Sen, 26 Des, 2022
To Be Continue












Accident || 𝚂𝚞𝚗𝚐𝚕𝚒𝚡Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz