Angin Itu Kembali

2 0 0
                                    

Tidak harus menjadi yang paling kuat untuk menjadi yang paling hebat. Mencoba berdiri sendiri ketika sedang jatuh bukan perkara mudah , apakah manusiawi jika seseorang menangis karena terjatuh ?. Mampu mendengarkan jeritan individu lain , Tapi bagaimana dengan jeritan jiwaku saat ini ? Apakah akan baik – baik saja ketika aku tekan dengan mengatakan semua ini akan baik – baik saja ?. Aku berdiri ditengah badai jiwaku saat ini , mencari tempat teduh sambil mencoba menghalangi air untuk jatuh didepan mataku , hembusan nafasku tak terdengar karena kalah
dengan bunyi badai , Mustahil nyatanya yang kucari tempat teduh di tengah badai ini . Karena yang kulalui hanya padang pasir tandus awalnya. Setiap tetes hujan yang turun membasahi jiwaku , dan rasanya sangat sakit. Sakit sekali , ingin ku mengatakan bahwa air yang dibawah hujan badai ini sakit sekali bagiku, dan mengapa terus datang diwaktu yang tidak aku inginkan.


      Nyaringnya suara ayam membangunkan Swara pagi ini , ditemani hembusan semilir angin yang masuk dari arah pintu yang terhubung tak jauh dari Dapur. Semerbak bau masakan rumahan masuk memenuhi kamar swara , dan disusul suara teriakan Abang ."Swara bangun ! Kerja tuan ratu...siapa yang mau sama elo kalo jam segini belum bangun Isssh.. jorok " omelan pagi abang yang selalu bertugas membangunkan Swara dipagi hari. Karena tak kuat dengan omelan Abang aka yang terdengar layaknya suara ibu-ibu kompleks yang mengomel karena harga minyak naik , Swara memutuskan untuk bangun dan menuju ke dapur. Terpaan angin pagi menyambut Swara hari ini Swara yang menghadap meja makan hanya menatap kosong meja makan yang telah terisi penuh dengan hidangan untuk sarapan . 

Ibu menoleh ke arah Swara yang hanya melihat kosong makanan , " Kamu gak suka ya menu ibu hari ini ? Ibu ganti ya , Kamu mau apa ?" Tanya Ibu kepada Swara . Swara tersenyum tipis "Ah.. Enggak kok , malah Swara suka banget sama sarapan ini , ibu minta tolong ambilkan Nasi.." Ucap Swara sambil mengangkat piring kearah ibu , seolah merengek seperti anak kecil . Hari berlanjut dengan kegiatan Swara seperti biasa, Seorang Psikolog di salah satu klinik miliknya dan Sahabatnya Tara , Mereka membangun klinik berdua dengan modal keahlian berkonsultan ,dan ingin membantu Individu lain yang mencoba lari dari masalah kesehatan mental mereka alami. Bagi Swara Mendengarkan keluh kesah seseorang adalah hal yang paling membuatnya tenang , Ada berbagai rasa yang tercipta ketika hal itu ia lakukan. Mulai dari senang , sedih , marah , takut , khawatir dan yang lainnya. Setiap cerita yang diutarakan para kliennya ia rasa adalah Obat baginya. Swara selalu telaten mendengarkan cerita dari para kliennya , ia tak mau sedikitpun melewatkan serangkaian kata yang diucapkan kliennya. Menurutnya , Apapun yang mereka ingin ceritakan adalah ilmu baginya , Banyak sekali pelajaran yang Swara dapatkan selama menjadi psikolog 2 tahun terakhir semenjak ia membangun Klinik kesehatan mental di daerah kota yang padat. 

Tidak semua tempat yang menangani kesehatan mental hanya diperuntukkan bagi penderita gangguan Jiwa. Bagi mereka yang hanya menganggap remeh tentang kesehatan jiwa dan mental , adalah seseorang yang berusaha tetap yakin bahwasannya dia akan baik – baik saja , dengan menekan alam bawah sadar bahwasannyasemua akan berjalan normal. Swara juga menganggap bahwasanya dulu ia tidak pernah percaya bahwa kesehatan itu ada , dan menganggap yang bisa sakit itu hanya fisik saja , Namun jiwa juga bisa sakit dan bahkan berkali – kali lipat jika tidak segera ditangani. Dentumansepatu flat Swara memecah keheningan di lobby utama klinik , Swara menghampiri tempat administrasi untuk mengambil daftar pasien yang akan ia tangani hari ini. Engsel pintu terdengar nyaring di ruangan Konseling Swara , Cukup ramai hari ini menurut Swara setelah melihat penuhnya orang di klinik hari ini.


Swara menatap bingkai. Melihat bingkai foto di depannya , Teringat Tangan halus ibu yang memeluknya dulu. Kini , dibenaknya mengatakan bagaimana kabar ibu disana ? Apakah ibu bisa melihatnya sekarang?. Belum usai lamunan Swara melihat foto ibunya terdengar suara pintu terbuka , Asisten masuk membawa selembar kertas yang disusul dengan Pria berbadan Tinggi mengikutinya di belakang. Asisten menunduk sopan " Permisi Bu , ini daftar Pasien hari ini . Lalu ini pasien pertama yang sudah membuat janji 1 minggu yang lalu " . Swara menerima kertas dan menganggukkan pelan, Asisten keluar sambil menutup pintu. Pria berbadan tinggi kini berdiri didepan mejanya sambil melihat ke arah Swara . Swara belum sadar dari lamunan yang lalu langsung tertegun setelah sadar bahwasannya pasiennya sudah datang.

Dark CloudsWhere stories live. Discover now