Bab 3

95 15 0
                                    

(Name) dan Roger sedang mengobrol bersama disebuah taman.

"Roger, tau ngga sih?"

"Hm?"

"Dipesta kemarin, Marquess Le Vanor kacipirit saat sedang mencoba menggoda para lady, weka weka" oceh (Name).

Roger hanya tersenyum sembari mendengarkan gosip gosip yang (Name) ceritakan, dia hanya sesekali menjawab, itupun hanya "benarkah?" "Astaga" "iya".

Tiba tiba ada seorang maid yang datang dan terlihat panik.

"L-lady! T-tuan, tuan count Violette!"

"A-ada apa?! Ada apa dengan ayah?!" Tanya (Name) dengan nada yang sedikit tinggi.

"Tuan Count kritis!"

Bagaikan diguyur es yang baru meleleh, (Name) terdiam membeku.

"A-apa?"

"Tolong siapkan kereta kudaku untuk pulang!" Pinta (Name) panik.

Maid itu pun bergegas pergi untuk menyiapkan kereta kuda.

"Roger, aku pergi dulu"

"Ya, hati hati"

"Lady! Kereta kudanya sudah siap!"

(Name) segera pulang ke rumahnya.

Namun sayangnya, saat ia sampai, sang ayah telah berpulang kepada yang maha kuasa.

Memang, mansion Count Violette dan mansion Duke Alpheus cukup jauh dan untuk pergi ke salah satunya, perlu waktu 2-3 jam.

"Ayah?!"

"Bagaimana keadaan ayah?" Tanya (Name) pada sang kakak.

Zickan Violette.

Anak pertama dari keluarga Violette.

Zickan menggeleng.

(Name) terjatuh dengan lutut sebagai tumpuan.

Sudah cukup ibunya yang tidak ia ketahui saja yang pergi, tetapi tolong, jangan ayahnya juga.

Ya, ibunya meninggal saat melahirkannya.

Jika (Name) boleh egois, ia ingin sekali keluarga yang lengkap.

Ia ingin kasih sayang ibu, meskipun pengasuhnya dulu mengasuh sepenuh hati.

Dan sang ayah yang penyabar saat mengajarinya sesuatu.

Dan tentu saja kakak yang baik.

Tetapi.

(Name) ingin sekali saja egois, sekali saja.

Tidak apa jika aku tidak boleh egois lagi nanti, tapi ia tetap ingin kasih sayang ibu.

Ingin sekali.

"Kak, katakan kalau ini bercanda! tolong kak, katakan kalau aku hanya bermimpi! Please" nafas (Name) sesak karena menangis.

Dan hal itu membuat hati sang kakak seperti disayat oleh jutaan silet.

Ia tak sanggup melihat adiknya menangis.

Adiknya ini memang jarang menangis, tetapi sekalinya ia menangis pasti terdengar sangat parau, seakan hancur.

Pikiran (Name) terus terlintas memorinya bersama sang ayah.

"Papa, papa! Yihat! (Nyame) bitin mahtota buna buwat papa!"

"Wahh! Putri papa hebat!"

"Ayah! Aku mendapat peringkat pertama di akademi, yah!"

"Selamat ya nak, ayah bangga"

"Ada apa (Name)? Wajahmu merah, apakah kau demam?"

"Ayah, sepertinya aku jatuh cinta"

(Name) menyesal dulu sering menanyakan keberadaan sang ibu dengan nada benci.

"Papa, kenapa Mama meninggalkan papa? Papa kan orang hebat, mama jahat, pria sehebat papa mama tinggalkan"

"Papa, kenapa aku tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu?"

"Ayah, takdir itu kejam, ya? Takdir ibu adalah harus meninggalkan ayah yang begitu mencintai ibu. Bukankah itu sangat kejam?"

Padahal pertanyaan pertanyaan itu, bisa saja hati sang ayah hancur.

(Name) gagal menjadi anak yang baik.

(Name) gagal menjadi anak yang membanggakan orang tua.

Lea: mereka bangga lah, wong pacar lu Duke.

"Kak, apakah aku tidak boleh egois? Sekali saja"

"Kak, mengapa takdir begitu kejam?"

Zickan menenangkan adiknya yang menangis dengan memeluknya dan mengelus elus belakang kepalanya.

"Shhhttt tenanglah, kakak ada disini. Tolong jangan menangis, kakak tidak tega melihatmu seperti ini"

!

Hari pemakaman.

Tentu saja saat itu Roger datang.

Namun ia sedikit terlambat, maka dari itu pemakaman sudah sepi.

Tetapi Roger melihat (Name).

Ia masih menangis sesegukan.

Roger memeluknya dari belakang.

"..hiks.. hiks... R-roger... aku i-ini ce-hiks... cengeng ya? Hiks... aku lemah... hiks aku tidak bisa membanggakan ayahku... hiks... hiks"

(Name) berbalik dan menatap mata Roger.

"Tidak (Name), kita semua berhak menangis. Menangis itu bukan berarti kita cengeng ataupun lemah. Jika kita menangis, itu artinya kita perlu bahu untuk bersandar. Tidak apa, aku ada disini untukmu" jelas Roger sembari mengusap air mata (Name).

"Terima kasih... Roger... I love you"

"I love you too, darling"

TBC

Haha, ngasi sedih sedih diawal awal:)))

Tapi ga sedih sih.

Jadi, kedua insan ini sama sama tidak ber ortu gais.

Harhar.

Berikut data data tentang Zickan Violette.

Zickan adalah seorang pemuda berusia 19 tahun.

Dengan tinggi 181cm dan badan yang ideal (roti sobek 🌚).

Rambutnya berwarna biru tua yang pendek dan lurus dengan mata berwarna violet yang pekat.

Makanan kesukaannya adalah tidak ada, ia suka semua makanan kecuali kayu dengan batu.

Zickan adalah pemuda yang humoris dan penyayang, apalagi ke adeknya.

Oh iya gais, udahan dulu, mw jadi anime.

Babay.

Stay With Me [Roger x Reader]Where stories live. Discover now