Orientation

121 11 8
                                    

"Yang telat, maju!"

Theo gemetar. Ia memang terlambat dua menit pagi ini. Tapi tetap saja, yang namanya terlambat, ya, terlambat. Ia pun maju sesuai instruksi. Dan sesuai dugaan, ia dimarahi kakak panitia.

"Steph, yang pake kacamata bulet di sana cantik juga, ya? Nanti kelar ospek gua mintain ID-nya, ah" kata Kevin, salah seorang kakak panitia ospek.

Stephen memutar matanya malas. Ia sebenarnya malas jadi panitia ospek. Ini semua karena Kevin yang terus memaksanya bergabung jadi panitia dan Ennik yang berakting menangis dan berakhir membuat heboh satu jurusan.

"Ini udah maba kelima yang lu incer pagi ini" kata Stephen malas.

"Ayolah, Steph! Nyari pacar tuh kayak nangkep ikan. Lu tebar dulu jaring ama umpannya, kalo ada yang makan, ya bagus" ajar Kevin sembari menepuk pundak Stephen yang tegang.

Kata-kata Kevin barusan semakin membuat Stephen malas. Jika diladeni, maka Kevin akan menjelaskannya semakin panjang. Lebih baik ia menepi dan melakukan kegiatan lain. Ke kantin, misalnya.

Baru saja Stephen ingin melarikan diri ke kantin kampus, si mahasiswa baru berkacamata bulat yang dimaksud Kevin tadi mencuri perhatiannya.

"Kamu kenapa di sini?" tanya Stephen.

"Nunggu temen, kak" jawabnya polos.

"Udah lama?"

"Lumayan, kak. Kakak sendiri, ngapain?" remaja berkacamata bulat itu malah balik bertanya.

"Menurut kamu, orang kalo ke kantin mau ngapain?" Stephen malah bertanya balik.

"Makan?" jawabnya sekenanya.

"Itu, tahu" kata Stephen.

"Tapi kakak nggak bawa makanan, tuh?" selidiknya.

"Ini aku baru mau beli makan, tuh?" balas Stephen tak mau kalah.

"Oh iya, nama kamu siapa?" kata Stephen.

"Theo, kak. Kalo kakak?" tanya Theo balik.

"Stephen"

Baru saja Stephen menyebutkan namanya, ia menarik pergelangan tangan Theo. Membawa adik tingkatnya yang manis itu untuk mendekat padanya dan mengikuti langkahnya.

"Kak, mau ngapain?" tanya Theo terkejut.

"Temenin gua makan. Lu nggak keberatan, kan?" kata Stephen cuek.

Theo bisa apa, selain menurut pada seniornya?

"Pesen makanan yang lu mau, gua bayarin" kata Stephen segera setelah keduanya duduk berhadapan di salah satu bangku kantin.

"Nggak usah, kak. Saya bawa bekal dari rumah" tolak Theo.

"Kalo gitu, makan bekel lu di sini ama gua" kata Stephen.

"Tapi, kak-"

"Udah, nurut aja" Stephen memotong dan memaksa Theo. Theo hanya diam dan menurut, lalu mengeluarkan kotak bekalnya dan membukanya.

"Kakak, jangan liat!"

"Udah liat. Lucu banget, bekelnya. Kayak bekel anak SD" komentar Stephen. Wajah Theo memerah karena malu.

Tak selesai sampai situ, Stephen malah mencomot sosis berbentuk mirip gurita dari kotak bekal Theo.

"Nggak papa, kan, kalo gua ambil satu?" kata Stephen.

Theo masih terdiam. Ia lebih memilih untuk fokus memakan bekalnya.

"Boleh liat nggak, bukunya?" izin Keeho setelah ia mengambil buku bersampul hitam dari hadapan Theo. Jadi, untuk apa ia bertanya?

TaeHo: Our JournalsМесто, где живут истории. Откройте их для себя