Namun, entah kenapa ia merasa kantin kelas sepuluh selalu ramai dan selalu dipadati oleh kelas dua belas.

Hanya orang bernyali besar yang berani ke kantin kelas sepuluh, karena kantin bawah ini sudah seperti wilayah kelas dua belas.

Setelah beberapa saat berjuang mendapatkan baso aci idamannya, Sam berjalan dengan hati-hati untuk membawa mangkuk berkuah panas itu.

Namun, karena tidak terlalu awas seseorang dengan sengaja memasang kakinya agar ketika Sam lewat, Sam akan terjatuh.

Prang!

Parah! Mangkuk yang Sam bawa tumpah dan pecah dan yang mengerikan adalah mangkuk tersebut tumpah di badan kakak keduanya, Keano.

"SIALAN LO! MAKSUD LO APA, HAH?!" Keano merasakan panas di bagian dada hingga perutnya, kuah baso yang dibawa Sam benar-benar masih panas dan mengepul.

"Tama, bawa Kean ke UKS obati dia, gue akan mengurus anak sialan itu!" Tunjuk Reano pada Sam ketika menyebut 'sialan'.

Setelah kepergian Keano dan Tama, Reano langsung mencekik leher Sam tanpa tanggung tanggung, dan membanting tubuh Sam pada meja kantin.

"LO EMANG ANAK SIALAN! SEKARANG LO BALAS DENDAM HEH?!"

"Khakkh lepashh sshhakithh.."

"JAWAB PERTANYAAN GUE SIALAN!"

Semua yang ada di kantin tak berani menghentikan Reano, mereka masih sayang nyawa dan hanya bisa menjadi penonton saja.

"Mmaaf, Samhh ngga senghajah le-lepashhinh kakhh.."

Reano melepaskan cekikannya, Sam langsung saja mengambil nafas dalam dalam dengan tersengal-sengal.

Lehernya sangat sakit, rasanya seperti patah.

"JAWAB SEKARANG! NGGA USAH BERLAGAK LEMAH LO!" Teriak Reano pada Sam yang masih sedikit kesusahan bernafas.

"Kakak kenapa sih ngga bisa dengerin penjelasan Sam dulu! Aku ini adik kakak!"

Sudah menjadi rahasia umum bila Keano dan Reano sangat membenci Sam, namun entah kenapa Arta dan Rose tak tau perihal itu.

"Udah jelas jelas lo sengaja kan?!"

"Ngga! Temen kakak yang sengaja pasang kaki biar aku jatuh!"

Bugh!

Satu bogeman mentah Reano layangkan pada pipi Sam, hingga sudut bibir Sam berdarah.

"Setelah mencelakakan Kean, lo mau nuduh temen gue, Tama?!"

Bruk!

Sam didorong kasar Reano hingga terjerembab dilantai.

Dugh!

Dugh!

Dugh!

Tanpa rasa kasihan sedikit pun Reano menendang Sam tanpa ampun.

"NGGA USAH NGADU LO SAMA BUNDA ATAUPUN AYAH, KALO NGADU! ABIS LO SAMA GUE!" Ucap Reano, setelah itu meninggalkan Sam yang sudah babak belur.

Setelah Reano meninggalkan kantin, orang orang mulai mendekati Sam. Mereka memapah Sam agar bisa berdiri.

"Apakah perlu kerumah sakit, Sam?" Tanya salah satu siswa bernametag, Brian.

"A-ah ngga usah, makasih udah bantu. Aku pergi dulu," Sam berlari keluar kantin.

Tujuannya sekarang adalah pulang, ia lelah. Persetan dengan tas nya yang masih di kelas, ia hanya ingin pulang.

Setelah melakukan perjalanan lumayan melelahkan, dan sangat panas karena cuaca siang ini sedang puncak-puncaknya.

"Shhh," Sam dengan pelan menuruni taksi setelah membayar ongkosnya.

Sam memasuki gerbang mansion, "Tolong jangan sampai ada yang melaporkan hal ini ke ayah maupun bunda!" Ucap Sam pelan namun masih bisa didengar oleh para pekerja mansion.

Sam bersyukur tak ada bundanya di mansion, bundanya itu pasti sedang di butik.

Dengan tertatih-tatih ia mencoba menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, "Tolong bertahan, aku harus ke kamar," gumamnya.

"Saya bantu tuan muda," ucap salah satu penjaga mansion yang terlihat masih muda.

"Ngga us-sah o-om," tolak Sam.

"Tak apa tuan muda," Dery, yang tak tega melihat tuan mudanya langsung saja menggendong tuannya bridal.

Biarkan saja dia dicap lancang, ia benar-benar tak tega melihat bungsu Gaisendra kesakitan.

Sesampainya di kamar, Sam langsung berterimakasih pada Dery. Sepeninggalan Dery, dengan tergesa Sam mencari alat tulis lalu menuliskan beberapa kalimat, entah apa itu.

Menutup buku, Sam lalu mencari keberadaan sesuatu yang pastinya akan membuat ia tak lagi merasakan sakit.

Dengan gegabah, Sam mengambil semua butir obat penenang yang ia punya. Ia langsung menelan semua obatnya tanpa air.

"Maaf ayah bunda, Samudera sayang kalian."




TBC!
Ngga tau pengen aja bikin ini, takut aku kalo up cerita bl.

SAMUDRA ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora