Lagu Untuk Riri

Začít od začátku
                                    

Raga membawa Jiwa ke halaman belakang rumah Oma untuk memenuhi salah satu wish list yang dibuat oleh mereka berdua. Movie date yang tidak seperti kebiasaan banyak orang lakukan. Jiwa tersenyum melihat ke arah Raga.

"Kenapa senyum-senyum? Aku nyiapin ini semua makanya telat tadi," ucap Raga.

Jiwa langsung memeluk Raga tanpa aba-aba. Merasa senang dengan tingkah Jiwa, pria itu balik memeluk dan mengecup pucuk kepala Jiwa. Ke duanya berbaring bersebelahan dan menikmati film yang sudah mereka tentukan bersama. Sambil memakan snack yang sudah disiapkan Raga fokus perhatian Jiwa tertuju sepenuhnya ke layar di hadapannya.

Berbeda dengan Jiwa, di pertengahan film pria itu mulai tidak fokus. Sepertinya film yang dipilih tidak terlalu menarik lagi. Raga memiringkan badannya dan memandangi gadis di sampingnya yang masih fokus menonton. Tangan Jiwa yang tergeletak di samping Raga tidak dibiarkan menganggur, Raga segera mengambil tangan mungil itu dan menggenggamnya sambil terus memperhatikan wajah Jiwa.

Menyadari saat ini dirinya menjadi pusat perhatian Raga, Jiwa memalingkan wajahnya ke arah Raga. Kini keduanya berhadapan dan saling menatap. Selama beberapa detik Jiwa dan Raga hanya saling menatap tanpa kata-kata.

"Cantik," ucap Raga tanpa suara.

Pipi gadis itu langsung memerah mendengar pujian dari Raga. Ini bukan pertama kalinya Jiwa mendengar pujian seperti itu dari kekasihnya tapi suasana sore itu begitu mendukung ucapan Raga itu terdengar lebih romantis dari biasanya. Jiwa yang menjadi salah tingkah bergegas duduk dan meminta Raga melakukan hal yang sama.

"Kamu udah gak fokus nonton kan?" tanya Jiwa.

"Iya, abis kamu lebih menarik buat ditonton dari pada filmnya," gombal Raga.

"Apa sih dasar buaya, aku malu," Jiwa memukul lengan Raga. Iya sudah biasa memang.

"Untung sayang, kalau enggak udah aku bales," ucap Raga sambil mencubit pelan pipi Jiwa. "Itu buku apa?" tanya Raga sambil melirik ke arah buku di samping Jiwa.

"Buku catatan rahasia dari Oma," jawab Jiwa sambil memegang buku itu. "Riri itu siapa?" tanya Jiwa.

"Riri itu nama panggilan Oma, lebih tepatnya nama panggilan sayang dari Opa aku," jelas Raga.

Jiwa mengangguk mengerti. Pantas saja signature yang ada di buku ini bertuliskan Riri.

"Kita ajak Oma ke sini yuk, mau gak?" usul Jiwa. Raga mengerutkan dahinya. "Kita kan udah lama gak spent time bareng Oma, kamu sibuk tugas akhir, kalau ada waktu pasti main sama aku, terus aku juga sibuk kursus online jadi gak ada waktu main sama Oma, ya mau ya?" rengek Jiwa.

Raga mengangguk setuju. Jiwa segera menghentikan film yang sudah mereka tonton selama satu setengah jam dan meminta Raga mengambil gitar miliknya di kamar. Jiwa berencana mengubah movie date mereka menjadi mini concert untuk Oma Marie. Jiwa bertugas memanggil Oma, sedangkan Raga mengambil gitar dan mempersiapkan speaker dan mic untuk mereka bernyanyi bersama.

Liam yang kebetulan baru tiba diajak untuk ikut bergabung di halaman belakang. Kini sudah ada Jiwa, Raga, Liam dan Oma. Jiwa meminta Raga lebih dulu bernyanyi kemudian Jiwa bergantian menyanyi.  Setelah penampilan Jiwa dan Raga, kini Liam mengiringi Oma untuk bernyanyi. Mereka semua menghabiskan waktu bersama sore itu.

 Mereka semua menghabiskan waktu bersama sore itu

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
UnconditionallyKde žijí příběhy. Začni objevovat