Become Close Friends

341 32 3
                                    

Hari ini, setelah pesta Halloween, diumumkan siapa saja yang akan terpilih untuk mengikuti Turnamen Triwizard. Piring-piring emas kembali kosong dan berkilau bersih, dan suasana di Aula Besar semakin gaduh. Namun, suara-suara itu langsung mereda begitu Dumbledore berdiri. Di sisinya, Profesor Karkaroff dan Madame Maxime terlihat tegang.

"Nah, Piala Api hampir siap mengambil keputusan. Kuperkirakan masih perlu tiga menit lagi," ucap Professor Dumbledore.

Neva duduk di bangku Slytherin dekat dengan Lorenzo dan teman-teman Drumstrangnya. Tiba-tiba, Draco mendekati Neva dan duduk di bangku sebelah kanannya.

"Hai, Neva" sapa Draco.

"Hmm" jawab Neva dengan ekspresi datar.

"Kau jangan terlalu dingin, Neva" kata Lorenzo.

"Benar kata pacarmu itu, Neva" ucap Draco. Neva dan Lorenzo terkejut mendengar perkataan Draco, dan Lorenzo tertawa.

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Draco.

"Aku bukan pacarnya Neva," balas Lorenzo. Draco hanya mengangguk.

Professor Dumbledore mengeluarkan tongkat sihirnya dan membuat gerakan menyapu. Serentak, lilin-lilin kecuali yang ada dalam labu kuning terukir langsung padam, membuat ruangan menjadi setengah gelap. Piala Api sekarang bersinar lebih terang daripada apa pun di seluruh Aula Besar. Lidah api biru putihnya yang cemerlang menyilaukan. Semua orang memandangnya, menunggu, beberapa anak berkali-kali melihat arloji mereka.

"Eh, temanmu ini pasti menyukaimu, kan?" bisik Lorenzo di telinga Neva. Neva hanya memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Ayolah, Neva. Jangan terlalu dingin. Kan banyak lelaki di Hogwarts yang tertarik padamu, apalagi kau ini seperti keturunan Veela. Jadi, tidak mungkin tidak ada yang mendekatimu," bisik Lorenzo.

"Hm," jawab Neva tanpa minat. Lorenzo mendengar jawaban Neva dan mendengus kesal.

"Sekarang saat yang ditunggu-tunggu. Pemilihan pejuang," ucap Profesor Dumbledore.

Nyala api di dalam piala tiba-tiba menjadi merah lagi, dan lidah api mulai menyembur. Beberapa detik kemudian, seutas api meluncur ke atas dan melontarkan sepotong perkamen gosong. Seluruh ruangan terkejut.

Dumbledore menangkap perkamen itu dan menjulurkan lengan agar bisa membacanya dengan bantuan nyala api yang kembali berwarna biru keputihan.

"Pejuang dari Drumstrang adalah Victor Krum," ucap Professor Dumbledore. Siswa-siswa Drumstrang bertepuk tangan meriah, dan Neva ikut bertepuk tangan. Beberapa detik kemudian, Piala Api mengeluarkan nama kedua.

"Pejuang dari Beauxbatons... Fleur Delacour!" ucap Professor Dumbledore. Fleur, gadis Veela itu, bangkit dengan anggun. Dia mengibaskan rambut pirangnya yang keperakan dan berjalan di antara meja Ravenclaw dan Hufflepuff.

"Anggunnya sekali dia," gumam Neva yang masih terdengar oleh Lorenzo dan Draco.

"Kau juga," ucap Draco dan Lorenzo bersamaan. Neva menatap keduanya secara bergantian.

"Apa sih?" tanya Neva.

"Lihatlah, dua anak Beauxbatons itu menangis," kata Neva pada Lorenzo.

"Aku kira Noelle Castillon yang akan terpilih," kata Lorenzo sambil tertawa pelan.

"Tidak mungkin, dia penakut seperti dirimu," ejek Neva.

"Ya, deh, dia paling berani," ucap Lorenzo sambil mengacak rambut Neva.

Draco yang melihat itu, mengepalkan tangannya. Dia sangat cemburu.

"Dan pejuang terakhir, pejuang dari Hogwarts, Cedric Diggory"

The Magical Ties [Draco Malfoy]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt