Aku pun memeluk tubuhnya “Trimakasih Aiden, kau memang yang terbaik”

                “Sudahlah ini sudah malam. Dan aku tidak mau para pengawal itu mengira kau diculik”Aiden berbisik di telingaku sambil mengusap punggungku.

                Aku berjalan meninggalkannya. Kembali menyelinap kamarku yang dijaga beberapa pengawal.

                Namaku Callista Dellmore, satu-satunya putri dari Elroy Dellmore ayahku dan Dillian Delmore almarhum ibuku. Bahkan aku belum pernah melihat ibuku sama sekali. Kata ayah, ibu meninggal saat melahirkan ku. Aku tak pernah tau detail ceritanya. Sampai sekarang ayah dan keempat orang kakakku tak pernah menceritakan kejadian itu. Yang aku heran tidak pernah ada lukisan ibuku dirumah. Maka dari itu aku pun tidak pernah tahu seperti apa wajah ibuku.

                Aku hanya membayangkan mungkin dia mirip denganku, karna ayah selalu bilang, mata mu seperti ibumu. Warna mataku hijau  terang, berbeda dengan ke empat kakakku yang memiliki warna mata abu-abu seperti ayah. Tidak.. tidak ada anak diluar sana yang bermata hijau, satu-satunya ialah aku. Bukan biru seperti anggota kerajaan ataupun abu-abu, coklat dan hitam seperti kebanyakan anak-anak normal.

                Itulah mengapa aku hidup terasing. Sebenarnya tidak begitu, dulu aku mencoba berteman dengan anak-anak lain yang berada di balik dinding rumah ini. Namun anak-anak menatapku aneh, orang tua mereka melarang anak-anaknya bermain denganku seakan aku memiliki sebuah penyakit menular.

                Dari sejak itu aku tidak berani keluar. Dan belajar dengan guru khusus di rumah ku. Aku tak pernah merasakan hidup normal seperti orang-orang lain, pergi belajar di sekolah dan bermain dengan teman-teman sepermainan.

                Hidupku terasing, yang biasa bermain dengan ku hanyalah kakakku dan Aiden.

                “Darimana saja kau?!”bentak seseorang sampai-sampai aku terjatuh dari pijakan jendela kamarku, saat aku menyusup kedalam kamarku sendiri. Dia adalah Grant Dellmore, kakak tertua ku.

                “Mencari angin”jawabku singkat sambil membelai-belai lututku karena terjatuh barusan.

                “Yang benar saja. Kau tahu ini sudah lewat tengah malam” Dia mendekatiku. Tubuh tinggi dan besarnya kadang membuatku takut. Tapi sebenarnya dia adalah kakak yang paling perhatian diantara kakakku yang lain.

                “Maaf aku ketiduran di taman”kupaksakan senyum dibibirku dia tetap menatapku dengan tatapan menyelidik “Apa yang kau lakukan dikamarku?” tanyaku mencoba menghilangkan kecuigaannya.

                “Ayah memintaku membawamu ke East Athan”katanya sambil duduk diranjangku. Aku membelalakan mataku. “Besok pagi”lanjutnya.

                “Kenapa tiba-tiba?”tanyaku heran. East Atan adalah tempat terjauh dari Athanoxia, tempat yang tidak akan terjamah oleh orang-orang di kerajaan Athanoxia ini. Tempat terakhir ayah bila harus menyembunyikan ku. Aku benci itu.

                Aku mulai berfikir, apa aku benar-benar tidak bisa bergaul dengan yang lainnya? Apa aku harus selalu bersembunyi? Selama delapan belas tahun hidupku yang tidak pernah memiliki teman. Well, aku memang mempunyai Aiden, tapi dia bukan manusia, namun ini tidak adil bagiku.

                “Putra mahkota akan memilih putri mahkota. Dia akan berkeliling dari rumah kerumah menemui setiap putri pejabat dan mentri, ayah tidak ingin kau menemuinya. Akan terjadi masalah besar, ayah takut kau dianggap penyihir”jelas Grant dia memandangku sedih. Aku tahu dia tidak tega melihatku diasingkan seperti ini “Ini demi kebaikanmu”

                “Apa ibu juga dianggap penyihir?”tanyaku putus asa.

                “Tidak, dia bukan penyihir. Hanya saja dia berbeda, dia bukan dari kerajaan ini. Dan waktu itu ayah hanya prajurit biasa sehingga raja tidak tahu bahwa ibu berbeda, namun kini ayah menepati jabatan sebagai pejabat tinggi dan semua anggota keluarganya pasti mendapat perhatian dari keluarga kerajaan”

                Apakah aku boleh tidak pergi? Aku akan merindukan Aiden. Tidak aku tidak akan pergi.

                “Aku tidak mau”tegasku.

                “Dengar Callista…”

                “Tidak.. aku sudah dewasa, aku akan menentukan kehidupanku sendiri dan aku tidak akan membahayakan keluarga ini. Kak.. aku mohon, sudah cukup keterasingan ini. Aku tidak mau lagi hidup seperti ini”lirih ku. Mataku memanas, tenggorokan ku mulai mongering, dan air mata jatuh tak bisa lagi kutahan.

                Grant membalikan posisi tubuhnya dia merangkul pundakku. Pada akhirnya aku menangis di pundaknya semalaman.

Calista - Princess of AthanoxiaWhere stories live. Discover now