O2. Aku sudah tahu perasaan mu

56 14 0
                                    

Juli telah berlalu dan minggu terakhir di bulan Agustus ini ajaran baru segera dimulai.

Ini sudah lama sekali sejak kejadian, di mana Juliana dan Sastra untuk pertama kalinya saling berbicara. Kalau kalian bertanya bagaimana hubungan mereka sekarang, maka jawaban yang paling tepat adalah 'mereka semakin dekat'.

Tak ayal jika banyak orang mengira bahwa mereka berpacaran, padahal faktanya tidaklah seperti yang dibayangkan.

Sebuah hubungan yang rumit dengan dasar pertemanan. Rasanya banyak yang dipertimbangkan diantara keduanya. Entah ragu untuk memulai suatu hubungan yang baru atau sekedar tidak mampu untuk memiliki seseorang yang terlihat sesempurna itu.

Entahlah, hanya isi hati masing-masing dari mereka yang tahu.

Dan sekarang dengan tahun ajaran baru, kelas baru, wali kelas yang baru, dan suasana baru. Namun masih dengan teman sekelas yang sama juga perasaan yang sama.

Apa bisa salah satu diantara Juliana ataupun Sastra mampu mengubah prinsip pertemanan itu menjadi sebuah hubungan yang baru juga?

"Julia!"

Yang di panggil itu menoleh, melihat kearah pria di belakangnya yang terlihat tengah berlari kecil berusaha menghampiri. Juliana? jelas gadis itu sedang tersenyum manis begitu melihat sosok Sastra.

Sosok yang selama dua minggu ini tidak dilihatnya.

"Pagi cantik!" Pria tinggi itu menyapa begitu tiba dihadapan Juliana, "Ke kelas bareng boleh kan?"

Juliana mengangguk kecil sebagai balasannya. Ia sedikit bergeser ke samping kiri kalau-kalau ada motor yang bergerak kearah mereka. Berbicara tentang motor Juliana jadi teringat sesuatu, lantas gadis itu melirik untuk melihat pria yang juga ikut bergeser dan semakin mendekatkan dirinya pada Juliana, "Kamu gak bawa motor, Sa?"

Sastra diam sebentar, kemudian menggelengkan kepalanya di detik berikutnya. Melihat gadis di sampingnya yang memakai bandana hijau itu tengah mengangguk-anggukkan kepalanya membuat Sastra tersenyum kecil. Kedua netranya seakan tidak bisa lepas dari sosok mungil itu, hingga atensinya baru tersadarkan ketika melihat sebuah buku yang dipegang oleh Juliana.

Itu bukanlah buku asing bagi Sastra, ia pernah melihatnya beberapa kali atau mungkin sering meskipun ia tidak tahu semua isinya tentang apa.

Iya, tidak semua, hanya beberapa.

"Buku itu, mau lihat boleh?"

Juliana memberhentikan langkahnya, ia melihat kearah buku harian miliknya lalu kembali menatap Sastra untuk memastikan apakah benar buku ini yang ingin pria itu lihat.

Sewaktu Juliana sedikit mengangkat buku hariannya, Sastra mengangguk dan mengulurkan tangannya untuk mengambil buku tersebut dari Juliana.

"Sebagian kertasnya udah aku simpen di tempat lain, jadi yang sekarang lebih banyak kertas kosong buat catatan nanti."

Juliana berucap seperti itu, tapi Sastra tidak terlalu mendengarkan. Tangan dan atensinya terlihat sibuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya. Mencoba mencari sesuatu untuk memastikan apakah kertas tulisannya masih ada atau tidak.

Sebenarnya Sastra merasa kalau buku harian Juliana terlihat berbeda dari terakhir kali ia melihatnya. Buku berwarna putih bening dengan jenis binder itu kini terkesan baru, apa karena Juliana mengganti sampulnya dengan dekorasi idola kesukaannya?

"Kok gak ada, Lia?" Sastra melihat kearah Juliana yang kebingungan dengan maksudnya, "Kertas yang waktu itu kamu bikin, yang isinya kamu suka aku."

Mendengarnya, Juliana membulatkan matanya. Entah harus menjawab seperti apa tetapi yang terpenting bagaimana Sastra bisa tahu perasaannya? Dan lagi, apa kertas yang di maksud adalah kertas yang sekarang sedang Juliana pikirkan?

"H-hah? Kamu tahu dari mana?" Tidak tahu apakah Juliana menjawabnya dengan benar atau tidak, tetapi yang Juliana harapkan adalah dengan dirinya menjawab seperti ini Sastra akan sedikit memberinya petunjuk.

Yang ditanya itu melihat kearah Juliana yang pipinya sedang memerah. Kalau bukan sedang di situasi yang seperti ini, ingin sekali rasanya Sastra mencubit pipi Juliana. Tapi ketika melihat gadis di hadapannya yang sudah begitu penasaran sekaligus terlihat sedang menahan malunya maka Sastra lebih memilih untuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Dari buku mu ini. Pas kamu bikin, sebenarnya aku udah baca semua. Dan sewaktu kelas sebelas semester kemarin, aku iseng dan diam-diam cari kertas yang kamu buat waktu itu, ternyata masih ada. Bisa dibilang, aku tahu perasaan kamu tuh dari sana, heheh."

"JELEKK! Kenapa nggak kasih tahu dari awal coba!" Juliana sedikit mengerucutkan bibirnya, sudah pasti kertas yang di maksud adalah kertas yang berisi tulisan di mana Juliana begitu menyukai Sastra.

Benar, tidak salah lagi. Karena hanya itu yang kertasnya berisi tulisan tentang Sastra.

Sastra sendiri sebenarnya sedikit terkejut ketika melihat reaksi dari Juliana, ia pikir gadis itu akan memarahinya atau terlihat canggung nantinya. Tapi melihatnya seperti ini, membuatnya sedikit merasa tenang, "Maaf Lia. Maafin ya?"

"Ehm, aku maafin asal Sastra kasih aku contekan fisika selama satu bulan ke depan gimana?"

"Enak aja, harusnya aku yang nyontek ke kamu!"

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

sedikit bayangan tentang buku harian Juliana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

sedikit bayangan tentang buku harian Juliana. kira-kira begitulah bentukan bukunya.
di chapter kedua ini, semua kalian suka! (⁠◠⁠‿⁠・⁠)⁠-⁠☆

SastraJuli [soolia]Where stories live. Discover now