Aku mengerang kesal, tiba-tiba saja kehadiran kakek beberapa hari yang lalu membuatku kesal. Oh bagaimana tidak, semua orang berubah setelah tahu aku cucu dari seorang taipan no 3 sedunia. Aku suka orang menghargaiku tapi bukan dalam artian melihat anak cucu keturunan semisal keturunan darah biru seperti ningrat, melainkan orang menghargaiku selayaknya manusia biasa pada umumnya yang saling menghargai tanpa adanya keterpaksaan karena sebuah nama.

Aku memarkir mobilku sembarangan, "Nona Isma, saya bisa membantu memarkirkan mobil anda," Tawar seseorang dari belakangkangku. Aku menahan diri untuk tidak marah, ini hari dimana aku memulai semuanya jangan sampai hari ini rusak hanya karena orang yang bahkan tidak tahu apa artinya kata menghargai.
"Tidak perlu, apakah kau memperlakukan setiap tamu seperti ini?" Tanyaku menatapnya sinis.
"Tentu tidak nona, hanya orang-orang tertentu saja, termasuk nona," Apa yang aku pikirkan nyatanya benar. Oh Ibu kota apakah orang-orangnya memang seperti ini?
"Jangan ada yang menyentuh mobilku, jika ada yang memindahkan mobilku maka kau akan tanggung akibatnya," Aku menatapnya tajam. Biarkan saja aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan dengan mobilku yang di parkir tidak teratur.
"Tapi,"
"Saat pembukaan butikku selesai aku akan keluar, jika saja mobilku berubah arah atau bergeser sedikitpun. Maka kau akan tahu siapa aku," Tambahku lagi. Kuamati wajahnya yang pucat pasi.
"Baiklah nona," Ujarnya lemah dengan senyum kemenangan dariku. Fuih

Aku harus mendapatkan teh melati setibanya di boutique jika tidak, maka aku bisa jantungan akibat kelakuan ajaib orang-orang disini. Dari jauh aku bisa melihat para pegawai yg beberapa hari lalu aku rekrut, mereka semua tersenyum sambil membungkuk.
"Jika kalian tersenyum itu terlihat begitu manis, tetapi saat kalian menunduk itu seperti aku haus dengan rasa hormat." Ujarku menatap mereka dengan penuh rasa sesal. Aku tahu mereka ingin mengucapkan rasa terimakasih serta selamat untukku, tetapi tidak dengan cara menunduk layaknya aku dari kalangan kerajaan.
"Biasakan hanya dengan senyuman dan kata-kata tidak dengan cara menunduk seperti tadi," Tambahku lagi.
"Baik nona," balas mereka serempak.
"Aku akan lebih suka jika kalian mau manggilku dengan Miss saja, tanpa ada embel-embel nona di belakangnya." Ujarku berjalan menuju tempat kerjaku.
"Satu lagi, nanti siang ada adik saya yang datang ku harap kalian bisa bersikap sopan dan ramah padanya. Satulagi dia akan membantu saya disini," aku berjalan memasuki ruanganku.

**

Author

Suara riuh tepuk tangan menggema di ruangan tersebut, ya hari ini sudah resmi buotique Namira dibuka. Dan betapa antusiasnya gadis itu saat ternyata tuan dan nyonya Isma hadir disana. Dan disana juga ada Raisa menambah kebahagiannya.
"Aku sudah sangat yakin jika Mami sama Papi tidak akan datang," Ujar Elvira.
"Mami tidak mungkin tidak datang sayang, Papimu memang tidak mau datang. Takut mami tidak mau pulang," Ujar Azizah.
"Tentu, aku tidak akan bisa pulang tanpamu," ujar tuan Isma.
"I love you so much mom, dad," UJar Elvira. Dia memeluk kedua orang tuanya sekaligus, tanpa mereka sadari gadis itu menyusut sudut matanya menghilangkan jejak air mata di sana. rasa sakit itu tidak akan semudah itu untuk ia obati.
"Ah mbak Vira, aku pamit sebentar ya," tiba-tiba saja Raisa berbicara, mungkin dia tidak enak hati dengan hanya diam dan memandang saja pada keluarga yang terlihat begitu harmonis di matanya.
"Eh, maaf Raisa. Aku lumayan kangen sama Mami, Papi," Elvira langsung mengukir senyum semanis mungkin.
"Tidak apa-apa mbak, aku ngerti. Hanya saja aku merasa tidak enak mengganggu." ujar Raisa maklum.
"Tidak apa-apa sayang, maaf ya sayang kalau Raisa merasa tidak enak." Ujar Azizah lembut.
"Tidak apa-apa tante, Raisa pergi dulu, Raisa akan membantu mbak Pamela," Azizah mengangguk dengan senyuman yang begitu manis.

Erdan menatap putrinya dengan suka dan duka, saat seperti ini dia ingin sekali menghentikan waktu agar bisa melihat putri semata wayangnya selalu tersenyum, sungguh semua derita yang di alamai putrinya sangatlah menyiksa dan menyakiti hatinya. Bagaimana tidak Erdan sejak kecil tidak pernah membuat Vira menderita tetapi saat putrinya dewasa, dia tidak bisa menyelamatkan putrinya dari duka yang mungkin seumur hidup tidak akan bisa dia lupakan.

Senandung Doa Cintaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن