Aku terduduk lemas membiarkan gaun putihku terkotori tanah, Rafaael mengikuti pergerakanku,

"sakit sekali, Raf" keluhku, Rafael mengangguk seolah mengatakan bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan untuk ini. Benar, satu-satunya cara adalah harus kuat.

"oke kita lewati saja bagian itu, bagaimana jika kita berlatih senjata"

Aku kembali antusias mendengar kata senjata, ya itulah yang sangat penting yang harus aku kuasai, senjata untuk membunuh mahkluk-mahkluk mengerikan seperti yang ku temui di rumah Uriah beberapa waktu lalu, dan tentu untuk melindungi diriku sendiri dari Abaddon.

"tentu Rafael, apakah aku akan memiliki pedang seperti yang kamu gunakan untuk membunuh mahkluk mengerikan itu? Ah aku jadi bertanya-tanya kemana perginya pedangmu Raf? Aku bahkan sudah tidak pernah melihatnya lagi sejak kejadian itu, padahal pedang itu sungguh sangat indah?" ucapku bersemangat.

Aku tidak akan pernah lupa dengan pedangnya yang berwarna perak itu, kemudian Rafael terkekeh geli, mungkin menurutnya lucu bahwa yang tadi ia lihat adalah aku yang hampir putus asa karena tidak bisa menahan sakit dari sayap sialan itu, dan di menit berikutnya aku sudah sangat antusias berlatih lagi.

"ya ya ya bersabarlah, sekarang berdiri" Rafael membantuku berdiri, "nah lihat ini" ia mengarahkan pandanganku ke telapak tangannya yang terbuka kemudian aku bisa melihat setitik cahaya dari sana, lama kelamaan titik itu menjadi pendar cahaya yang menyilaukan dan ketika Rafael menutup telapak tangannya tiba-tiba saja ia sudah menggegam sebuah pedang, pedang yang sama seperti waktu itu.

Mataku membulat takjub dan ku pandangi pedang itu, Rafael menggerakannya ke segala sudut agar aku bisa melihatnya dengan jelas, aku memaksanya membuka tangan Rafael dan bisa ku lihat di gagang itu ada sebuah ukiran yang rumit namun sangat mempesona, bahkan di ujung gagangnya terdapat sebuah gambar sayap, sayap yang sama dengan yang dipunyai Rafael.

"apa ini Raf?" di balik ukiran-ukiran rumit ini aku melihat seperti ada tulisan tapi bukan ditulis dengan huruf biasa, seperti tanda-tanda tulisan kuno yang bahkan belum pernah aku lihat sebelumnya.

"ah ini bertuliskan, ALIAN: Rafael" jawabnya.

"kau bahkan punya namamu sendiri di pedangmu ya, apakah milikku juga akan seperti itu?"

Rafael mengangkat bahunya, "mengapa kau tidak melihatnya sendiri?"

Rafael kemudian memegang telapak tanganku, dia mengelusnya "bayangkan satu titik disana, dan fokuskan semua fikiranmu pada titik itu Anna. Semua Malaikat memiliki senjatanya sendiri, jadi itu sudah menjadi bagian dari dirimu sendiri"

Aku berusaha melakukan apa yang Rafael katakan, berfokus pada telapat tanganku dan ketika ku lihat sebuah titik cahaya muncul dari sana, aku begitu bersemangat "kau lihat itu Rafael? Aku berhasil" seruku. Tapi detik berikutnya, cahaya itu kembali meredup.

"sssshhh! Fokus saja!"

Padahal tadi aku hampir saja dapat mengeluarkannya, ternyata ini juga tidak kalah sulitnya dengan hal sayap tadi, tapi ketika aku kembali memfokuskan fikiranku, bisa ku rasakan telapak tanganku menghangat, titik itu kembali muncul, kali ini tidak akan ku biarkan fikiranku bercabang.

Ketika seuatu muncul di telap tanganku dengan cepat-cepat aku menggenggamnya tapi rasa bahagiaku tidak berlangsung lama ketika mendapati apa yang ku genggam,

Apa-apaan ini,

Sebuah belati.

"Rafael, apa kau tidak salah mengajari? Tidak adil, kau bahkan memiliki pedang, sedangkan aku?"

Ku amati, belati itu lekat-lekat. Model mata pisaunya sederhana, membentuk segita dengan ujung yang sangat runcing bahkan aku yakin panjangnya saja tidak lebih dari 40 cm, sangat jauh sekali dengan yang Rafael miliki,

Rafael kembali tertawa, aku memberikannya tatapan tajam "hah responmu ini mirip seseorang yang ku kenal, dia juga kecewa pada bentuk sayapnya juga pada bentuk senjatanya, konyol" ucapnya, kali ini giliranku yang tertawa, "memangnya kau punya seseorang yang dirindukan?" ucapku sarkatis,

tawa Rafael terhenti, dia kembali serius. Aku mengutuk kembali perubahan suasana hatinya, benar-benar ahli membuat orang merasa canggung.

"jangan meremahkan belati ini, belati ini untuk serangan jarak dekat, dan kau harus menguasai setidaknya seni bela diri. Lihat! gagang belati ini mempunyai sisi seperti garpu yang membuatnya memiliki berat yang seimbang cocok jika dilempar ke arah musuh jika kau tidak berani mendekati musuhmu, tapi pastikan kau menikamnya tepat di arah jantung, jangan sampai musuhmu mengambil senjata ini atau kau akan berakhir bertarung tanpa senjara" jelasnya.

Aku mengangguk mengerti, ya tidak ada gunanya memperdebatkan senjataku dengan Rafael, itu sikap yang tidak dewasa. Jadi sisa hari ini Rafael mengajarkanku dasar-dasar tekhnik membela diri, bagaimana menyerang dan melumpuhkan lawan dengan menggunakan belati.

Sungguh melelahkan, tapi aku tidak sabar kapan pertarungan yang sesungguhnya akan terjadi.

AVERNUS [Re-Upload]Where stories live. Discover now