5 Radiv + Tugas Pertama

Začít od začátku
                                    

      Kak Adit menggedor pintu kamar mandi dan meneriakkan sesuatu yang ku tangkap sebagai 'cepat, atau ku tinggalkan'. Aku bergegas keluar dari kamar mandi dan mendapati Kak Adit sudah tidak ada di kamarku. Aku segera berganti pakaian dan menyandang tas di bahuku. Aku turun dan melewati meja makan untuk mengambil bekal makan siangku.

      "Bawa dua-duanya, Non. Satu buat sarapan," Bi Sum menjelaskan kehadiran dua kotak makan yang membuat hatiku sedih.

      Itu kotak bekelnya Malikha, kan?

      "Ini bukunya, Non. Ada di meja belajar," kata Bi Sum sambil memberikan aku buku bercover hijau dengan gambar kelinci di depannya. Pantas saja tidak ada di lantai. Di meja ternyata.

      "Makasih, Bi," aku mencium pipi Bi Sum dan tergesa-gesa ke halaman depan. Kak Adit sudah menunggu di dalam mobil yang sudah menyala.

      "Maaf, Kak. Sekalian manasin mobil lagian," aku memberikan senyuman paling menggemaskan yang aku punya. Kak Adit hanya menggelengkan kepalanya gemas.

***

      "Finally!" aku ngos-ngosan saat tiba di tempat dudukku. Beberapa anak memandangku lalu kembali mengacuhkanku. Kemudian bel berdering dan aku tersenyum senang.

      Baru sebulan di sini masa telat? Ye gak?

      "Telat lo," bisik Daniel padaku. Aku mencebik ke arahnya.

      "Sorry, gue dateng beberapa detik sebelum bel masuk," kataku sambil berbisik juga. Lalu kami tertawa kecil. Tawa itu langsung berhenti ketika guru datang.

***

      "Oy, Abel. Ikut gak ke toko buku?" tanya Alikha sepulang sekolah ketika kami berpapasan di koridor kelas XI. Kulihat Daniel mendelik ke arahku. Aku mengangkat alis dan menyadari sesuatu. Ini ajakan kencan Daniel pada Alikha.

      "Gue ada radiv, Kha. Lo nikmatin aja saat-saat berdua sama Daniel," kataku berbisik di kalimat terakhir. Pipi Alikha memerah mendengarnya.

      "Niel, nitip Alikha. Oke?" kini aku melemparkan senyum penuh arti ke Daniel. Daniel berdeham dan mengatakan sesuatu yang hanya terdengar seperti gumaman.

      "Abel. Apa deh..." Alikha kini tersipu malu lebih dari sebelumnya. Aku tertawa dan berlari meninggalkan mereka menuju sekretariat OSIS untuk radiv pertamaku.

      Di depan gedung aku berpapasan dengan cowok itu. Rakana. Oke, Kak Rakana karena dia sudah kelas XII. Ingin aku berteriak saking senangnya. Tidak tahu kapan mulainya –mungkin sejak tabrakan hari pertama aku masuk sekolah. Aku menatapnya –mencuri-curi pandang. Aku bersumpah ia menatapku tanpa ekspresi selama beberapa detik, itu membuatku salah tingkah. Aku mulai memainkan jari-jariku. Lalu ia berlalu begitu saja menuju lantai satu.

      Ahh.. bisa mati aku kalau setiap melihatnya jantungku seperti mau copot.

      Aku bergegas menuju ruang rapat divisiku. Sudah ada empat orang dari total sembilan orang anggota divisiku di ruangan itu. Aku membuka buku catatan hijauku. Seseorang memberikan materi rapat hari ini, yang ternyata mengenai evaluasi tahunan kegiatan ekstra. Aku menganggukkan kepala seraya berterimakasih kepada orang yang memberikan meteri itu padaku. Sebetulnya aku mengingat-ngingat namanya, saat seleksi OSIS, aku beberapa kali dikelompokkan dengannya. Tapi, dasar akunya yang sulit menghapalkan wajah orang.

      "Selamat sore," suara cempreng khas Delya, salah satu anggota divisi 4 menyadarkanku.

      "Sore," beberapa anggota divisi lain, termasuk aku, membalas ucapan selamat sore Delya. Bersamaan dengan Delya, ada Andin dan Milli yang juga anggota divisi 4 ikut masuk ke ruangan itu. Ah, aku baru ingan namanya, Mathew, baru kelas sepuluh. Aku akhirnya mengingat nama anggota divisi 4 yang memberikan kopi materi padaku.

TaeKwonDo Love StoryKde žijí příběhy. Začni objevovat