Pameran, kekesalan Radipta, dan pacar Alin - 2 April 2020

Start from the beginning
                                    

Aku tak tahu ingin mendeskripsikan bagaimana, yang pasti pacar Alin sangat tampan. Aku bahkan yakin Puspa akan seratus persen setuju dengan pendapatku jika ia hadir disini.

"Kok ganteng ya, Jan..."

"Bukan ganteng lagi, Sha," bisikku setelah sadar kalau Alin menyadari kehadiranku dan sepertinya akan menghampiri kami.

"Renjana, dateng juga, toh?" 

Benar saja. Ia langsung menghampiri dan menyapa setelah tak sengaja melihatku. Diikuti langkah pacarnya, dan juga Radipta.

Aku tertawa rendah. Melirik pacarnya sekilas, kemudian melirik Radipta yang malah sibuk menatap lukisan-lukisan yang terpajang di sepanjang dinding.

"Iya, nih. Mumpung gratis." ujarku bercanda.

Alin ikut tertawa rendah. 

"Oh iya, kenalin, ini pacar gue. Namanya Piko."

"Halo... salam kenal." 

Aku menyapa dan memperkenalkan diri pada Piko, begitu juga Nisha.

"Udah lama disini?" tanya Alin basa-basi.

Aku menggeleng. "Enggak, kok. Baru dateng malah."

"Ooh..." 

Alin mengecek ponselnya sekilas, lalu menatap Piko seraya meringis kecil. Piko tersenyum manis padanya, lalu mengusap kepala Alin dan berkata sesuatu tanpa suara yang ku tebak seperti, 'gak papa'.

"Aku pengen ngobrol-ngobrol banyak sama kamu tentang lukisan mumpung kita ada disini sebenernya, tapi Piko bentar lagi ada urusan, jadi harus pulang sekarang, nih."

"Oh... iya gak papa, Lin. Next time aja." responku seadanya.

"Okee. Kalo next time ada pameran lagi, berkabar aja, yaa." 

"Siap."

"Radipta," 

Hampir saja aku lupa ada Radipta disini kalau Alin tak memanggilnya.

"Apa?"

Respon singkat diiringi alis mengangkat dengan gestur ogah-ogahan. Ciri khas Radipta.

"Aku sama Piko mau pulang duluan. Kamu ikut, gak?"

Radipta diam sejenak. Matanya melirik Piko, lalu melirikku, dan kembali lagi menatap Alin. "Kalian duluan aja." ucapnya, lalu lanjut mengamati lukisan.

Senyum Alin sontak mengembang yang tak ku mengerti apa artinya. Apa ia senang kalau Radipta tak ikut pulang?

"Cari pacar gih, Ta. Biar kemana-mana gak sendiri." canda Alin yang sama sekali tak di respon oleh Radipta. Malah makin murung saja wajahnya ku lihat.

Karena tak ada yang merespon, jadi aku dan Nisha mau tak mau terkekeh kecil agar suasana tak canggung.

"Ya udah, kita balik dulu, deh." Alin merangkul lengan Piko kemudian melambaikan tangan. "Duluan, ya, Jana, Nisha,"

"Iyaa hati-hati."

Lalu seiring waktu, tubuh mereka menghilang dari pandangan.

Aku menatap Nisha seraya menggeleng pelan ketika ia ingin membuka mulut untuk bicara. 

Teman-temanku memang tak ada yang tahu soal interaksiku dengan Alin sebelumnya, kecuali Nayya. Jadi aku yakin pasti Nisha bingung dan terkejut ketika Alin menghampiri kami tadi.

"Nanyanya nanti aja, masih ada Radipta." bisikku yang membuat Nisha langsung mengatupkan bibir kembali.

"Oke, tapi aku mau kasih tau sesuatu," Nisha meringis seraya melirik Radipta singkat. "Aku gak tau ini kabar baik atau buruk buat kamu. Tapi barusan ibuku ngechat dan nyuruh aku pulang karena saudara aku lahiran."

Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)Where stories live. Discover now