Timeless

52.9K 414 2
                                    

Malam hari ini genap seratus hari perjanjian kami, Derzan berdiri di depanku, ia menatap mataku begitu tajam. Aku terjebak di antara tembok kamarnya yang begitu dingin dan tubuhnya yang begitu hangat. Aku bisa merasakan jantungku mulai berdetak ribuan Kali lebih cepat. Semenjak mengenal Derzan kinerja jantungku memang menjadi tidak benar, kadang membuatku sampai sulit bernapas ketika jantung ini berdetak tidak terkendali.

Aku menatap balik matanya, tanpa kusadari, Aku kemudian menatap bibirnya, Aku teringat hari ke-69 ketika kami mulai terbiasa satu sama lain. Hari itu untuk pertama kalinya Aku merasakan bibir lembutnya menyentuh bibirku. Begitu lembut, begitu hangat, perlahan mengelum bibirku. Ciuman pertama yang terlalu indah, yang tidak pernah Aku bayangkan.

AKu menggigit bibir tanpa Ku sadari, Derzan tersenyum melihat ekspresiku. Aku sadar mukaku memerah, pipiku memanas. Derzan benar-benar membuatku kehilangan akal sehat.

Tangan kanannya bersandar kepada tbok di belakangku, tubuhnya mendekat kepadaku, wajah Kami hanya terpisah sehembusan napas. Tangan kirinya menyentuh pipiku, lalu ke daguku, Aku menutup mataku menikmati sentuhannya, mengingat semua ini di dalam memoriku. Aku merasakan jemarinya menyentuh bibirku dengam lembut, napasnya memburu, jantungku pun sudah tidak dapat kukendalikan.

Lalu, bibirnya menyentuh bibirku, seperti menjawab setiap Harapan yang terpancar dari seluruh diri dan tubuhku. Ia mengelum bibirku, Aku tidak dapat menahan diriku sendiri, Aku membalasnya, kemudian napasnya terasa memburu, ia memeluk tubuhku, Aku merasakan tangannya menyentuh kulitku dari sela pakaianku. Aku tidak dapat bernapas, Aku tidak dapat berpikir.

Ia mulai menciumi leherku, akal sehatku pun benar-benar sirna, Aku mengelus rambutnya yang lembut. Aku merasakan gairahnya.

Ia menarik kaos polosku ke atas, membukanya, kemudian menggendongku dan membawaku ke tempat tidurnya yang lembut. Aku menatap matanya.

"Derzan ....." Aku tersenyum kepadanya

"Apa kamu yakin? Kita mungkin tidak biaa bertemu lagi. Aku tidak mau melukaimu."

Aku terdiam, ia mengingatkanku kepada kenyataan yang ingin kulupakan. "Aku tidak peduli. Aku tidak mau menyesal." Aku merasakan perkataanku keluar dengan sangat lemah, mataku memanas karena memikirkan kenyataan ini.

Aku menyentuh pipinya. Aku menggigit bibirku lagi tanpa kusadari. Aku tahu segenap tubuhku menginginkan Derzan. Aku tidak tahu apa yang terjadi besok ketika ia meninggalkanKu.

Ia mengelum bibirku bergairah, membuka mulutku dengan bibirnya, Aku mencintainya. "Derzan .... ahh ...." Aku menyebut namanya, mendesah tanpa Ku sadari.

Bibirnya menciumi setiap mili tubuhku. Aku merasakan bibirnya dengan halus menekan tubuhku, dari leherku, perlahan turun ke bagian perutku, pahaku. "Ahhhhh ..." ia membuatku bergairah, tidak pernah ada pria yang membuatku seperti ini.

Kemudian ia membuka kaos hitamnya, tubuh atletisnya, parasnya, wanginya, mata birunya, Aku mencintai setiap hal dari dalam dirinya.

Aku merasakan kehangatan tubuhnya di atas tubuhku, ia mencium dadaku, Aku menikmati setiap sentuhannya. Aku tidak mau ini berakhir.

ParalyzedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang