2. LES BELA DIRI?

482 33 2
                                    

"Dahyun apa kau lihat Sarang?" tanya Sona, "sepertinya dia ke sekolah kakak ku, kenapa? dia tak bilang pada mu?" tanya Dahyun, "oh.. sepertinya sudah tapi aku lupa hehe, ya sudah kalau begitu sampai jumpa~" Sona meninggalkan Dahyun di kelas dan menuju kantin.

~ ~ ~

Sarang POV

"Guru, ini susu pisang untuk mu." Soohyun yang baru keluar kelas terlonjak kaget, "kau mengagetkan saja! sejak kapan disini?" aku tersenyum. "Baru saja, jadi, kapan kau akan melatih ku guru?" tanya ku penuh harapan. 

"Aku tak bisa melatih mu, aku tak sejago itu, kau teman nya Dahyun?" aku mengagguk mendengar itu. "Aku Baek Sarang kakak kelasnya dahyun, latih aku saat kau siap, kalau begitu aku pergi dulu, minum susu itu ya!" 

Aku berlalu sebelum ketahuan guru disini.

Author POV

 "Terima saja Soohyun, kau tak lihat tatapan nya penuh harapan itu?" ucap Kuza meyakinkan Soohyun.

"Hajoon lebih baik kenapa tidak tanya dia saja, mana bisa aku punya murid sementara aku tak sejago itu." Ucap Soohyun menikmati susu pisang pemberian Sarang. "siapa yang berani minta dilatih hajoon yang mengerikan itu? tapi, kenapa hawa di belakang ku panas ya?" tanya Kuza mengusap tengkuk nya.

"Kenapa menyebut nama ku?" Soohyun dan Kuza terlonjak kaget, "eh-  hai Hajoon mau ke kantin?" tanya Soohyun mengalihkan pembicaraan.

~ ~ ~

Sarang POV

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dan aku bergegas menemui Zin, saat melewati kelas Dahyun anak itu menghentikan langkah ku, "kau sudah bicara dengan nya?" tanya Dahyun seakan mengintrogasi ku.

"Sudah tapi sepertinya dia belum siap, aku akan menunggu nya sampai menerimaku, aku pulang dulu, Annyeong Dahyun~" Aku meninggalkannya dan berlalu menemui Zin di kafe terdekat.

...

"Apa kita sedekat itu sampai minum kopi bersama?" tanya Zin menatap ku, "hey, sudah lama kita tak bertemu, tapi kau malah begini?" Aku meneguk kopi yang tak hangat lagi, "bagaimana kabar mu? bibi dan paman juga bagaimana?" tanya nya.

"Semuanya baik, bagaimana dengan Yohan dan Mijin apa masih cinta segitiga?" tanya ku santai sementara Zin hampir mengeluarkan kopi yang baru diminumnya itu dari hidung.

Terlihat jelas orang dihadapan ku ini salah tingkah. "Bicara apa kau!" aku menyilangkan tangan di depan dada, "hey aku juga pernah berteman dengan mereka walau hanya sebentar, tadi kau bersama Mijin?" 

Aku melihat sekitar mencoba menemukan Mijin yang tadi hanya ku lihat sekilas, "tadi dia juga mau kesini bertemu dengan mu tapi dia ada urusan lain, titip salam saja katanya," ujar Zin yang kembali meneguk kopi americano miliknya dan aku mengangguk mengerti.

"Yohan?" tanya ku lagi, "entah lah sudah lama aku tak bertemu dengannya, kau kan di gangbuk apa tak pernah bertemu?" anak ini malah bertanya balik, "tidak, di daerah ku benar-benar aneh, banyak yang kehilangan sepatu, orang aneh mana yang mencuri sepatu? oh iya aku hampir lupa, apa di sekolah mu ada preman tampan?" 

Tanya ku to the point membuat Zin menatap ku bingung.

"Di sekolah ku banyak preman tapi yang tampan tak ada, hanya aku saja." Zin merapikan kerah bajunya dengan sok berwibawa membuatku ingin sekali melempar kopi yang sedang ku pegang ini ke wajahnya itu. 

"Aku serius Zin Lee." Ucapku menatapnya kesal, "aku juga serius, kau pikir sekolah macam apa yang mengizinkan siswanya bertato? dari jurusan arsitektur lah, banyak preman cari saja disana." Ujar Zin santai tampak tak tertarik sedikitpun.

"Bagaimana caranya?" pikirku bingung, "kau bodoh? masuk saja jika kau berani, tapi lewat jendela."

Zin mengakhiri percakapan ini dan aku yang berusaha memutar keras otak ku untuk bekerja, apa aku bisa manjat lewat jendela? yah dulu sewaktu kecil keahlian ku memanjat pohon tapi karna sudah tak pernah lagi jadi tak terlalu lihai, coba saja kali ya? kalau jatuh paling hanya luka sedikit.

~ ~ ~

"Aku pulang." Aku berlalu menuju kamar, "kau dari mana?! kebiasaan pulang larut begini! sana makan setelah itu mandi." Teriak ibu dan aku bergegas makan malam. 

"Appa, aku ingin masuk les bela diri apa boleh?" tanya ku pada ayah yang sedang menonton televisi, "Tch! jangan appa, dia ini hanya semangat di awal jika sudah masuk les itu pasti semangatnya hilang, itu hanya buang-buang duit." 

No Eul si brengs*k ini selalu mencari masalah dengan ku, tatapan tajam ku dibalas ledekan oleh nya, "Adik mu benar, kau itu hanya semangat di akhir, lagi pula kenapa tiba-tiba ingin les bela diri? kalau les untuk pelajaran sekolah barulah ayah berikan."

Ibu yang sedari tadi diam ikut bersuara, "ayah mu benar, nilai mu sudah hancur tapi masih ingin melakukan hal aneh? kenapa tidak fokus dengan sekolah saja? aigo berhenti bicara omong kosong." 

Mendengar kenyataan membuat ku tak selera makan, "aku kan ingin bela diri untuk diri sendiri! ibu dan ayah kenapa malah bicara begitu? aku belajar sampai mampus pun nilai ku tetap hancur, kalian juga tau tindak kejahatan di negara ini setinggi apa kan! jika terjadi apa-apa pada ku suatu saat nanti, jangan pernah menyesalinya!" 

Aku menghentak kan kaki meninggalkan meja makan menuju kamar lalu mengunci pintu.

"YA! siapa mengajarimu bicara tak sopan pada orangtua Mu?! Baek Sarang!" teriak ibu yang tak lagi ku hiraukan, lagipula teriakan ibu itu sudah makanan sehari-hari untuk ku, dan No eul brengs*k itu selalu merusak suasana, ah kemauan ku kenapa sesulit itu untuk di turuti.

Author POV

"Omongan Sarang benar juga, tindak kriminal di negara kita ini kan lumayan tinggi, dia perempuan bahaya jika pulang malam, anak laki-laki seperti No eul siapa yang mau ganggu?" ujar Ju ho mengalihkan pandangannya pada istrinya. 

"Dia tak pernah pulang larut malam, lagi pula sekolahnya dengan rumah kita tak begitu jauh," ucap Yebin yang masih fokus dengan televisi, "ibu benar juga, tapi ayah juga benar." No eul kebingungan sendiri.

"Yeobo kita masukkan saja Sarang bela diri, bagaimana jika taekwondo? mungkin Gaeul punya teman yang jago bela diri, lagi pula di daerah kita sedang heboh dengan pencuri sepatu yang tak pernah tertangkap, aigo! bagaimana jika maling itu ingin mencuri sepatu sarang?!" ucap Ju ho dengan penuh dramatis membuat sang istri menatap nya geli. 

"Jangan berlebihan." Yebin mendorong tubuh Ju ho menjauh, "apa ayah tidak tau, kak Gaeul kan tidak punya teman." Timpal No eul, "hey! jangan bicara sembarangan kau mau di hajar ayah nya?"Jju ho menatap putra nya yang masih asik makan. 

"No eul cepat makan dan belajar, kau juga jangan sampai lebih buruk nilaimu dengan kakak mu itu!" No eul mendengus kesal dan segera menghabiskan makanannya.

Sarang menatap langit-langit kamarnya yang tak menarik sedikitpun, "Sial aku juga ingin menghajar para preman jahat, bagaimana jika ada orang jahat yang ingin melukai ku!" ucap Sarang penuh drama seperti ayahnya. 

"Ha... aku hanya berharap pada guru Soohyun saja, walaupun Zin jago tinju, mana mau anak itu mengajariku hufh." Tak lama Sarang masuk ke alam mimpi setelah menahan kantuk sedari tadi.

27 JULI 2022

SARANG IN PTJ UNIVERSEWhere stories live. Discover now