01

0 0 0
                                    

Ruangan itu tampak sibuk dengan beberapa orang yang hilir mudik, beberapa membawa gaun-gaun dari desainer terkenal juga peralatan make up yang tidak kalah mahalnya. Di sisi lain ada kilatan cahaya flash yang berasal dari kamera para juru foto membuat mata beberapa orang tidak terbiasa pasti akan merasa silau. Namun tidak bagi wanita yang mengenakan biru.

Dia adalah Casandra White yang sempurna. Bagaimana tidak? Tidak hanya kesempurnaan fisik, gadis itu juga masuk dalam kategori cerdas. Dan yang terpenting adalah kondisi perekonomian keluarganya, pewaris dari perusahaan fashion nomor satu dunia.

"Casandra, Max Lynford tadi menghubungi ponselmu," lapor Riana, manajer sekaligus teman dekat dari Casandra. Mendengar nama yang telah lama tidak ia dengar itu membuat Casandra ingin mengutuk Max.

"Untuk apa lelaki kolot itu menghubungiku?" ucap Casandra kesal.

"Ya Tuhan, dia itu mengkhawatirkanmu. Kau ini kan adiknya!" keluh Riana.

Casandra merenggut kesal jika kembali diingatkan bahwa dia adalah adik sepupu dari Max Lynford yang sempurna itu. Jika saja mereka bukan keluarga, mungkin ia akan menjadikan Max Lynford sebagai pria-nya. Menurut Casandra satu-satunya lelaki di muka bumi ini yang pantas untuknya hanyalah para saudaran tampannya itu.

"Casandra, sesi pemotretan berikutnya di mulai 5 menit lagi," ucap salah satu kru.

Casandra menganggukkan kepalanya lalu kembali menatap Riana yang sekarang mengangkat kedua bahunya, tidak mau tahu dan tidak peduli. Yang jelas menurut Riana, Casandra harus menghubungi Max sendiri.

"Kau ini terlalu terobsesi pada Max," keluh Riana.

"Gila namanya kalau tidak menyukai Max." Balas Casandra tak mau kalah.

Riana mencibir kalimat yang baru saja keluar dari mulut Casandra, toh memang ia akui Max begitu sempurna untuk kategori seorang lelaki. Kekurangannya hanyalah dia seorang duda. Selebihnya tidak ada. Tapi, dia penggemar para aktor hollywood macam Orlando Bloom bukan pengusaha yang pastinya si penggila kerja. Casandra baru saja akan beranjak menuju set namun langkahnya terhenti dan ia menoleh ke arah Riana.

"Aku ingin mengunjungi ayahku," ucapnya.

"Beliau ada dikantornya."

"Kita pergi kesana!" ucap Casandra.

Riana tahu apa yang diinginkan Casandra jika sudah menemui Mr. White yang tak lain adalah meminta izin untuk pergi liburan dan menggila di negara orang. Ia akan menghabiskan puluhan juta dollar hanya sekadar untuk melepaskan penatnya dan untung saja mereka memiliki banyak uang untuk pengeluaran Casandra.

.

**

White Corporation, Manhattan.

White sangat fokus pada produk fashion mulai dari anak-anak sampai dewasa baik pria ataupun wanita. Merknya juga cukup terkenal dengan logo huruf W yang menghiasi berbagai macam produknya. Brand W sudah sangat dikenal diberbagai kalangan atas.

Sejak kecil, Casandra adalah model abadi untuk White.

Kembali ke perusahaan raksasa itu, foto Casandra tertempel dimana-mana. Lorong, billboard depan gedung bahkan di layar besar yang dijadikan iklan di lobi perusahaan. Seluruh karyawan dalam perusahaan itu sudah terbiasa dengan pemandangan yang serba Casandra. Sementara itu seorang pria sedang membetulkan kemejanya. Ia baru akan makan siang bersama rekan kerjanya yang lain.

"Semua pria pasti menginginkannya," ucap salah satu karyawan.

"Dia pasti sudah tidur dengan banyak pria."

"Jangan bicara sembarangan!" Lerai yang Alex.

Alex tidak suka orang-orang memperbincangkan orang lain yang sama sekali tidak mereka kenal.Bagaimana para karyawan ini bisa tahu seorang Casandra White kalau bertemu saja belum pernah? Melihat reaksi yang keluar dari Alex membuat Leo, salah satu teman minum sekaligus teman dekatnya tersenyum. Alex benar-benar pria tampan yang sederhana dan lurus. Sangat jarang bisa kau temui di tengah kerasnya kehidupan New York.

"Kau ini seperti pria paruh baya saja?" Goda Leo pelan.

"Apa maksudmu?"

"Sikap dan pendapatmu itu kelewat positif."

Alex mengabaikan Leo dengan pikirannya sendiri sekarang bukan waktu yang tepat untuk berdebat, lagipula bicara dengan Leo hanya akan menguras energinya hingga ke tulang.

"Jadi hari ini kita makan apa?" tanya Leo.

"Aku yang tentukan!" ucap salah satu wanita dalam rombongan itu. Yang lain pun mengangguk setuju begitu juga dengan Alex yang menatap seorang wanita berpenampilan mencurigakan dengan hoodie dan syal. Namun ini adalah perusahaan besar, ia yakin petugas keamanan mampu menanganinya.

**

Casandra menyusuri lorong sepi di lantai tiga. Ia berbelok dan mendapati sebuah lift. Ia menekan tombol naik lalu tidak sampai satu menit, pintu itu terbuka. Ada seorang pria di dalamnya. Casandra sedikit ragu.

"Maaf, apa anda akan ikut naik atau tidak? Saya bisa terlambat, sebentar lagi jam kerja di mulai," ucap pria itu datar. Casandra mengedipkan mata berulang kali dibalik kacamata hitamnya. Baru kali ini ada pria yang memperlakukannya seperti ini.

"Aku akan naik," ucap Casandra dengan nada setengah kesal. Ia juga menyadari bahwa lelaki itu sesekali mendelik ke arahnya dengan curiga, bukan sebuah kekaguman yang biasa ia dapatkan dari seorang pria. Sekarang keduanya berada di dalam lift. Tidak ada pembicaraan sama sekali dan lelaki itu seolah mengabaikan kehadirannya.

Hingga akhirnya Casandra yang turun lebih dulu dan berbalik menatap pria itu untuk sesaat sebelum akhirnya ia pergi diiringi berjuta tanda Tanya dalam kepala Alex tentang bagaimana wanita mencurigakan itu bisa lolos masuk ke dalam gedung ini. Berbeda dengan Casandra, satu hal yang Casandra ingat dari lelaki itu, namanya yang tertulis pada ID card perusahaan.

Alexander Jefferson.

test twoOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz