Niko bergegas mengemasi laptop dan barang-barangnya di meja perpustakaan kampusnya seketika setelah pesan singkat dari temannya terbaca oleh mata hitam legam itu.
Julio mengatakan agar Niko cepat datang ke Aula untuk melihat gadis berjilbab di dalam kerumunan pameran seni yang sedang diselenggarakan di kampusnya.
"Mana??" Mendengar perkataan Niko yang tiba-tiba sudah muncul di sebelahnya membuat jemari Julio menunjuk pada gadis dengan baju biru yang tengah mengamati salah satu karya.
"Selalu cantik" senyum lebar Niko tercetak pada wajah tampannya.
Amelia, teman satu fakultas Julio yang berhasil membuat seorang Niko jatuh cinta.
"Coba sekali di kejar" ungkapan Julio membuat Niko kembali tertawa, tawa yang renyah.
Julio menghembuskan nafas dan berpaling menatap kearah keramaian itu, mulut kecilnya kembali berkata "siapa tahu dia mau sama lo".
"Ngaco".
"Buat apa dicoba kalau udah tau akan berakhir seperti apa" kalimat itu dengan mantap keluar dari bibir Niko yang masih setengah tersenyum.
"Sekalipun dia mau sama gue, akhirnya juga nggak bisa bersatu. Yang ada gue dan dia sama-sama sakit ketika waktunya tiba".
Ucapan Niko masuk akal dikepalanya, lelaki bermata sipit itu mengangguk-ngangguk setuju.
"Tapi sebentar lagi dia wisuda dan kemungkinan kalian ketemu akan sangat mustahil, Lo gak ada niatan confess ke dia untuk terakhir kali?"
Niko meninggalkan Julio dan pergi menuju kerumunan itu tanpa berkata apapun, langkah lelaki itu mantap menuju Amelia.
Perkataan terakhir Julio dengan spontan ia setujui dalam hati, ia akan menyampaikan perasaanya kepada Amelia tanpa berfikir panjang.
"Halo Lia" sapaan sopan keluar dari mulut lelaki bersepatu putih itu.
"Eh...? Hai Niko udah lama gak kelihatan" senyum manis Amelia terekam sempurna di Indra penglihat Niko, ia akan menyimpan senyuman itu kuat-kuat di memorinya.
"Iya lah Lo udah jarang ke kampus"
"Hehe iya sih, gimana skripsi Lo?"
Bahkan suara lembut Amelia yang sudah lama tidak terdengar masih saja membuat jantungnya berdegup.
"Ya gitu revisi lagi revisi lagi" Niko tersenyum.
"Harus lulus tahun ini loh yaa?"
"Doain aja hahaha"
"Gue mau ngomong sesuatu" suara Niko memberat serius.
Gadis itu menatap lelaki dihadapannya, sudah menjadi rahasia umum mereka berdua memang saling suka, meski tanpa adanya pengakuan dari sang wanita maupun sang pria. Mata dan sikap keduanya sudah cukup menjawab.
"Gue suka sama Lo Lia" Niko mengepalkan tangannya kuat kuat untuk menahan semua rasa gugup yang menyerang dirinya.
Amelia tersenyum lebar gigi kecil yang rapi itu juga terlihat, Tawanya bahkan sedikit terdengar.
Niko bingung.
Untuk kemudian Amelia berdehem singkat dan mimik wajahnya sudah kembali netral.
"Gue nikah bulan depan" Setelah kata itu terucap Amelia kembali tersenyum.
Dihadapanya Niko refleks ikut tersenyum. Tidak ada yang tau bagaimana hati pria itu hancur, sesak sekali terasa di dada Niko.
Tawa renyah digunakannya untuk menutup semua perasaan sakit itu.
Meski begitu Amelia tahu perasaan Niko karena mata tidak pernah berbohong, gadis itu berulang kali mengucap maaf dalam hati.
"Selamat".
"Iya makasih, jangan datang ya ko? Lo nggak akan gue undang".
"Iya gue ngerti" masih dengan sedikit senyuman Niko kembali bertanya "siapa Lia?"
"Anak temen ayah gue, dia lulusan pondok pesantren. Begitu wisuda kita langsung nikah".
"Waduhhh lelaki idaman ya? Hahahah". Niko tertawa lagi tapi kini matanya tak lagi sanggup menatap gadis di depannya.
"Iya, Idaman ayah gue".
"Semoga Lo bahagia, gue cabut dulu udah ditunggu Julio".
"Iya makasih semuanya ko, gue tunggu kabar bahagia dari Lo".
Niko menjawab dengan anggukan dan pergi meninggalkan gadis itu menuju tempat Julio berada.
Punggung berbalut kemeja itu tak lepas dari mata Amelia, sungguh hatinya merasakan hal yang sama dengan Niko.
Memang tidak semua hal bisa dia paksakan termasuk Niko, karena mereka berada pada jarak yang tidak bisa manusia capai. sebuah batas tak kasat mata yang membatasi Amelia dan Niko untuk bisa bersama.
