New Secretary

108 18 7
                                    

Jafar memandangi foto pernikahannya dengan tatapan kosong. Ia menekan kedua matanya yang sembab dan memerah, seakan sudah tak kuasa lagi untuk terus menerus mengeluarkan air mata. Memang sudah menjadi hal biasa bagi Jafar untuk berada pada fase terendah seperti ini, tepatnya pada setiap hari peringatan kematian Istrinya.

Jafar menghela napas dan segera menyadarkan dirinya kemudian segera melanjutkan langkahnya menuju kamar para putranya. Dibukalah pintu kamar Sean dan Jiel lantas ditatap kedua putranya yang tengah terlelap dalam damai, membuat air matanya kembali meluruh bersamaan dengan penyesalan-penyesalan yang seakan-akan menghantuinya seumur hidup.

"Kei... anak kita udah gede. Bisa gak sih kalo kamu hidup lagi? Temenin aku liat Sean sama Jiel makin gede," lirih Jafar.

Kepergian istrinya lima belas tahun yang lalu karena kecelakaan di tengah-tengah ia mengandung, membuat Jafar benar-benar hancur berkeping-keping. Padahal harusnya ia bahagia karena kelahiran kedua buah hatinya, namun ia malah berduka sedalam-dalamnya.

"Yang, nanti kalo kamu pulang, aku gak ada jangan nyariin aku ya."

Jafar yang tengah menyesap kopinya segera menatap ke arah Keisha yang ada dihadapannya. "Ya nyariin lah yang, emang mau kemana??"

Keisha tersenyum, "aku pengen ke rumah Buna."

"Yaudah aku anterin dehㅡ"

"No no no!!! Gausah! Kan kamu mau berangkat ke kantor sekarang, yang." Sambar Keisha yang kemudian bangkit.

Kedua netra Jafar mengikuti arah Keisha menuju dapur. "Rumah buna kan jauh sayang, kamu lagi hamil pula."

"Ya emang kenapa kalo lagi hamil? Kan biasanya juga gapapa aku ke pasar, ke supermarket, ke sekolah, ke manapun gapapa kan."

Jafar bangkit lantas menghampiri Keisha dan memeluk Keisha dari belakang sambil terus membujuk sang istri agar mau Jafar antarkan.

Keisha tiba-tiba berbalik kemudian menangkup wajah Jafar sebelum akhirnya memberikan kecupan singkat, lalu sempat menatap manik Jafar dengan tatapan teduh yang cukup lama seakan tak dapat menatapnya lagi seperti ini.

"Kenapa hmm? Aku ganteng?" tanya Jafar sambil terkekeh.

Keisha ikut terkekeh kemudian mengecupnya sekali lagi. "Suami aku ganteng banget, bikin aku gak bisa berpaling."

"Istri aku juga cantik banget deh," ucap Jafar sambil menyentuh hidung mancung Keisha.

"Yaudah liatin terus makannya, sebelum kamu gak bisa liat aku."

Jafar mengernyit, "emang kenapa gak bisa liat??"

Keisha melepaskan lengan Jafar dari pinggangnya kemudian mengusap perutnya lembut. "Soalnya nanti kamu bakal liatin si kembar terus kalo dia udah lahir, aku bakal dicuekin deh. Jadi nomer 2 eh malah nomer 3 sih aku."

Jafar terkekeh kemudian mengusak puncak kepala Keisha dengan gemas. "Kamu tetep nomer satu sayang gausah khawatir."

Jafar menghela napas sedalam-dalamnya mengingat detik-detik terakhir sebelum ia benar-benar tak dapat melihat wajah cantik nan rupawan bahkan tatapan teduh Keisha yang selalu Jafar butuhkan saat ia lelah dengan hidupnya.

Kini sudah tak ada lagi tatapan teduh yang akan membantunya menghempaskan lelah dari tubuhnya, tak ada rengkuhan hangat lagi dari Keisha yang akan menenangkannya, tak ada senyuman manis Keisha yang akan selalu mengobati rasa sakitnya.

Jafar tiba-tiba terkesiap, tersadar dari lamunannya sebab ponselnya yang tengah ia genggam berdering nyaring. Bergegas ia kembali menutup pintu kamar putranya agar tak terganggu dengan dering ponselnya, sebelum akhirnya melangkah ke arah dapur seraya menjawab panggilan masuk dari sekertarisnya yang tempo hari mengajukan surat pengunduran diri.

"Pak mohon maaf mengganggu waktunya. Pagi ini sekertaris yang akan menggantikan saya akan bertemu dengan bapak. Apakah bisa pak?"

Jafar menekan tombol load speaker, lalu meletakkan ponselnya diatas meja pantry sebelum akhirnya meraih bahan masakan yang sebelumnya sudah ia siapkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jafar menekan tombol load speaker, lalu meletakkan ponselnya diatas meja pantry sebelum akhirnya meraih bahan masakan yang sebelumnya sudah ia siapkan. "Bisa. Kirim CV nya sekarang, bisa?"

"Oh iya, Pak. Mohon maaf saya lupa. Saya kirim sekarang ya pak."

"Makasih ya. Kalo gitu saya akhiri ya, saya mau siapin sarapan dulu buat si kembar."

"Baik, Pak. Terimakasih banyak, Pak. Salam buat si kembar, Pak."

Jafar bergegas bergegas mengakhiri panggilan tersebut, lantas membuka emailnya dan segera mengunduh CV yang dikirimkan oleh sekertarisnya.

Kedua matanya refleks membulat dengan sempurna saat membaca nama sekertaris yang akan menggantikan sekertaris lamanya.

"Keira Alula?"

Jantungnya berdegub abnormal saat melafalkan nama lengkap tersebut dengan mulutnya yang sedikit gemetar. Bergegas Jafar memandangi lekat-lekat foto yang terpampang pada CV tersebut dan jantungnya sepuluh kali berdegub abnormal dari biasanya. 

Seperti ini kah rasanya jika Tuhan mengabulkan permintaannya yang telah ia panjatkan selama bertahun-tahun lamanya? 

Seperti ini kah rasanya jika Tuhan mengabulkan permintaannya yang telah ia panjatkan selama bertahun-tahun lamanya? 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pasalnya nama gadis tersebut hampir mirip dengan nama istri Jafar yang telah meninggalㅡKeisha Azura. Bahkan garis wajahnya pun juga benar-benar hampir mirip, mulai dari kedua manik hazel bulatnya, hidung mancung dan bibir mungilnya, bak seratu persen kloningan istrinya atau mungkin reinkarnasi istrinya yang memang telah Tuhan siapkan untuk Jafar, entahlah yang penting Jafar ingin segera bertemu dengan gadis bernama Keira Alula.


___


enjinn!! terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca. 

bagusnya dilanjut atau enggak nih??


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 18, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Illusion | JayWhere stories live. Discover now