"Kubiarkan dulu sebentar. " pikirnya.

Pergi mengambil sehelai selimut yang tidak terlalu tebal dari lemari penyimpanan, Kirishima menyampirkannya ke pundak Midoriya. Dia pun duduk di samping meja menunggui gadis yang terlelap itu.

.
.
.
.
.

"Hana apa yang sebenarnya sudah kau lakukan? " tanya sang ayah.

Pertemuannya dengan anak gadisnya di ruang tengah tanpa basa basi langsung dia gunakan untuk kesempatan bertanya. Semenjak Hana mengamuk saat itu dia jadi sulit untuk ditemui karena gadis itu bahkan tak hadir di saat keluarga tengah makan bersama seperti biasa. Kesibukannya sebagai pejabat di istana pun menambah kesulitan untuk bertemu.

Hana menatap ayahnya dengan datar. "Apa maksud Ayah? "

"Sejak sekitar setengah bulan lalu istana melakukan penyelidikan atas insiden yang terjadi di kediaman timur. Entah apa yang terjadi, Yang Mulia tidak mau menjelaskan insiden apa, tapi seisi istana diselidiki. "

"Lalu? Ayah kira aku berperan dalam insiden yang entah apa itu? "

Sang pejabat itu, Masao, juga tidak ingin menuduh anaknya. Namun kejadian terjadi bertepatan setelah amukan Hana saat dia memberitahu soal pertunangan Yang Mulia. Hal itu membuat Masao mau tidak mau memiliki kecurigaan besar pada Hana.

"Ayah hanya berharap satu hal, jangan lakukan hal ceroboh." ujar Masao tegas. "Bukannya ayah hanya khawatir soal hancurnya keluarga kita, tapi kau juga akan dalam bahaya. Ayah mohon, jangan pernah bertindak dengan pikiran kalut, Hana."

Hana mengernyit mendengar perkataan ayahnya itu. Tanpa berkata apa-apa lagi, gadis itu pergi meninggalkan Masao begitu saja.

Masao menghela napas. Dia berharap tidak ada hal buruk terjadi.

.
.
.

Midoriya terbangun, dia mengusap matanya dan menegakkan tubuh. Mencoba mengingat apa yang tengah terakhir kali dia lakukan.

Pemandangan dokumen dan pena bulu yang tergeletak menyambutnya. Seketika kantuknya menghilang.

"Aku tertidur?! " paniknya. "Sejak kapan?!"

"Sekitar setengah jam. "

Midoriya menoleh, mendapati Kirishima yang duduk berlutut satu meter darinya. "Ah, begitu... maaf. Tapi, kenapa tidak bangunkan aku? "

Kirishima tersenyum. "Kau terlihat kelelahan, jadi aku biarkan saja. Apa masih mengantuk? Kurasa kau bisa kembali tidur kalau mau, sudah cukup banyak dokumen yang kau tangani hari ini. "

"Tidak, aku tidak boleh tidur lagi. " Midoriya merapikan sedikit rambutnya yang berantakan.

"Ah, ya. Cemilan tadi, aku juga bawa teh tapi sudah dingin. Aku akan bawakan teh yang baru. " Kirishima hendak berdiri tapi Midoriya mencegahnya.

"Itu saja tidak apa-apa. Teh dingin juga masih enak kok. Terima kasih. "

"Baiklah. Oh, Sumire bilang makan malam nanti adalan hidangan favoritmu. Para pelayan juga menyemangatimu."

Manik emerald Midoriya berbinar. "Sungguh? "

Kirishima mengangguk, seperti yang Sumire bilang, Midoriya langsung senang begitu mendengarnya. Hal itu membuat Kirishima tertawa kecil.

"Ada apa? " tanya Midoriya yang bingung kenapa penjaganya itu tertawa.

"Tidak, tidak ada apa-apa. "

.
.
.

Usai pelatihan selama hampir satu bulan, Koshi melihat jika Midoriya adalah tipe orang yang cepat belajar. Dia sudah bisa menangani sebagian besar dokumen dasar dengan baik.
Atas dasar itu, Koshi pun mencoba untuk membuat Midoriya mulai mengurus dokumen langsung dari kediaman utama.

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Where stories live. Discover now