Prologue

8 2 0
                                    

Matahari bersinar terik, angin berhembus-hembus, air bergelombang membuat suara,

"Blubuk blubuk, serr..."

Di suatu sisi dunia, ada seorang anak kecil bernama "Winter". Seperti anak-anak yang lain, dia ingin hidup dengan bahagia tanpa apapun yang menghalanginya dari rasa bahagia itu.

Namun, dia ditakdirkan berbeda. Bukannya bermain dengan anak-anak lain diluar, dia malah disuruh ayahnya untuk berlatih menembak boneka-boneka target yang sudah disiapkan.

Tidak, ia tidak menembak menggunakan tembakan mainan atau sebagainya. Tetapi ia benar-benar disuruh menggunakan tembakan yang asli, yang benar-benar bisa membuat orang terluka, atau bahkan meninggal.

"Dor! Dor! Dor!"

Suara dari pistol bukanlah suara yang menyenangkan bagi seorang anak kecil berumur 5 tahun. Namun, Winter sudah terbiasa akan suara tersebut.

Terkadang, ayahnya membawa Winter pergi pada saat ayahnya "bekerja". Tentu saja, ayahnya tidak bekerja seperti ayah pada umumnya. Ayahnya ingin membuat Winter terbiasa melihat mayat orang mati yang habis ditembak, orang yang tersiksa karena dipukul atau dilukai, dan hal-hal kejam lainnya.

Awalnya Winter ingin muntah, menangis dan marah kepada ayahnya. Tetapi juga, ia tidak bisa melawan ayahnya. Ia juga terjebak dengan "tradisi" keluarga dari ayahnya.

Nama panjang Winter adalah "Winter Caterina Christa". "Caterina" merupakan nama belakang dari ibunya, yang menandakan bahwa ibunya memiliki darah dari ras manusia kucing kerajaan. Sedangkan "Christa" merupakan nama belakang ayahnya, yang membuat Winter terjebak dengan "pekerjaan" yang diwariskan secara turun-temurun dikeluarganya.

Pekerjaan yang diwariskan tersebut merupakan pekerjaan sebagai pembunuh bayaran.

Pada saat Christa pertama meninggalkan dunia, ia meninggalkan wasiat yang berpesan agar siapapun yang memiliki darahnya, darah dirinya sendiri di dalam tubuhnya. Maka ia harus memiliki pekerjaan yang dibanggakannya, yaitu pekerjaan sebagai pembunuh bayaran. Ia ingin keturunannya menjalankan pekerjaan tersebut dengan baik, taat pada aturan-aturan yang dibuatnya dan tidak melibatkan emosi dalam pekerjaannya.

Itulah yang membuat Winter bernasib seperti ini, tidak memiliki masa kecil yang normal dan harus melihat semua kekejaman manusia di depan matanya sendiri diusia yang masih sangat muda.

----- END OF "PROLOGUE", TO BE CONTINUED -----

WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang