"Oma pernah cerita ke aku, katanya Oma punya villa deket pantai. Kurang lebih satu jam perjalanan dari sini, mau ke sana gak?" tanya Jiwa mencoba bergabung dengan percakapan.

"Kemana aja asal jangan ke situ," sahut Raga.

"Kenapa Ka?" tanya Gigi.

Raga memilih untuk tidak menjawab. Selesai mencuci piring dan makan ketiganya bergabung dengan  yang lain di halaman depan. Mereka sedang menikmati udara Trez yang sejuk sambil meneguk teh khas buatan Oma.

"Jadi apa agenda hari ini?" tanya Oma.

"Tadi Jiwa ngajak ke villa yang deket pantai Oma, tapi Ka Raga bilang ke tempat lain aja," jelas Gigi.

"Masih belum bisa ke sana Ga?" Naya bertanya pada Raga. Liam dan Jiwa ikut menoleh ke arah yang sama. Raga hanya menggeleng.

"Emangnya ada apa sama villanya? Gak bagus ya?" tanya Jiwa penasaran.

"Loh kamu belum cerita ke Jiwa soal Mama Jasmine, Ga? Oh iya hari ini kan..." bukan menjawab Naya justru malah bertanya. Ucapannya terhenti ketika Raga memintanya untuk tidak melanjutkan perkataannya.

Jiwa tampak bingung dengan ucapan di antara keduanya. Awalnya Gigi tidak mengerti mengapa Raga tidak mau ke villa tapi saat mendengar nama Jasmine, Gigi memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya. Jiwa memandang pada Liam meminta bantuan untuk menjelaskan keadaan ini tapi tidak ada jawaban. Jiwa membaca isi pikiran mereka hanya dirinya yang tidak tahu masalah yang sedang dibahas sementara yang lain memilih diam tak memberi tahu.

"Mama Jasmine itu siapa?" tanya Jiwa penasaran.

Raga masih diam. Pandangannya tertuju pada Liam yang kini duduk di hadapannya. Seolah meminta kode Liam menjawab dengan mengangguk.

"Ini kenapa jadi diem-dieman sih?" Jiwa mulai merasa risih dengan situasi ini.

"Jasmine itu ibu yang melahirkan Raga, Jiwa," Oma sepertinya harus turun tangan agar situasi ini tidak semakin rumit.

"Maksudnya gimana? Bukannya Tante Clara?" tanya Jiwa bingung.

"Itu mamaku," jawab Liam.

"Ini gimana sih aku gak ngerti," Jiwa mulai kebingungan. Semua terdiam.

"Mau Raga yang jelasin atau Oma?" tanya Oma pada Raga.

"Ji, mau ngobrol berdua gak?" pinta Raga. Jiwa mengangguk.

Raga berdiri lebih dulu dan menarik tangan Jiwa lembut mengikutinya ke halaman belakang untuk bicara berdua. Raga merogoh saku celananya dan mencari foto di galery handphonenya. Jiwa masih menunggu aktivitas Raga tanpa sedikit pun mengeluarkan suara. Kini keduanya duduk berhadapan. Setelah menemukan apa yang dicari Raga memberikan handphonenya pada Jiwa.

"Ini Jasmine, Bunda aku. Wanita yang melahirkan aku," ujar Raga membuka pembicaraan.

Jasmine adalah ibu kandung Raga, wanita yang melahirkan Raga. Saat Raga berusia sepuluh tahun Jasmine meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya. Jasmine adalah tempat Raga pulang dan berbagi semua kisahnya selama di sekolah. Kesibukan pekerjaan membuat Raga tidak terlalu dekat dengan Ronald, ayahnya. Hanya Jasmine yang selalu ada menemani Raga dalam masa pertumbuhannya selama sepuluh tahun.

Jasmine meninggal di pangkuan sang anak saat mereka memutuskan untuk menghabiskan liburan semester Raga di Villa keluarga yang berlokasi di dekat pantai. Sejak saat itu Raga tidak terlalu sering datang ke villa itu, bayangan kepergian sang ibu selalu teringat betapa hancur perasaan Raga saat itu membayangkan esok hari ketika membuka mata tidak ada lagi Jasmine di sisinya.

Kepergian Jasmine menjadi pukulan besar untuk Raga. Anak yang ceria dan berprestasi itu seolah berubah menjadi anak yang murung dan tidak banyak bicara. Itu juga yang membuat Raga tidak memiliki banyak teman. Bahkan saat SMA hanya Naya teman yang dimiliki. Setelah kepergian Jasmine, Oma Marie merupakan sosok pengganti untuk ibunya. Raga sering menemani Oma di Trez, setiap Sabtu dan Minggu, Raga akan meminta supir mengantarnya ke rumah Oma.

UnconditionallyWhere stories live. Discover now