Prologue

87 14 30
                                    

Seorang gadis menggendong tas merah favoritnya masuk sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang gadis menggendong tas merah favoritnya masuk sekolah. Hari ini suasana hatinya sedang baik-baik saja. Saking bahagianya, terselip nada kecil bersamaan dengan langkah ringan yang dibuat.

Semua tampak normal hingga membuatnya lengah. Begitu tubuhnya tenggelam di dalam ruang kelas, gadis itu hampir meluap. Direntangkan kedua tangan sebelum dia menyapa seluruh ruangan, "Good mor— hmmppp!!!"

Tubuh itu ditarik paksa hingga berakhir didudukkan secara tidak elegan di kursi miliknya sendiri. Ia terus meronta lantaran matanya sibuk mencari tersangka. Begitu tahu, pekikkannya menguar, "Fanny guob—"

"Ada teh panas, Mut!" Potong gadis itu cepat berhasil membuat tangannya melayang di udara. Iya, dia sudah ancang-ancang akan memukul kepala orang di sampingnya itu.

Astaga.

Namun reaksinya di luar dugaan. "Apaan?" Jawabnya dengan nada jengkel yang berkurang hampir lima puluh persen. Muti, namanya. Tangannya bahkan sudah beralih menyisir surai rambutnya ke belakang. Ya... jujur saja, siapa sih yang gak suka teh panas pagi-pagi? Begitu mudah hatinya melunak cuma gara-gara gosip baru.

"Anak cupu kelas dua IPA lima." Fanny memulai. Tangannya tak bisa berhenti bergerak ke sana ke mari memainkan pulpen yang entah apa fungsinya di jemari.

"Si bookworm penunggu perpustakaan itu? Siapa namanya? Hong Joochan?"

Fanny mengangguk, kemudian melanjutkan kalimat, "Dia ditembak sama orang. Tebak siapa."

"Hah? Siapa anjir?" Makin antusias, duduknya mulai tidak tenang. Bahkan kepalanya sudah saling didekatkan dengan suara yang makin tipis takut terdengar. Sok-sokan aja private chat, padahal semua orang di kelas udah jelas tau mereka sedang gosipin apa. Iya, emang cuma Muti yang belum tau!

Detik berikutnya adegan dramatis seolah tengah berputar tepat di depan mata.

Seseorang memasuki kelas lalu membuat tiap mulut orang di sana bungkam. Bagaikan film berjalan dengan kecepatan setengah dari biasanya, begitu cara Fanny menyematkan pandangannya ke si orang yang baru datang, "Dia..."

Muti mengikuti bagaimana Fanny hampir terjungkal dari kursi, saking asiknya menatap ke arah objek hingga tidak sadar ia sudah memakan 180 derajat.

"Nina?"

"Iya."

⭑★𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓬𝓸𝓷𝓽𝓲𝓷𝓾𝓮★⭑

Hi temen-temen! Aku comeback FF dengan cerita baru nich (walaupun sadar FF sebelumnya masih belum rampung)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hi temen-temen! Aku comeback FF dengan cerita baru nich (walaupun sadar FF sebelumnya masih belum rampung).

Baca prolog belum dapet apa-apa ya? Sengaja sih.
Tungguin aja part 1nya, semoga aku bisa menyelesaikan FF ini ya! Wkwkwk.

Terima kasih semuanya 😘💕

-yyoonina
18/01/24

Evanescent: Bridge of the SoulsWhere stories live. Discover now