Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
____
Dor!
Satu timah panas meluncur, semenjana kisaki terpelanting keras dengan darah dihidung yang mengucur.
Bukan, bukan izana.
Siapa yang akan mengurus kisaki jika pria itu menarik puan untuk mengindar?
"Kau gila!?" kedua bahu puan dicengkram kuat selagi perempuan itu ditatap lamat-lamat. Tak bereaksi, pula mengukir ekpresi.
Ia kaget pun tertegun. Yang tadi itu nyaris membuat jantungnya terbantun. Perlahan, sirah diayunkan turun, soroti beberapa helai rambut miliknya yang terpotong karena peluru yang bersinggung.
"Perhatikan kemana kau mengarahkan senjatamu, mata empat!" izana berteriak nyalang, kepada sosok pria yang kini terbujur malang. Ia dihajar habis-habisan. Rupanya acak-acakan. Hadiah karena telah membuat mikey dilukat kemarahan.
Kepalanya kini diinjak, "Hormati rajamu, akulah yang berwenang dengan setiap perintah disini, jangan lupakan itu,"
Kisaki hanya mendesis.
"Aku tak ingin membuang banyak waktu, aku akan memberitahukan beberapa hal,"
Mikey mendekati takemichi dengan pasti, membuat [name] yang melihatnya was-was setengah mati, "Berhentilah melakukan hal bodoh, takemichi."
"Kau bukan tuhan. Kau tidak bisa merubah segalanya, jangan merubah sesuatu yang tak seharusnya kau ubah."
"Itu sangat menganggu," mikey berdecih, ia merasa risih.
"Ini peringatan terakhirku, jangan mengujiku," bola mata gelap itu bergulir pada [name]. Seperti sengaja menekankan makna, "Atau aku bisa membunuhmu,"
Nyaris puan berteriak. Tatkala moncong pistol telah berposisi di pelipis takemichi.
"Jadi, katakan ya atau tidak." tanya mikey final.
"Hanagaki-san, berhentilah melakukan semua ini, kita kalah."
"Callista-san, apa yang kau bicarakan?" tanya takemichi tak terima.
"Kau sudah dengar apa yang [name] katakan, takemichi?" dagu dinaikkan arogan, izana kembali melanjutkan, "Jangan mencoba membawanya pergi lagi,"
Mikey menegakkan badan, "Menyerahlah, maka akan kubebaskan kau."
Tangan takemichi mengepal. Ia merasa kesal. Akan diri yang tak berdaya dan tindakan nya yang tergolong asal.
