Sosok itu menyerahkan kotak itu pada Jaehyun, dan yang lebih tua segera membuka kotak berwarna kuning. Matanya lagi dan lagi membulat, dan segera menatap sosok itu tak percaya. Dua garis yang ditunjukkan oleh alat itu seharusnya mampu membuatnya merasakan penuh kebahagiaan. Namun keadaan membuatnya bahagia namun juga sedikit gelisah.

"Kau hamil?" Ucap Jaehyun bermaksud memperjelas maksud dari kado yang diterimanya.

Sosok itu mengangguk dengan senyum kecil. Sedikit takut jika kekasihnya tak akan menerima kehamilannya dan saran darinya untuk menikahinya secara diam-diam. Tidak ingin memaksa, namun ingin rasanya dimasa kehamilannya ia bisa didampingi sosok yang akan menyandang status ayah untuk anaknya.

"Kenapa kau tak menyuruhku untuk menolak perjodohan ini?" Tanya Jaehyun. Ingin rasanya ia mendengar sedikit argumen yang dikeluarkan oleh sosok yang kini tengah berbadan dua. Mendengar sosok itu berkata egois untuk menyuruhnya menolak perjodohan ini. Jika saja lelaki muda itu melakukannya, ia akan berusaha menolak.

"Katakan padaku siapa dia? Aku tahu ada satu alasan yang membuatmu menjadi seperti ini. Kau sedang mempertimbangkan dia bukan? tidak seperti sebelumnya, kau akan dengan lantang mengatakan tidak" Ucap sosok itu lembut.

Dalam hatinya memikirkan perkataan yang keluar dari mulutnya. Sikap pria itu berbeda dalam menyikapi masalah perjodohannya kali ini. Jika dulu, pria itu akan dengan tegas menolak, namun kali ini sepertinya tidak. Bahkan lelaki itu seolah sedang meminta izin darinya untuk menerima perjodohan itu.

"Dia.. teman masa kecilku. Dia mengidap penyakit Kanker darah stadium tiga. Kita tidak tahu kapan penyakitnya akan membaik atau bahkan memburuk." Jelasnya.

"Lee Taeyong?" Sosok itu menyebut satu nama yang memang tak asing baginya. Ia sering mendengar cerita dari Jaehyun tentang sosok itu. Bahkan tak jarang, Jaehyun pergi disaat keduanya tengah menghabiskan waktu bersama. Ingin melarang, namun Jaehyun slalu mengatakan bahwa Taeyong benar-benar tengah membutuhkan pria itu. Tak sadar jika ada orang lain yang seharusnya lebih ia prioritaskan, yaitu kekasihnya.

Namun mendengar jika Taeyong tengah mengidap sebuah penyakit yang tidak bisa dikatakan ringan, membuatnya iba. Mungkin waktu yang dimiliki Jaehyun saat bersamanya memang lebih baik diberikan untuk Taeyong yang pasti lebih membutuhkan.

"Iyaa" Jawab Jaehyun singkat.

Manik hitamnya tak berani menatap sang lawan bicara. Tak sanggup melihat tatapan kecewa dari sang kekasih. Seharusnya ia menolak dengan tegas, namun satu titik dihatinya tak bisa menolak, apalagi pasangan yang dijodohkannya kali ini adalah sahabatnya sendiri yang saat ini sangat membutuhkan dirinya. Bukan narsis, namun Jaehyun sudah tahu tentang perasaan sahabatnya padanya. Lelaki Lee itu pernah mengungkapkan perasaannya saat sebelum Jaehyun mengenal kekasihnya kini. Namun dengan dalih takut merusak persahabatannya, Jaehyun menolak.

"Aku tak ingin mengaturmu. Karna bagaimanapun kau yang akan menjalani semua ini. Tapi aku harap kau memikirkan bayi yang ada diperutku" Tutur sosok itu. Tangannya meraih tangan yang lebih besar dan meletakkannya pada perutnya yang masih rata mengingat usia kandungan yang masih memasuki usia enam minggu.

"Aku tentu akan menikahimu, tapi Taeyong.. aku juga tak mau menyakitinya. Apalagi melihat kondisinya saat ini"

Sosok itu tersenyum kecil. Lalu menggenggam telapak kekar itu, menepuk punggung tangannya untuk sekedar memberi afeksi ketenangan untuk sang dominan.

"Tak masalah. Tapi aku ingin menjadi yang pertama untukmu. Orang pertama yang kau nikahi, orang pertama yang kau prioritaskan dan orang pertama yang bisa memberikanmu keturunan" Harapnya pada sang pujaan hati.

Anggukan kecil disertai senyum bangga terpatri diwajah tampan Jaehyun. Sangat bersyukur ia bisa memiliki sosok pendamping seperti kekasihnya ini. "Terima kasih, Renjun"

Once Again [JAEREN]Where stories live. Discover now