1. Kiss Alike Whisper

62 4 0
                                    

Lelah yang telah mencapai puncak menggerogoti tubuhku. Seperti bius, tubuhku mulai mati rasa dan kesadaranku menghilang perlahan-lahan. Hingga kegelapan total menutup pandanganku sepenuhnya.

Kupikir semua akan berakhir sekarang.

Seluruh rasa sakit yang kupendam kini takkan kembali lagi. Namun tidak. Setitik cahaya di ujung sana menyadarkanku. Sayup-sayup terdengar seseorang menyebut namaku. Terasa hangat, penuh ketulusan dalam nadanya. Jika harus kugambarkan, seperti ciuman perjumpaan yang menanti sejak lama.

Lalu hening.

Membuatku bertanya-tanya. Apa yang sesungguhnya terjadi padaku saat ini? Apakah ajalku sudah tiba?

Disaat itulah kesadaranku kembali.

Mataku mengerjap menyesuaikan diri. Kemudian kurasakan hembusan angin menggelitik tubuhku. Hal pertama yang kulihat adalah pohon besar yang menjulang tinggi, dimana celah dedaunannya menyelipkan cahaya rembulan yang tengah mencapai puncaknya. Aroma tanah dan rumput menguar, berpadu suara jangkrik serta aliran air sungai.

"Byeol-ah."

Seseorang kembali menyebut namaku untuk kedua kalinya. Kali ini sangat jelas. Datang dari arah kiri.

Ketika aku menoleh, kudapati seorang pria sedang berbaring tepat di sisiku. Ia menumpu kepala pada tangan sambil menengadah ke langit. Tampak belum sadar akan kehadiranku.

Meski dari samping, figur wajahnya yang kokoh tak luput dari pengamatanku. Hidung yang lancip serta bibir yang tipis, sungguh perpaduan indah. Dia tampan. Namun matanya begitu sendu, seperti merindu dalam waktu lama.

Ketika ia menoleh, pandangan kami tertaut. Pupilnya membesar, seakan menggambarkan betapa terkejutnya ia akan kehadiranku. Sedangkan aku, entah mengapa... Tersenyum.

Melihat wajahnya tak ada satupun nama yang terlintas di kepalaku, tapi aku tahu betul jika alam bawah sadarku tak mengirim sinyal bahaya sama sekali. Seakan sudah terbiasa dengan kehadiran pria ini.

"Akhirnya kau datang." Lelaki itu berucap. Sangat lirih hingga hampir ditenggelamkan keheningan malam.

"Datang?"

Ia mengangguk sambil tersenyum. "Aku sudah menantimu cukup lama."

Kedua alisku terangkat.

Pipinya mengembang sambil mengarahkan tangan menyelip anakan rambutku di belakang telinga.

"Apa yang kau rasakan saat ini?"

Aku berpikir sejenak. "Entahlah, aku tidak mengenalmu meski tubuhku berkata lain. Dan di tempat ini, aku merasa damai."

Pria itu mengulum bibir. Sesaat terlihat goyah sebelum memutuskan untuk kembali tersenyum.

"Tidak masalah, aku hanya perlu membuatmu mengingat lagi."

Keteguhan yang kurasakan ketika ia berucap sungguh membuat hatiku teriris. Terlepas dari itu pikiranku benar-benar dibuat melayang saat ini. Serasa memijakkan kaki dunia dongeng. Penuh misteri namun indah disaat yang bersamaan.

Pria itu mendudukkan diri lalu menodorkan tangan padaku. Aku menggenggamnya dan ikut mengambil posisi serupa.

Piyamaku telah berganti menjadi dress polos putih semata kaki. Sedangkan pria itu mengenakan setelan rapih yang berwarna senada pula.

"Indah bukan?"

Aku mengalihkan fokus mengikuti kemana ia memandang. Di hadapan kami ada aliran sungai yang panjang, berkelip memantulkan cahaya rembulan. Satu persatu kunang-kunang mulai berdatangan, bagaikan bintang kecil di sekeliling kami. Ketika aku menatapnya, pria itu sudah terlebih dahulu memandangku dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.

Hatiku berdebar.

"Apakah kita pernah saling menyukai?" tanyaku.

"Lebih daripada itu. Kita saling mencintai."

Aku tertegun. Pantas saja, aku merasa tak perlu khawatir akan apapun saat berada di sisinya.

"Ayo, kita harus segera pergi."

"Kemana?"

"Ke puncak bukit, melewati Jalan Kehidupan."

"Untuk apa? Kita bisa disini saja, menikmati keindahan bersama. Selagi aku mencoba mengenalmu lebih dalam, karena aku benar-benar tak tahu sama sekali tentangmu."

"Bukan tidak tahu, hanya lupa, Byeol-ah," koreksinya selagi tersenyum manis pada kunang-kunang yang terbang kegirangan di sekitar pria ini. "Ingatanmu tentang ku selalu ada, dan untuk bisa mendapatkannya kembali kita harus melewati Jalan Kehidupan. Disanalah tempat dimana ingatan-ingatan manusia tersimpan."

Aku tersenyum. Tempat ini sudah begitu indah. Bagaimana dengan Jalan kehidupan? Dan terlebih, aku ingin tahu ingatan macam apa yang kusimpan tentang pria itu.

"Baiklah. Ayo kita pergi."

Pria itu menanggapi dengan senyuman lebar. Lalu meraih tanganku untuk berdiri bersama.

"Aku yakin perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang tak terlupakan selama hidupmu," ucapnya seraya menuntunku berjalan, bersama kunang-kunang yang ikut menyinari perjalanan kami. Menuju Bukit Kehidupan.

Kami mulai menyusuri jalan di pinggiran sungai, lantas menemukan jembatan yang mengantar kami pada gerbang kayu raksasa dipagari oleh tanaman gantung lebat di sekitarnya.

Genggamannya mengerat. "Begitu melewati gerbang ini, kita tidak bisa kembali lagi. Apa kau siap?"

Aku mengangguk. "Apapun demi ingatanku tentangmu."

"Namaku Baekhyun, Byun Baekhyun."

Usai memperkenalkan diri, ia mendorong gerbang. Seberkas cahaya putih yang sangat terang mengintip dari sela gerbang, semakin lama semakin terang hingga membuatku tak bisa melihat apa-apa.

Ketika cahaya tersebut kembali meredup, aku membuka mata dan kami sudah berada di tempat yang berbeda. Gerbang kayu itu sudah menghilang. Tak ada lagi pepohonan yang menjulang tinggi menghalangi langit. Luasnya dunia ini tak lagi tertutupi. Tepat di atas kami, hamparan bintang terpampang nyata dan padang rumput membentang luas mengelilingi kami. Berdiri disini membuatku merasa sangat kecil.

Sejatinya manusia memang amat kecil, tak sebanding untuk bisa memahami bagaimana dunia ini bekerja.

Di depan sana, ada jalan setapak yang sangat panjang. Sekilas tampak tidak berujung. Membuatku berpikir dua kali untuk mulai berjalan.

"Haruskah kita mulai berjalan sekarang?" ujar Baekhyun sambil mempersilahkanku berjalan terlebih dahulu. Meski ragu, kehadiran Baekhyun di sisiku membuatku yakin mengambil langkah pertamaku.

Dan seketika kakiku mendarat, duniaku berubah dalam sekejap.

~.°✧.⁠。⁠*

⁠。⁠*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
A Night Walking on Memories | BBHWhere stories live. Discover now