BAB 10.1 [END OF LINE]

105 15 6
                                    

Zhaaaaapp

Gun-chan dan Elly sampai di mansion Omi menggunakan teleportasi. Tanpa membuang waktu, keduanya berlari menuju satu tempat. Kamar Omi.

Gun-chan memutar knop pintu hingga pintu putih itu terbuka dan menampakkan tubuh Omi yang terbaring diranjang. Segera, Gun-chan mendekat dan memeluk tubuh yang diam tak bergerak itu dengan penuh rindu.

Hati Elly seketika mencelos melihat pemandangan itu.

Oh, mengapa takdir begitu kejam pada mereka? Pertemuan mereka akan selalu berakhir dengan perpisahan. Siklus ini berulang dan terus menerus terulang. Seolah takdir hanya ingin bermain dan bertaruh. Sampai dimana keduanya dapat bertahan satu sama lain. Merasakan kesakitan dan kehilangan yang sama. Inikah harga yang harus dibayar karena telah membangkitkan kekuatan leluhur? Kekuatan terlarang yang disegel rapat-rapat oleh para raja pendahulu.

Tak tahan lagi, Elly segera menyingkir dan keluar dari kamar itu. Ia lantas berjalan menuju laboratorium miliknya yang sudah lama tak terjamah.

"Mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang berguna untuk bertahan dalam bencana ini." kata Elly pada diri sendiri.

.
.
.

"Apakah kau sudah siap?" tanya Blood Saphire.

"Ya. Apapun yang terjadi, aku akan tetap berangkat menjemput jiwa Omi." jawab Gun-chan.

"Apakah kau yakin untuk mengorbankan segalanya?" tanya Blood Saphire lagi.

"Aku yakin. Percayalah padaku." kata Gun-chan.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan membantumu. Mari kita mulai prosesinya." jawab Blood Saphire.

Gun-chan lalu membawa tubuh Omi ke lantai yang sebelumnya telah ia goresi dengan sebuah segel kebangkitan. Kemudian ia meletakkan Blood Saphire --yang saat ini berbentuk diamond merah-- disamping tubuh Omi.

Gun-chan lalu bermeditasi agar bisa masuk kedalam kesadaran Blood Saphire. Setelahnya Gun-chan menggunakan kekuatannya untuk menetralkan kekuatan Blood Saphire lalu memasukkan jiwa Blood Saphire kedalam tubuh Omi.

Proses ini tidak memakan waktu lama. Begitu selesai, Gun-chan keluar dari meditasinya dan menunggu dengan tenang sampai Blood Saphire tersadar didalam tubuh Omi dan ia bisa mengendalikan tubuh Omi seolah itu adalah tubuhnya.

"Hhh... Senang rasanya memiliki wujud. Meskipun ini hanya raga sementara tapi aku akan menjaganya sepenuh hatiku." kata Blood Saphire.

"Baiklah, mari kita ke rencana selanjutnya. Menemui keluarga Duke Shokichi. Kurasa Ayah juga ada disana." kata Gun-chan.

"Ayo. Aku tak sabar melihat bagaimana reaksi mereka. Mungkin saja mereka akan membunuhku." canda Blood Saphire ringan.

.
.
.

Gun-chan dan Blood Saphire tiba di kediaman Duke Shokichi di tanah Ash dan disambut sendiri oleh sang Duke juga ayah Gun-chan, Naoki.

"Maaf kedatangan kami begitu tiba-tiba Duke Shokichi, Ayah." kata Gun-chan.

"Tidak apa-apa. Kami mengerti. Anakku, lama tak melihatmu. Bagaimana kabarmu?" kata Shokichi menyapa keduanya.

"Eh. Ya.. Cukup buruk kurasa?" jawab Blood Saphire sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ada apa dengannya? Ia tak seperti Omi." tanya Naoki pada Gun-chan.

"Hahahaha. Ada yang harus kami sampaikan pada kalian. Sebenarnya... "

Gun-chan kemudian menceritakan situasi dan kondisi yang tengah ia hadapi sesingkat dan sepadat mungkin.

"Waktu kita tidak banyak Duke, Ayah. Karena itu, kedatangan kami disini juga untuk meminta bantuan dari kalian."

FULL MOONWhere stories live. Discover now