snapping one

4 2 0
                                    

Lantai marmer yang terpamer angkuh sangat memanjakan kedua mata yang melihatnya, begitu elegan dan klasik.

Di tambah dengan ruangan yang di desain begitu klasik, siapapun yang ada di tempat ini akan merasa seperti time traveling ke abad 70-an pada era modern ini.

Pandangan luas dengan segala hiasan kuno benar-benar menggambarkan pemilik istana ini, Angkuh tapi anggun.

Dia adalah choi ki anh atau yang lebih di sebut dalam keluarganya dengan Carol, dalam bahasa prancis yang artinya wanita kuat dan tangguh.

Ia adalah anak dari keluarga prancis yang sangat kaya raya dan masih membawa budaya leluhur jadi tak heran jika kehidupannya begitu kuno.

"Dreeep!.... Ah..." Sebuah seduhan yang begitu nikmat dari teh delima dalam wadah gramik berkelas.

"Jadi,bagaimana selanjutnya? " Ini adalah suara teman minumnya

Ia menoleh ke kiri setelah meletakkan cangkirnya. Decihan keluar begitu saja dari bibirnya.

"Apa aku benar-benar diragukan dalam hal ini? Oh... Ayolah,aku bukan lagi balita yang baru belajar jalan, yang harus terus di bimbing dan di awasi... "Lawan bicaranya hanya tersenyum dan mengangguk paham maksud putri tunggalnya.

" Baiklah. ayah janji, ini adalah kali terakhirnya ayah bertanya" Senyuman yang di tunjukkan untuk putrinya benar-benar tulus walau beberapa garis keriputnya menjadikannya sebagai beban pikiran belakang ini.

Bukan..., bukan karena beliau takut menua tapi hanya sebuah penyesalan karna diusianya yang telah bercabang 6,beliau belum sepenuhnya meluapkan kasih sayangnya untuk putri tunggalnya.

"Hari ini aku akan jadwal kebun, beberapa bibit delima Arab akan tiba sore ini, aku harus hadir untuk memastikan kwalitasnya... " Ujarnya sambil tersenyum standar.

"Tak akan ada yang ragu jika itu kau" Puji sang ayah.

Carol kembali meraih cangkirnya seraya berkata "aku tahu itu"

_ _ _

Sebuah mobil megah berhenti tepat di depan gedung mewah yang menjulang tinggi, pintu terbuka.

Sepatu hak berwarna marun begitu indah menginjak lapisan aspal.

Suara sepatu itu benar-benar mewakili keheningan ruangan yang sedang mereka lalui.

Sedangkan diruangan sebelah orang orang tengah bersiap siaga menyambut tamu spesial mereka, ruangan di rancang klasik sesuai dengan kesukaan tamunya.

"Selamat malam Miss. Carol... " Sebuah teguran menghentikan ucapan pria ini.

"Sssssstt... Tak perlu,aku yakin kalian pasti sudah tahu namaku kan, apa sekarang aku bisa duduk? " Ucap carol mempersingkat waktu.

Keadaan menjadi aneh, para pelayan saling menatap. Tentu saja carol peka akan hal ini.

Ia mengendus lalu mencacahkan tangannya di pinggang menghadap pada setiap nyawa yang hadir di malam itu.

"Apa perlu ku ukir namaku di masing-masing jidat kalian agar tetap ingat dengan namaku? Kurasa itu terlalu berlebihan!...

... Hey ingat aku baru saja datang kemarin lusa, apa penyambutan payah ini harus slalu ku dengar saat berkunjung kemari?! "

Semua mata tertunduk, mereka paham maksud Carol.

"Ah... Ayolah aku hanya ingin meringankan pikiran ku sejenak dan kalian kerjakan saja pekerjaan yang lebih berfaedah dari pada penyambutan macam ini... "

Kepala pelayan pun mengarahkan anggota nya untuk kembali pada pekerjaan masing-masing, diapun mendekati tamu terhormat nya dengan raga bersalah.

" Miss. Carol maafkan kami atas... "

"Tak perlu, cukup siapkan seperti biasanya" Pintah carol yang tampak begitu penat ,dengan segera kepala pelayan itu pamit lalu mempersiapkan pesanannya.

Setelah berapa menit berlalu, denting piano yang terdengar tiba-tiba dapat mengertakkan hatinya kembali setelah sekian lama.

Tak mampu berbuat apa, bahkan hanya untuk sekedar menoleh pun tak sanggup, itulah respon Carol saat ini, tubuhnya benar-benar kaku membatu.

Hingga kelopak bawah matanya tak sanggup lagi membendung air matanya, namun herannya tangisan sepi ini tak membuatnya sesak di dada , hanya sesuatu yang membuat nya sedikit merasa lega.

Dentingan Träumerei karya dari schumann ini benar-benar mengungkapkan isi di setiap nadanya.

Saat hidangannya datang pun Carol tak lagi menggubris nya benar-benar hanya terpanah dengan alunan damai itu.

3 menit berlalu benar-benar tak terasa bagi Carol, ia seperti sedang di sihir oleh sesuatu.

Saat kesadarannya kembali, Carol menyeka air matanya lalu segera menoleh namun nihil, tak seorang pun di atas bangku piano itu. Tak seorangpun!!!

Apa dia sedang berhalusinasi? Tapi ini terlalu nyata untuk di kategori kan sebuah ilusi...

___

Next... 😘

pomegranate girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang