Satu

93.6K 2.5K 32
                                    

SATU

Cahaya itu membungkus tubuhnya. Hutan ini gelap namun dia bercahaya, bercahaya bukan karena obor ataupun lampu minyak. Dia mengeluarkan cahaya dari dalam tubuhnya. Apakah dia peri. Dan ketika dia membalikan tubuhnya, mataku membesar menatap wajah sempurnanya, wajah tampannya dengan rambut pirang panjang sampai ke pinggangnya, lurus dan bercahaya. Seakan helaian rambutnya adalah lampu-lampu yang bersinar terang.

                Walaupun aku masih berusia delapan tahun tapi aku bisa mengatakan jika dia adalah pria yang paling tampan yang pernah aku lihat. Bahkan kakak-kakakku tidak bisa menandinginya.

                “Apa yang kau lakukan gadis manis?”pria itu bertanya dan aku merona dibuatnya. Aku menunduk malu karena memperhatikan dan megaguminya diam-diam. “Kemarilah.. apa kau suka cerita? Aku akan menceritakan beberapa cerita yang aku fikir akan menghiburmu”

                Dan semenjak saat itu sampai hari ini sepuluh tahun berlalu, tapi aku masih tetep mengunjunginya setiap hari. Setiap malam. Tanpa seorang pun menyadari aku menyelinap keluar dari kamarku, pergi ke hutan terlarang sendirian. Untuk mendengar cerita-cerita Aiden. Ya.. namanya adalah Aiden, peri hutan yang rupawan. Dan tidak pernah menua dalam pandanganku sampai saat ini.

                “Aiden… berapa umurmu sekarang?” tanyaku saat dia sedang menghias rambutku dengan bunga-bunga cantik yang ada di hutan.

                “Seratus sepuluh, kau menanyakan itu hampir setiap minggu. Apa kau tdk punya pertanyaan lain?”jawabnya seraya membalikan tubuhku dan menyematkan bunga terakhir di atas kepalaku.

                “Umur berapa kau belajar menggunakan pedang?”tanyaku penasaran.

                “Apa menurutku aku belajar pedang?”

                “Semua orang belajar bertarung dengan pedang”

                “Kecuali wanita”

                “Kau bukan wanita”kataku menghardiknya

                Dia menghela nafasnya, “Yah aku memang seorang laki-laki, tapi aku peri. Apa kau ingat hal itu?” tentu saja aku tak kan lupa bahwa dia seorang peri. Bahwa dia bisa menggunakan sihirnya dari pada menggunakan pedang yang akan menguras tenaga dan mengeluarkan keringat.

                Aku cemberut. Aku seorang wanita dan tidak munggin belajar menggunakan pedang. Hal yang tidak boleh dilakukan seorang wanita adalah belajar bertarung. Tapi dibesarkan oleh seorang ayah dan empat kakak laki-laki membuatku iri setengah mati melihat mereka belajar memakai pedang kayu.

                Hal itu tampak menyenangkan. Dan aku satu-satunya dalam keluarga yang tidak bisa menikmati hal itu. Hanya bisa duduk dan memperhatikan ke empat kakak ku berlatih pedang di taman rumah kami.

                Aiden menyentuh pipiku dengan kedua tangannya “Apa yang membuatmu sedih?” Tanya aiden. Dan aku menatap mana hijaunya yang memukau. Terhinoptis sesaat “Callista”panggilnya lembut mematahkan hinoptisnya sendiri. Tidak  dia tidak menghinoptisku, itu hanya kekagumanku saja.

                “Setidaknya aku memerlukan itu untuk menjaga diriku sendiri”kataku pada akhirnya.

                Aiden menghela nafas panjang.

                “Baiklah.. sepertinya aku akan ditangkap bila ketahuan mengajari seorang wanita menggunakan pedang” katanya putusasa.

Calista - Princess of AthanoxiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang