“AYAH!”
“YAH!”
“AYAHHH!”

Teriakan Chimon menggema dari lorong rumahnya yang merupakan ruangan kerja Ayahnya. Sebenarnya Pemimpin Keluarga Patthiyakorn itu mendengar teriakan anaknya, tapi dia malas meladeninya karena Chimon selalu berteriak saat mencari sesuatu yang pada akhirnya dia temukan sendiri.

Chimon membuka pintu ruang kerja sang ayah dan langsung menggebrak meja kerja sang Ayah dan hal itu tentu membuat sang Ayah terkejut bukan main, terlebih saat itu dia sedang fukos memeriksa berkasnya.

“Yah kapan prosesnya selesai? Kapan Kakak Gun akan menjadi Kakak ku? Kapan dia jadi Patthiyakorn? Kapan namanya ganti jadi Patthiyakorn? Kap—”

“Chimon Wachirawit Patthiyakorn!” ucap sang Ayah dengan penuh penekanan dan hal itu membuatnya menciut.

“Dimana tata krama dan sopan santunmu?” Mood Chimon seketika hilang saat sang Ayah membahas hal itu, dia tahu jika dia melanggar batasan tapi dia benar benar penasaran.

“Saya tahu Ayah, saya memang keluar batas akan tetapi saya hanya ingin tahu kabar tentang status Kakak Gun,” jawab Chimon dengan keyakinan penuh karena jika tidak Ayahnya akan bertanya lebih lebih lagi.

“Tetap perhatikan tata krama dan juga attitudemu Chi, keluarga kita adalah keluarga Bangsawan, segala tingkah laku kita selalu diperhatikan oleh masyarakat,” tegas Tuan Patthiyakorn kepada Putra tunggalnya yang sebentar lagi akan memiliki seorang Kakak.

“Kemungkinan besar berkasnya akan siap Minggu depan yang jelas bulan ini Gun sudah menjadi bagian dari Patthiyakorn, bersabarlah sedikit.” Chimon tersenyum senang saat mendengar hal tersebut.

Dia sudah merencanakannya. Menjaga sang Kakak dari keluarga besarnya yang toxic dan tentunya menjaga sang Kakak dari seseorang yang benar benar harus Chimon dan Gun jauhi. Off Jumpol Adukkittiporn, dia tidak akan membiarkan sang Kakak diambil dari kekasihnya itu...

Karena sebentara lagi Gun adalah bagian dari Keluarga Patthiyakorn, Kakaknya. Dia tidak akan membiarkan Putra tunggal Keluarga Adulkittiporn membawa Kakanya pergi.

“Bulan ini, bulan ini aku akan memiliki seorang Kakak,” ucap Chimon dengan senyum yang begitu lebar.

“Kau seriuskan memberikan gelar Tuan Muda kepada Gun?” tanya Tuan Patthiyakorn yang berusaha memastikan, karena takut ditengah proses Chimon malah protes.

“Chimon serius, ini sudah dipikirkan berkali kali dan Chimon rela Kakak Gun menjadi penerus keluarga Patthiyakorn,” jawab Chimon dengan ketegasan yang tinggi. Dia sudah yakin dengan keputusannya untuk menyerahkan kedudukannya.

“Chi.” Ayah Chimon menggenggam tangan Chimon dengan penuh harapan. “Gun memang akan menjadi Kakakmu dan itu sudah pasti tapi sebelun itu kita harus ingat kalau Gun harus sembuh dulu dari kerusakan otaknya, jika Gun tidak sembuh itu hanya akan menjadi gelar dan kau tidak akan merasakan rasanya memiliki Kakak.”

Seketika ketakutan melanda Chimon. Dia terlalu bahagia karena pada akhirnya dia akan memiliki seorang Kakak, akan tetapi dia lupa kalau saat ini orang yang akan menjadi Kakaknya masih berusaha untuk bertahan diri dengan berbagai alat juga berbagai pengobatan yang harus dilalui olehnya.

“Semua Dokter berusaha dengan keras bukan?” tanya Chimon dengan nada takut dan juga khawatir sehingga sang Ayah menganggukan kepalanya. “Kamu bantu doa juga ya Chi,” Chimon menganggukan kepalanya karena hanya itu yang bisa mereka lakukan.

=====

=====

Mata Itu menggerejap. Kilatan cahaya lampu perlahan masuk menusuk kornea matanya, terlalu silau cahaya yang dia lihat sehingga membutuhkan waktu lama untuk pada akhirnya mata itu terbuka sempurna.

Pliss! Remember Me (END)Where stories live. Discover now