1 - The Target

195 27 4
                                    

🌳🏫🌳

Stephanie sempat merasa terlalu dini untuk memikirkan warna dress yang digunakan saat prom nanti, tapi nyatanya ada satu makhluk yang terus saja membahas siapa pasangan yang akan dia ajak pada acara penghujung SMA itu.

Dengan wajah merengut gadis itu mengeluh, "bisa-bisanya dia sudah punya pacar saja. Padahal baru satu bulan putus denganku."

"Mungkin benar kata sepupuku, biasanya lelaki itu punya cadangan," respon Stephanie.

Luna membuka bungkusan sandwich dengan brutal lalu menunjuk kursi taman yang teduh, mengajak Stephanie melewati puluhan orang yang berjalan menuju kelas selanjutnya dan duduk di sana.

"Kita punya 10 menit sebelum kelas Mr. Will."

Stephanie tak bisa menolak ajakan perempuan Asia ini. Habisnya, dia tak punya teman lain yang bisa dimintai contekan.

"Apa kita ada tugas?"

"Ya."

"Really?! Di hari pertama masuk kelasnya?"

"Dia bilang kita harus membuat ringkasan lebih dulu tentang apa yang akan dipelajari hari ini, ambil saja di tasku kalau belum."

Stephanie mencatat dengan kilat sebelum kelas dimulai. Tetapi dengan bakat multitasking wanita, ia juga bisa menyadari bahwa Luna yang sekarang meminum susu kotak sedang memperhatikan sekitarnya.

Mempertahankan para pejantan di SMA mereka, tebaknya.

"Lebih bagus mana antara Jevierre, Harry, atau Zack?"

Stephanie masih mencatat hingga selesai, lalu setelahnya mengernyit mendengar nama-nama yang disebutkan tadi.

"Fyi, Jevierre dan Zack sudah punya pacar," Stephanie menggantungkan kalimatnya lalu jari tangannya dengan ringan menjitak kening Luna yang kemudian berteriak kesakitan.
"Harry itu incaranku!"

Meski keningnya agak perih, tapi senyum menyebalkan tetap bisa muncul di wajahnya. Yah, habisnya sebelumnya Stephanie tidak pernah memberitahu tentang laki-laki yang dia sukai.

"Omong-omong, ketiga lelaki tadi semuanya keturunan Asia, kan?"

Luna mengangguk, "aku bosan dengan yang Amerika."

"Mantanmu itu orang Eropa, bodoh!"

"Benarkah?!"

"Ya, dari Yunani."

Stephanie agak lelah berbicara dengan Luna yang kadang pintar kadang bodoh. Tapi saat hendak mengajaknya untuk langsung ke kelas alih-alih berbicara di taman, penglihatannya menangkap keberadaan seseorang yang cukup oke. Sepertinya cocok untuk sahabatnya yang sedang perlu pawang.

"Hei hei, kau ingat lelaki yang membawa gitar itu?"

Luna sebenarnya akan mengeluh saat kotak susunya sudah kosong, tapi kali ini ada yang menarik.

"Namanya Matt, kan?"

Stephanie mendengus, "Maxime Lee, biasa dipanggil Max. Dia punya darah Korea Selatan dan kita pernah satu kelas dengannya di tahun lalu. Ah, kalau tidak salah tahun ini juga! Tapi aku lupa di kelas apa."

Luna memiliki mata yang agak minus, jadi dia membuat teropong dengan jari-jarinya dan mengikuti arah ke mana Max berjalan.

Max berjalan sedikit buru-buru dengan alis menukik karena matahari begitu terang. Pagi ini sangat cerah.

Lelaki itu memakai jeans dan kaos putih. Style yang biasa saja, sih. Tapi yang menarik adalah tatanan rambutnya yang memamerkan sebagian dahi seksinya.

"Wow, dia seksi."

"Ya, sepertinya dia suka pergi ke gym. Lengannya berurat. Rahangnya juga tegas sekali. Aku jadi bingung pilih dia atau Harry."

"Max punyaku!" Seru Luna, "ah sayang sekali dari sini aku tak bisa melihat detil lengannya dengan jelas."

Lagi, untuk kedua kalinya di hari ini Luna merengut karena Max yang sudah menghilang dari pandangan. Namun, sedetik kemudian ia tersenyum hingga membuat Stephanie merinding.

"Kau semakin aneh saja."

"Setelah patah hati selama sebulan, akhirnya aku menemukan lelaki incaranku. Dia itu single, kan?"

"Entahlah, setidaknya aku tidak pernah melihatnya berduaan dengan perempuan lagi."

"Lagi?"

"Sekitar setahun yang lalu dia pernah punya hubungan dengan salah satu anggota cheers. Tapi sepertinya hubungannya tak lama."

Luna tersenyum penuh arti, "pokoknya, saat prom night nanti aku harus menjadi ratunya dan Max rajanya. Untuk Ken dan pacar barunya, jadi babu saja."

Perbincangan mereka berakhir setelah 30 menit. Artinya, mereka terlambat memasuki kelas Mr. Will perdana mereka selama 20 menit.

Luna berkeringat dingin, tapi begitu melihat eksistensi seseorang yang duduk di pojok kelas membuatnya bersemangat.

🌳🏫🌳



Hai, tes ombak dulu 😿💅

Will You Be My Prom Date? | Markmin GSWhere stories live. Discover now