Pukul 2 dini hari saat aku yang asyik terlelap di bawah hangatnya selimut, di salah satu petak apartment di sudut kota Vancouver terpaksa harus bangun demi suara ponsel yang tak henti berbunyi.

"Siapa?" tanya seorang wanita di sebelahku yang ikut terbangun.

"Entah," jawabku sambil mengangkat telepon dengan mata setengah terpejam.

"Ya?" Aku menguap panjang.

"Oppa! Kata paman Lee, mama sakit! Kapan kau pulang?"

"Mama sakit?" Kesadaranku yang masih mengambang seketika berusaha berkumpul dalam satu titik.

"Mama siapa?" tanyaku lagi.

"Mama kita!"

"Mama?" Kujauhkan layar ponselku guna membaca nama di atas layar, "Cimilku"

"Iya. Mama!" Moon Ga Young alias 'Cimilku' di ujung telepon mendengus kesal.

"Bagaimana bisa kau lupa??? Kau anak kesayangan mama! Dasar Cimol keparat!" Adikku menirukan umpatan favorit mama kami, Ko Moon Young.

"Ini tengah malam. Aku bukannya lupa tapi kau tiba-tiba menelepon dan bilang mama sakit. Siapa yang tidak kaget, Cimil bodoh!" kubalas umpatan adikku.

"Sakit apa?" lanjutku cemas sambil duduk dan menyalakan lampu meja di tepi ranjang.

"Mamamu sakit?" Wanita di sebelahku berbisik, ikut khawatir.

Aku mengangguk.

"Aku tidak tahu sakit apa. Paman Lee hanya bilang kalau bisa kita pulang. Jadi kapan kau pulang ke Korea?"

"Aku tidak tahu. Jadwalku di sini sangat padat. Aku bahkan tidak tahu bisa memesan tiket pesawat secepatnya atau tidak. Apa sakitnya parah?"

"Kan kubilang aku tidak tahu. Aku juga belum ke Songjin,"

"Bukannya lokasimu yang paling dekat dengan mama? Sejak paman Sangtae dan yayah meninggal, mama membutuhkan orang untuk bersamanya. Paling tidak tengoklah sesekali,"

"Aiiissshhh! Jangan seenaknya melempar tanggung jawab kepadaku! Yang anak kesayangan mama itu kau Oppa! Karena kau sangat mirip dengan yayah. Mama memujamu sejak kecil! Kau yang paling dibutuhkannya! Tapi kau malah kabur dan tinggal ke luar negeri seenaknya."

"Memuja apa? Jangan berlebihan! Dan aku tidak terlihat seperti yayah. Beberapa orang bilang aku lebih mirip mama,"

"Mama mirip yayah. Kau mirip mama yang mirip yayah. Jadi ya, kau mirip yayah, Dasar Cimol bodoh!"

"Hyaaa! Aku kakakmu! Berhenti memakiku!"

"Moon Cimol bodoh!"

"Hyaaaa! Moon Cimil!"

"Apa?!?"

Hening....

"Kita harusnya tidak bertengkar tak jelas seperti ini, Oppa! Pulanglah cepat. Aku juga akan pulang,"

"Ya. Kita berdua memang bodoh! Bisa-bisanya saat mama sakit malah bertengkar tak jelas. Aku akan mengupayakan yang terbaik. Mmm... mama mungkin terlihat sangat memujaku, tapi kau juga kesayangannya dan kau segalanya di mata yayah kita,"

"Iya. Tenang saja! Aku bukan anak kecil lagi, yang cemburuan bahkan sampai kabur dari rumah."

Kami tergelak sedih karena mau tak mau teringat akan insiden kaburnya adikku di masa lalu.

"Waktu itu yayah, mama dan paman Sangtae kelabakan mencarimu. Ternyata kau bersembunyi di dalam mobil kemah kita,"

"Hehehe...." adikku tergelak malu-malu, kemudian kami hening lagi.

It's Okay to not be Okay - EVER EVER AFTERWhere stories live. Discover now